SOCIAL MEDIA

search

Friday, December 29, 2017

Pelajaran dari 'Drama' Sakitnya Mahesh: Totalitas Ibu, Ketenangan Anak dan Penyembuhannya…

Anak sakit, tidak perlu panik… Yes, karena konon anak usia di bawah satu tahun, mengalami sakit rata-rata 8-12 kali dalam kurun waktu setahun dan berkurang menjadi 6-8 kali setahun setelah lebih besar. Faktor penyebabnya di antaranya adalah karena mereka belum sadar pentingnya menjaga kesehatan dan kebersihan, serta sistem imunitasnya belum sempurna.
Dan saya memang relatif tidak pernah terlalu panik sih saat anak sakit. Demam, batuk pilek hingga diare ringan biasanya akan sembuh dengan sendirinya dengan perawatan di rumah (tidak perlu ke dokter). Bahkan, ada riwayatnya kala itu Ganesh yang mengalami muntaber, hingga menurut dokter mengalami dehidrasi sedang dan seharusnya rawat inap, kami rawat sendiri di rumah, karena tidak ada kamar di RS. Adanya kamar gabungan, ya kan mikir-mikir juga, bagaimana jika malahan nanti tertular sakit lain, sementara daya tahan tubuh anaknya memang sedang lemah. Masih ingat sekali kata dokter saat itu, "Ini dehidrasinya masih sedang kok Bu, saran saya dirawat di rumah saja karena kondisi di rumah sakit sedang tidak memungkinkan… Nanti jika kemudian anaknya masih terus-terusan mutah berak dan bertambah lemas, silakan di bawa ke rumah sakit lagi…"

Dan alhamdulillahnya, perkataan dokter tersebut tidak meleset… Dengan berusaha sekuat tenaga (baca: terus-menerus menggendong anak selagi terjaga, memberi cairan setiap 5 menit sekali 1 sendok makan, 'memaksanya minum obat', dan mengusahakannya istirahat dengan nyaman), kemudian keadaan si sulung kala itu membaik hingga benar-benar sembuh. Fiuhhhh, benarrr-benarrr legaaaa… (dengan penekanan).

Dengan pengalaman jungkir baliknya saat anak pertama sakit, jelas mental saya sudah terlatih menghadapi sakitnya anak kedua, Mahesh. Demam, batuk pilek, hingga diare ringan hingga tiga hari, saya masih tenang merawatnya di rumah tanpa ke dokter. Prinsipnya adalah menjaga agar anak tidak dehidrasi, mendapat istirahat yang cukup dan tidak kekurangan nutrisi, maka kondisi anak pun akan membaik sedikit demi sedikit.

Ini pose tutup hidung Mahesh supaya ingus ga meler, sementara
Mamanya belum datang…

Prinsipnya sih seperti itu, dan selama ini alhamdulillah selalu terbukti benar… Sampai akhirnya saya dibuat galau saat Mahesh kemudian sakit di Bulan Oktober - November 2017 lalu. Sakitnya sih ringan saja… demam, batuk pilek dan disusul dengan diare. Tapi, yang membuat ketenangan saya kemudian rontok adalah sakitnya itu datang dan pergi silih berganti. Sehari demam, batuk pilek… sehari berikutnya demamnya hilang tinggal batuk pilek saja selama beberapa hari, kemudian demam lagi masih batuk pilek, demam hilang batuk pilek membaik beberapa hari, demam lagi kemudian diare… Terus, hingga dihitung-hitung sampai juga sebulan kondisinya turun naik seperti itu… Nafsu makan kacau balau hingga tulang-tulang tampak bersilangan di tubuhnya karena terlihat kurus. Juga tingkat kerewelannya yang meningkat drastis… sementara saya harus bekerja, ibu mana yang tidak tumbang kepercayaan-dirinya coba? 

Huhu, sungguh, sakit Mahesh kala itu sungguh drama! Selain makannya jadi agak susah, anaknya juga jadi pemilih banget, apa-apa maunya harus mama! Bahkan untuk hal sekecil pipis dan ngelap ingus… juga harus mamanya. Sementara saya, walaupun dengan kantor yang hanya berjarak 10 menit saja dari rumah, tentu tidak bisa seleluasa itu untuk mengurus semua kebutuhan Mahesh… Dan anaknya, sungguh cranky dan ngotot dengan maunya… Alhasil, anaknya pernah nangis sambil nungguin mamanya di depan rumah sambil nempelin jarinya ke lubang hidung supaya ingusnya ga meler, demi menunggu mamanya yang ngelapin. Pernah juga ketiduran di karpet ruang tamu karena nungguin mau eek sama mamanya. Atau terus menerus nangis, sampai tetangga nelponin ngabarin kondisi Mahesh.

