SOCIAL MEDIA

search

Sunday, December 23, 2012

Omelet Bayam + Ikan Patin


Long weekend! Hmm, kalau dulu waktu masih lajang, pasti saya langsung berburu tiket untuk mudik ke tempat kelahiran saya Jogja. Tapi, sejak menikah 2.5 tahun lalu dan kelahiran si kecil 1.5 tahun lalu, saya jadi ga selincah dulu lagi. Tapi, itu bukan berarti saya tidak menikmati liburan ya… Liburan tetap menyenangkan, hanya aktivitasnya saja yang berubah; menjadi full time mother and wife :D [senyum lebar manandakan kalau ini super menyenangkan]. OK, jadi seperti yang teman-teman tahu, akhir Desember ini kan banyak tanggal merah dan cuti bersama… Dan karena cuti saya dan suami tidak mencukupi untuk lalu lalang Tanjung Enim – Jogja – Probolinggo; akhirnya kami memilih untuk stay di rumah.

Sore ini, mumpung lagi libur, sebenarnya saya sudah berencana untuk bikin masakan spesial buat Ganesh, jadi saya sengaja menyuruh pengasuh untuk menyiapkan nasi tim untuk makan siang saja. Tapi ternyata suami punya agenda sendiri, dia mengajak kami jalan-jalan ke keluar untuk mencari kipas angin yang memang sudah rusak karena alasan lifetime [meminjam istilah di kantor]. Jadilah saya berubah haluan dan meminta pengasuh memasak pindang ikan patin dan nasi tim dengan slow cooker untuk Ganesh, saya pikir, nanti kalau pulangnya terlalu sore, sudah ada makanan darurat untuk Ganesh.

Resep Asli "Omelet Bayam"

Ternyata, kami sampai di rumah sekitar pukul 16.00 dan saya masih punya kesempatan untuk masak… Hmm, pindang ikan patin bisa dimodifikasi jadi apa ya? Lalu saya teringat buku yang baru saja saya beli; “Buku Pintar Menu Balita 30 Hari” yang salah satu menunya adalah Omelet Bayam; aha! Campur aja dengan ikan patinnya! Dan akhirnya jadilah resep modifikasi Omelet Bayam + Ikan Patin. Begini Resepnya:


PINDANG IKAN PATIN

Bahan:
1 potong ikan patin

Bumbu:
Bawang merah
Bawang putih
Jahe
Daun sereh
Daun salam
Lengkuas
Merica
Kunyit
Sedikit garam

Cara membuat:
Cara membuat masakan pindang cukup sederhana; cukup iris-iris semua bumbu dan rebus bersama ikan patin dan garam. Untuk alasan kepraktisan bisa menggunakan slow cooker atau bisa juga direbus dengan menggunakan kompor seperti biasa.

Omelet Bayam
Telat Fotonya, Tinggal Tersisa Beberapa Potong :D

OMELET BAYAM + IKAN PATIN

Bahan:
1 butir telur ayam kampung
Bayam [cincang]
Seledri [iris halus]
Daun bawang [iris halus]
Keju cheddar parut
Ikan patin masak pindang [cincang]

Cara membuat:
Kocok telur, campurkan dengan semua bahan hingga menyatu sempurna. Panaskan margarine, kemudian goreng adonan omelet dengan api kecil dan tutup agar bagian atas omelet ikut mengental dan saat dibalik tidak lepas. Masak hingga matang.

Saran penyajian:
Potong dadu kecil omelet sehingga praktis saat diberikan bersama nasi. Kuah pindang bisa digunakan sebagai kuah.

Sederhana bukan cara masaknya, dan yang lebih penting rasanya gurih sekali sehingga disukai anak-anak suka :D. Untuk nutrisi juga cukup berisi; ada protein dari telur, ikan patin dan keju; ada vitamin C, E & K, betakaroten, mangan, seng, selenium, falvonoid* dan zeaxantin**

Hmm, gimana? Berminat untuk mencoba?

With Love,
Nian Astiningrum
-end-
Note:
*flavonoid: sebuah phytonutrisi yang memiliki anti kanker di dalamnya.
**zeaxantin: mampu melindungi sel lensa manusia dari paparan sinar UV, yang merupakan penyebab utama terjadinya penyakit katarak.

Reading:
Apriadji, Wied Harry. 2012. Buku Pintar Menu Balita 30 Hari. Jakarta: Pustaka Bunda.

Melindacare. 2012. Manfaat Bayam Bagi Kesehatan. http://www.melindahospital.com/modul/user/detail_artikel.php?id=1897_Manfaat-Bayam-Bagi-Kesehatan-. Diakses tanggal 23 Desember 2012.


