SOCIAL MEDIA

search

Tuesday, March 4, 2014

I Was Here

Bekerja di BUMN itu sedikit ‘rumit’, apalagi bagi mereka yang memandang ‘kerja’ sebagai sarana aktualisasi diri, bukan hanya ‘menyambung hidup’. Untuk mendapatkan gambaran yang lebih utuh, mungkin bisa membaca tulisan-tulisan Dahlan Iskan dalam perjalanannya membangun harapan dalam BUMN, “Manufacturing Hope”. Saya sendiri sejak On the Job Training (OJT) ditempatkan di bidang HR di sebuah unit BUMN di pelosok daerah. Sehari-hari saya berurusan dengan peraturan perusahaan dan peraturan disiplin pegawai serta menjalankan fungsi administrasi dan juga sosialisasi berkaitan kedua hal tersebut. Well, seharusnya pekerjaan saya tidak terlalu rumit dan penuh intrik ya… Karena semua sudah jelas dalam peraturan, baik prosedur maupun reward-punishment-nya. Tugas saya kan sekedar memahami peraturan, mensosialisasikan, menjaga supaya peraturan tersebut dilaksanakan serta melaporkan dan merekomendasikan reward atau punishment atas tindakan pegawai berkaitan dengan peraturan tersebut.

Tapi kenyataannya tidaklah sesederhana itu. Proses mensosialisasikan sebuah kebijakan itu sesuatu yang effortfull, tidak selesai dengan sekedar membuka sesi diskusi atau tanya jawab. Seringkali, peraturan itu ‘ditawar’, dikomplain dengan alasan memberatkan sampai tidak dilaksanakan karena alasan lupa, tidak paham atau (ternyata) masih tidak setuju :D. Lalu punishment-nya juga tidak konsisten dijatuhkan, entah karena ‘kebijaksanaan’ atau ketidakpedulian ‘__’. Akhirnya saya (pernah) benar-benar merasa meaningless, powerless dan selanjutnya merasa kurang puas dengan profesi yang menurut saya sama sekali tidak profesional ini ‘__’. Sementara, sayangnya saya juga bukan orang yang mudah untuk memutuskan resign dengan banyaknya pertimbangan.

Singkat cerita, membutuhkan waktu beberapa lama akhirnya saya merasa bisa melakukan sesuatu. Walaupun saya belum bisa menjangkau ranah sistem karena belum bisa meyakinkan mayoritas pembuat keputusan, saya masih bisa berusaha menjalankan fungsi saya dan meyakinkan para pembuat keputusan untuk melaksanakan fungsi HRM (Human Resources Management) seprofesional mungkin. Menyampaikan logika-logika setiap keputusan menyangkut HRM, pengaruhnya pada motivasi pegawai, budaya kerja dan sebagainya. Adakalanya usaha saya mental dan keputusan yang diambil tidak berpihak pada terciptanya budaya kerja yang sehat, tidak memupuk motivasi pegawai dan sebagainya. Saya mengerti bahwa keputusan itu mungkin diambil untuk menghindari konflik atau lainnya. Tapi, tetap tugas saya adalah untuk memberikan pertimbangan-pertimbangan dari sisi HRM dan saya akan terus menyuarakan semua itu.

Hal kecil lain yang saya lakukan adalah dengan berusaha memberikan pemahaman yang benar  dan menguatkan mindset orang-orang dalam perusahaan. Jika menurut Dahlan Iskan, dalam sebuah perusahaan terdapat 10% orang yang kurang baik, 10% orang yang baik dan 80% sisanya hanya ikut-ikutan; maka permasalahan tempat kerja saya adalah kegagalan pelaksanaan sistem reward dan punishment, sehingga menyebabkan 10% orang yang tidak baik tersebut mampu meracuni 80% orang yang hanya ikut-ikutan. Jadi, mari kita berusaha memperkuat 10% orang baik dalam perusahaan dengan pengetahuan-pengetahuan dan pemahaman yang benar tentang peraturan perusahaan. Memberikan pilihan kepada 80% orang yang hanya ikut-ikutan untuk memilih mengikuti hal yang benar. Dan menggunakan kekuatan 10% orang baik dan beberapa % orang yang mengikuti kebenaran untuk menghambat 10% orang yang kurang baik ‘menebarkan racun’ ke tempat yang lebih luas :D.

Buletin ‘Kepegawaian in News’ Edisi Pertama
Proyek tugas akhir OJT tahun 2008

Karena saya suka menulis, akhirnya lahirlah Buletin ‘Kepegawaian in News’ untuk usaha tersebut. Buletin ini awalnya adalah proyek tugas akhir On the Job Training saya. Waktu itu isinya adalah bahasan akan SK (Surat Keputusan) yang baru diberlakukan, info kegiatan dan kejadian di lingkungan perusahaan sebagainya. Sempat dua kali terbit dengan format seperti itu, kemudian mati suri selama beberapa saat, dan akhirnya tahun lalu buletin ini terbit kembali dalam format yang berbeda. Mulai tahun lalu, buletin ini membahas suatu topik spesifik secara mendalam. Menganalisa peraturan perusahaan terkait yang berlaku dan juga membahas filosofi di balik peraturan tersebut serta menyampaikannya dengan bahasa yang lebih mudah dipahami. 