Iya, dramanya sakit Mahesh kala itu sampai seperti itu. Sesuatu yang sangat bisa saya maklumi karena badannya yang terasa tidak nyaman. Tapi, sungguh menjadi dilema tersendiri buat saya, karena tidak bisa selalu ada di sampingnya dalam kondisi seperti itu…

Sampai akhirnya melihat kondisi Mahesh yang naik turun, sakitnya tidak kunjung benar-benar pergi… pada demam dan diarenya yang terakhir, saya memutuskan untuk mengambil cuti setelah mengambil kesimpulan bahwa Mahesh benar-benar membutuhkan saya untuk membuatnya merasa nyaman. Dimana rasa nyaman secara psikis itu pastinya adalah satu hal yang sangat membantunya untuk benar-benar sembuh 100% dan tidak sakit-sakit lagi.

Sebenarnya bukan keputusan yang bulat sih, tapi masih melihat situasi… Jadi, ceritanya Jumat sore saya membawa Mahesh ke dokter, dan mikirnya sih kalau memang nanti Minggu Mahesh sudah benar-benar sembuh dan ikhlas melepas saya ke kantor (ga rewel-rewel lagi), ya saya ga akan cuti. Tapi kalau Mahesh-nya masih belum sepenuhnya sembuh dan masih demanding sekali akan kehadiran saya, ya saya akan cuti. Maklumlah, pekerja seperti saya, cutinya cuma 12 hari setiap tahun, harus benar-benar digunakan untuk saat-saat yang penting…

💡 Berkonsultasi dengan Dokter Spesialis Anak. Seperti yang saya ceritakan sebelumnya, bisa dibilang, kami (saya dan suami) ini penganut aliran yang jarang ke dokter saat anak-anak sakit. Palingan ya saat sakitnya parah, sakitnya ga sembuh-sembuh, atau sakitnya datang dan pergi seperti kali ini, baru kami ajak anak-anak ke dokter.

Dan ikhtiar membawa anak ke dokter pun, diawali dengan pencarian dokter anak yang menurut kami kompeten dan mudah dijangkau. So, sehari sebelumnya, saya sudah hunting dokter anak yang recommended, yang buka hari Jumat dan lokasinya tidak terlalu jauh dari rumah. Yes, kami baru pindah rumah dan di Lampung sendiri sedang banyak pembangunan fly over jadi macet dimana-mana… Mau nyamperin dokter kami yang dulu, kok rasanya effortful sekali, sudah jauh, ngantrinya panjang lagi…

Dan akhirnya, setelah survey ke beberapa teman, saya yakin untuk membawa Mahesh ke dr. Sri Murni A. Ritonga, Sp.A yang katanya teman saya yang pasien dia, orangnya ramah banget… Kalau ketemu anak-anak pasiennya, pasti menyapa dengan lembut, "Adeek… hayo, kenapa ya…" dalam bayangan saya sih kaya suaranya Princess Syah**ni gitu 👸. Lokasi prakteknya juga tidak terlalu jauh dari rumah, ideal lah pokoknya.

So, sore itu, sepulang dari kantor, saya pun langsung mengangkut Mahesh dan kakaknya dengan go-car menuju rumah sakit tempat praktek dokter. Sengaja pakai taksi online, karena nanti mau ketemuan dengan papanya yang pulang kerja di sana… jadi biar bisa pulangnya barengan, soalnya tempat kerja suami jauh, bakal telat kalau nunggu minta dianterin dari rumah… Tapi kalau saya benar-benar sendirian bawa dua anak cowo satu usil dan satunya gendongan terus, kayaknya juga berat 😅. Makanya, itu sudah jalan tengah banget deh…