Thursday, December 20, 2012

Measuring Depths from Its Surface


Pernahkah teman-teman menyadari bahwa perubahan aspek-aspek psikologis seringkali diikuti dengan perubahan-perubahan kecil dalam diri kita? Perubahan kecil seperti perubahan bentuk suatu huruf yang kita tulis atau perubahan selera berpakaian? Hmm, menarik ya?

Jadi ceritanya hari ini saya baru saja shopping di dunia maya alias belanja online dan dari sana saya menyadari adanya perubahan preferensi saya terhadap warna. Dulu, saya begitu tergila-gila dengan warna putih, sampai-sampai memilih motor, mobil, handphone dan tidak terhitung pernak-pernik kecil dengan warna itu; tapi kok sekarang mata saya lebih tertarik dengan warna merah? Ada apa ini? Lalu, jika saya runut ke belakang, saya memang berkali-kali berganti warna favorit selama kurang lebih 27 tahun ini. Pertama, pada saat saya kecil warna favorit pertama saya adalah merah; kemudian menginjak remaja awal saya menyukai warna biru donker. Lalu, pada saat kuliah semester akhir warna favorit berubah menjadi biru muda dan selanjutnya tamat kuliah, perlahan-lahan saya menyukai warna merah muda (pink) bertahan hingga sekitar usia 24 tahun. Dan setelah itulah, baru saya menekuni putih sebagai warna favorit saya sampai beberapa minggu lalu, sebelum saya memilih sebuah tas ransel berwarna merah daripada warna lain. Sebenarnya saya tidak akan menyadari hal itu, sampai suami bertanya, “Tumben pilih warna merah.” Hmm, pada saat itu saya masih menolak kalau saya sudah berganti warna favorit, terutama karena warna merah adalah warna yang paling tidak saya sukai selama beberapa tahun terakhir. Tapi, akhirnya setelah beberapa lama menyimpan dalam hati saja kebahagiaan saya melihat diri saya sendiri di depan cermin dengan baju berwarna merah, yang menurut saya membuat saya terlihat cerah dan mencolok; akhirnya hari ini saya mengakui bahwa saya memang menyukai warna merah!

My Color Timeline

Wednesday, December 12, 2012

The Therapeutic Effect of Writing

Ya, saya suka menulis hanya kurang teraktualisasi :D… Hehe, penyebabnya lebih ke diri saya sendiri sih… saya kurang commit untuk menulis, semasa sekolah dan kuliah, saya baru akan berhasil menciptakan sebuah tulisan yang utuh (sampai ke bagian ending) dengan dua alasan: untuk kepentingan tugas atau media katarsis*. Hasil tulisan yang pernah dipublikasikan ya skripsi saya dengan judul “Hubungan Antara Minat terhadap Komik Jepang (Manga) dengan Kemampuan Rekognisi emosi Melalui Ekspresi Wajah” yang dimuat pada Jurnal Psikologi Fakultas UGM tahun 2007. Skripsi yang sangat berkesan karena dibimbing oleh dosen yang menurut saya waktu itu bikin ga pede dalam waktu hanya 6 bulan disela-sela waktu KKN selama 3 bulan di daerah yang cukup terpencil. Judulnya adalah “berjuang mati-matian supaya bisa lulus tepat 4 tahun di semester-semester terakhir :D”

Selain itu, persis seperti yang saya ceritakan, tulisan saya kebanyakan dengan tujuan me-maintain psikologis saya sendiri, semacam menulis buku harian. Sejak SD saya sudah mulai menulis buku harian, tapi baru semasa kuliah (waktu itu ada tugas dari mata kuliah Kesehatan Mental untuk membuat semacam analisis diri. Waktu itu dosen saya, Ibu Silvia Retnowati, di dalam kuliahnya memberikan satu statement yang membuat saya merasa terserang sekaligus bertekad harus melakukan sesuatu. Beliau mengatakan bahwa kami (red: mahasiswa Psikologi) harus menyehatkan mental kami sendiri sebelum bisa menyehatkan mental orang lain. Huks, rasanya nyesek gimana gitu permasalahan psikologis saya waktu itu sederhana sih, yaitu tidak percaya diri akut. Sesuatu yang sebenarnya menurut saya sederhana dalam tulisan saja, tapi treatment-nya sangat tidak mudah, karena sudah berbagai cara saya lakukan tapi tetap saja saya masih suka ‘lari dan sembuyi’, hoho

Buku Harian Saya Sejak 2009
Belum penuh sampai sekarang :D

Monday, December 10, 2012

We Having Fun without TV at Home

Hmm, sebenarnya ada sih TV di rumah, tapi sudah lebih dari setahun tidak pernah dinyalakan!