Buletin ‘Kepegawaian in News’
edisi Serba-Serbi Absensi
Setelah mati suri selama beberapa tahun :D
Terbit September 2013

Misalnya saja buletin kali ini, saya sengaja membahas masalah remunerasi perusahaan dari A sampai Z. Mulai dari kenapa sih perusahaan memberikan gaji kepada pegawai, besarnya, dasar aturan sampai bagaimana menyikapinya dengan positif. Mendapatkan gaji itu tentu sesuatu yang menyenangkan, kita pasti hapal apa akan keluar kapan, tapi sayangnya beberapa melupakan hakikat dari gaji tersebut. Misalnya nih, imbalan kinerja, setiap kali melirik ke kiri-kanan dan membandingkan, kok ya tidak dibarengi dengan pembandingan kinerjanya. Iya sih, hal yang manusiawi, kita selalu menginginkan lebih banyak. Dan itu juga hal yang positif jika dibarengi dengan usaha yang legal dan prosedural. Pengen imbalan kinerja yang banyak, ya tingkatkan prestasi kerjanya dong :D. Ini berlaku juga untuk atasan yang kadang belum bisa menempatkan imbalan kinerja sebagaimana mestinya, dan akhirnya penilaiannya bias dengan faktor lain, senioritas misalnya ‘___’.

Untuk proses penulisan, designing dan editing saya lakukan sendiri dengan sumber data peraturan-peraturan yang ada serta wawancara dan konsultasi dengan beberapa sumber. Selanjutnya, untuk memastikan buletin ini sudah cukup memadai dan reader friendly, saya minta bantuan beberapa rekan kerja untuk menjadi reviewer. Dan untuk proses mencetak sendiri, saya menggunakan printer laserjet kantor kemudian bergotong-royong dengan teman-teman seruangan untuk men-staples dan melipatnya menjadi bentuk booklet. Lumayanlah untuk kami bisa menyelesaikan proses mencetak 192 eksemplar buletin dalam waktu 1 hari :D.

Buletin ‘Kepegawaian in News’
Edisi Memahami Sistem Remunerasi Kita
Terbit Maret 2014

Begitulah kira-kira sneak peak dari proyek menulis untuk lingkaran kecil saya. Efektifitas dan dampaknya mungkin kecil, tapi sekecil apapun itu, saya akan berusaha membuat perubahan ke arah yang lebih baik. Paling tidak saya memberikan dukungan bagi mereka di lingkaran kecil ini, yang ingin bertahan dalam kebaikan dan juga menyebarkan kebaikan itu. Tentu saja itu jauh lebih baik daripada sekedar diam dan tidak melakukan sesuatu bukan? Atau daripada sekedar mengkritisi, menjelekkan atau meratapi keburukan yang ada. Semua yang menurut pengalaman saya hanya membuat keadaan terasa lebih berat, tanpa (paling tidak) membuat kesempatan untuk memperbaiki keadaan.

Proses Cetak:
Print, lipat, staples, lipat lagi :D
192 Eksemplar buletin siap edar
Didoain dulu supaya membawa efek positif
yang banyakkk :D

Baiklah kenapa saya menulis ini? Hmm, entah kenapa, beberapa minggu ini saya sedikit melow dan berpikir sangat jauh. Tiba-tiba saya merasa bahwa setiap manusia sesungguhnya bisa mencapai suatu tujuan yang lebih tinggi dalam apapun keadaan mereka. Seorang ‘kuli’ BUMN seperti saya, alih-alih hanya mendapatkan gaji untuk menyambung hidup, bisa berusaha memperbaiki kultur yang ada semampu saya. Demikian juga dengan profesi lain; guru, polisi, pedagang, ibu rumah tangga dan sebagainya. Semua orang pasti memiliki lingkaran kecilnya sendiri dan dari sana kita bisa memulai. Paling tidak dengan memberikan informasi yang membawa kebaikan, dimana dari sana ada harapan bahwa akan ada orang yang menjadi lebih baik. Kemudian mereka pun akan mempengaruhi lingkaran-lingkaran kecil mereka masing-masing… Indah sekali bukan :).

Lupakan soal efektifitas dan besarnya dampak yang bisa kita ciptakan. Paling tidak kita mengusahakannya, dengan segenap hati kita dan membuat dunia menjadi sedikit lebih baik karena kita berada di sana. Seperti lirik lagu ‘I Was Here’ ciptaan Diane Warren yang dipopulerkan oleh Beyonce berikut ini…

“I just want them to know
That I gave my all, did my best
Brought someone some happiness
Left this world a little better just because
I was here”
(Diane Warren)

*sebagaimana label tulisan ini, ‘opinion’, pengalaman yang saya ceritakan adalah sebuah pendapat subjektif akan suatu keadaan. Yang mungkin keadaan itu bisa dipersepsikan berbeda oleh orang lain.

With Love,
Nian Astiningrum
-end-

4 comments :

  1. Thanks for sharing Maak.. bisa kasih inspirasi juga :)
    Kalau gak dicoba kan gak akan tahu hasilnya, iya kan? sipppp!

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sama-sama mbak Wening.. iya, kadang kita nyerah duluan karena merasa tidak bisa melakukan sesuatu, karena besar dan kronisnya masalah..
      Padahal seandainya, kita semua melakukan hal sekecil apapun itu, pasti membuat perubahan sekecil apapun..
      Sipp :)
      Makasih sudah mampir ;)

      Delete
  2. Entah mengapa mataku sangat senang melihat kata 'remunerasi' :D
    *salah fokus*

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hehehe.. remunerasi memang kata yg menyenangkan, karena itulah salah satu hal yang kita tunggu dari pekerjaan kita.. tapi saya seringkali ngelus dada, karena ada aja orang yg kurang bisa bersyukur dg itu tp kurang bisa menunaikan kewajibannya '__'

      Delete

Hai! Terima-kasih sudah membaca..
Silakan tinggalkan komentar atau pertanyaan disini atau silakan DM IG @nianastiningrum for fastest response ya ;)