Hal ini bukan sesuatu yang kami sengaja… Semua bermula pada saat suami lupa membayar tagihan langganan TV kabel di rumah karena sedang banyak dinas di luar kota. Sebulan, dua bulan, sampai entah berapa bulan tunggakan tagihan waktu itu, sampai akhirnya siaran diputus, haha… Saya sendiri cuek-cuek saja karena memang sudah tidak terlalu menikmati TV sejak mulai bekerja dan bertambah setelah Ganesh lahir. Lagi-lagi bukan karena unsur kesengajaan, tapi kesibukan tidak bisa intens mengikuti serial yang saya sukai; kadang nonton, kadang engga, jadi ga tau lagi jalan ceritanya. Dan singkat cerita, karena sudah terlalu lama menunggak, kami malas membayar tagihannya hingga sekarang!

Dulu saya termasuk orang yang gandrung dengan TV. Acara favorit saya (seperti wanita pada umumnya) adalah berita infotainment (seperti Silet, Check & Richeck), serial (seperti Jewel in The Palace) dan reality show (seperti Indonesian Idol, The X Factor dan Master Chef).  Suami juga bisa dibilang pecinta TV walaupun sedikit berbeda genre; suami saya lebih suka chanel berita dan film. Sebelum ada Ganesh, kami sering nonton TV berdua; tapi sejak Ganesh lahir TV lebih sering kami cuekin, sampai akhirnya tidak terurus seperti sekarang :D

Setahun lebih tanpa TV ternyata sama sekali tidak mengganggu kenyamanan kami, malah sekarang kalau dipikir-pikir lebih menyenangkan. Pada awalnya sih simpel saja; tanpa TV Ganesh ga terganggu tidurnya, waktu istirahat kami juga lebih teratur karena tidak ada acara menunda kegiatan karena nonton TV, tidak ada acara bengong-bengong di depan TV sampai mengabaikan pertanyaan orang lain (hehe..) dan ternyata lebih damai saja meluangkan waktu setiap malam setelah Ganesh tidur sambil ngobrol berdua ditemani suara kodok dan jangkrik di sekitar rumah :D.

Kegiatan Ganesh: [1] Ngeramin bebek; [2] Pake sandal Papa; 
[3] Nyobain headset Papa; [4] Mengamati kucing; 
[5] Masuk keranjang cucian; [6] Pake selimut bayi.


Wednesday, December 5, 2012

Little Superhero’s Breakfast: First and Then…


*Sebenarnya tulisan berikut bukan cuma membahas sarapan sih, pemilihan judul mempertimbangkan juga aspek catchyness*

Sebagai seorang ibu, meskipun dengan embel-embel full time worker, menyiapkan menu untuk si kecil adalah hal yang menyenangkan dan tidak bisa saya tinggalkan, meski sesempit apapun waktu yang ada. Pada awalnya tidak terpikir juga caranya seperti apa, berbekal browsing artikel-artikel di internet, baca buku panduan menu bayi dan beberapa modifikasi menyesuaikan kondisi saya dan Ganesh, alhamdulillah kami bisa bekerja-sama sampai sekarang… Ganesh menikmati menu-menu yang saya siapkan dan saya sendiri juga tenang, karena tahu pasti apa yang masuk ke perut anak saya.

Pada awal masa MPASI (usia 6 bulan) saya memperkenalkan bubur beras merah dan kacang hijau organik pada Ganesh dan alhamdulillah tidak ada kendala waktu itu. Alasan waktu itu sih, karena ada pendapat bahwa untuk MPASI pertama sebaiknya dipilih bahan yang rasanya tawar. Selain itu juga dianjurkan untuk tidak mencampur beberapa bahan makanan sekaligus untuk mengetahui reaksi alergi pada bayi. Alasan lain, karena beras merah dan kacang hijau mengandung energi dan gizi yang cukup, sedangkan embel-embel ‘organik’ pasti saya pilih untuk alasan keamanan.

Satu bulan pertama menyiapkan makan dan proses memberikan makan untuk Ganesh adalah pekerjaan yang cukup sederhana, cukup mencampur tepung beras dengan air dan memasaknya beberapa saat. Semua itu bisa saya lakukan sendiri, karena kebetulan waktu itu saya mengambil cuti untuk mengunjungi keluarga di Jawa. Setelah satu minggu pertama itulah tantangan pertama dimulai… Sebelumnya saya sudah sempat browsing bahan makanan apa saja yang aman untuk berbagai usia bayi, cara menyiapkan sekaligus penyimpanannya, dengan tujuan saya tetap bisa menyediakan makanan sehat untuk Ganesh meskipun harus bekerja.

His Food First [from 6m]