Nah, di sana saya berusaha menceritakan poin-poin dari sakitnya Mahesh sedetail mungkin kepada perawat untuk diberikan kepada dokter sebagai berikut:
  • Keluhannya apa? Demam, batuk pilek dan diare. 
  • Demamnya sudah berapa hari? Dua hari, kalau dikasih obat penurun panas turun, tapi kemudian naik lagi. 
  • Diarenya berapa kali sehari? Sebenarnya sih ga sering mbak… cuma dua sampai tiga kali, tapi teksturnya encer sekali dan baunya tidak seperti biasanya. 
  • Sebelum diare, makan atau minum apa? Yang agak aneh mungkin pasta di Pi**a Hut… sorenya, Mahesh langsung demam dan diare. Sementara kakaknya juga demam sehari setelahnya. 
  • Susu yang diminum apa? Susu UHT Ul**a Mimi yang rasa strawberry… Biasanya ga ada masalah kok minum susu ini. 
  • Makan dan minumnya gimana? Nah, itu dia mbak… Kalau minumnya sih banyak, tapi makannya agak susah. Sebenarnya bukan ga nafsu makan, tapi setiap kali makan terlalu banyak dia akan muntah, makanya dia jadi ngerem makannya… 
  • Oh ya mbak, dia ini sakitnya kalau dihitung-hitung udah satu bulanan lho… Demam, batuk pilek, dan juga diare… Kalau batuk pileknya selama sebulan ini belum pernah sembuh 100%, kalau demamnya, pada saat ngedrop aja sih, kalau diare baru dua hari ini. Jadi sakitnya itu, misal dua hari demam, lalu pemulihan, lima hari sehat, terus tahu-tahu demam lagi… kaya gitu mbak. *Penting ini disampaikan, karena inilah alasan utama saya akhirnya mengajak Mahesh ke dokter. 
Informasi ini kemudian digunakan dokter untuk menegakkan diagnosa setelah memeriksa Mahesh secara fisik. Oh ya, pada saat diperiksa ini Mahesh nangis tantrum menolak, padahal sebelumnya saya sudah berusaha sounding bahwa dia akan diperiksa tante dokter supaya sembuh. Tapi ya anaknya tetap nangis, ya gapapa lah… for your goodness Le…

Dari hasil pemeriksaan dan informasi yang saya berikan sebelumnya itu kemudian dokter menyimpulkan dan memberikan saran kepada kami sebagai berikut:
  • Mahesh mengalami infeksi pada saluran cerna, kemungkinan besar karena pasta yang dimakan. So, stop dulu semua jajanan, makanan yang berpewarna dan berpengawet, semua jenis junk food (mau pasta, ayam goreng, pizza, dan semuanya makanan siap saji). Makannya hanya boleh nasi putih, dengan lauk ayam, daging sapi atau tahu, jenis sop lebih baik. Jangan dulu diberikan buah kecuali pisang atau sayur dan minumnya air hanya boleh air putih… Susu UHT-nya stop dulu, ganti dengan susu soya. "Kalau minum teh boleh enggak dokter?" tanya saya. "Teh tapi tanpa gula boleh, tapi sebaiknya ga usah, karena teh itu menghambat penyerapan zat besi," demikian penjelasan dokter.
  • Mahesh juga mengalami infeksi pada saluran pernapasannya, banyak lendir di sana, makanya dia batuk dan ada suara grok-grok. Jadi, jauhkan dulu dari segala potensi debu; selimut bulu, karpet bulu, boneka bulu dan sebagainya yang dapat menyimpan debu.
  • Kemudian dokter menanyakan obat apa saja yang sudah diberikan dan meresepkan obat untuk Mahesh. "Obat turun demam masih ada?" tanyanya. "Masih ada Dok, Tempra…" jawab saya. "OK, jika demam, lanjutkan pemberian tempranya sesuai dosis… Yang lain, saya resepkan obat antibiotik yang harus dihabiskan; obat X untuk saluran napasnya diminum sampai suara grok-groknya benar-benar hilang; obat Y minimal diminumkan selama sepuluh hari; obat Z untuk batuknya, hentikan jika sudah tidak batuk…" katanya kemudian, yang benar-benar berusaha saya rekam baik-baik dalam ingatan.
💡 Merawat Fisiknya Anak Selama Sakit.  Dengan penjelasan dokter yang begitu jelas, terperinci dan logis itu, saya pun merasa sependapat dengan penanganan yang diberikannya. Dan setelah pulang ke rumah pun, saya langsung memulai pemberian obat untuk Mahesh sesuai petunjuk dan melaksanakan petunjuk-petunjuk dokter lainnya. Awalnya tentu saja Mahesh menolak… dan saya pun akhirnya harus mengeluarkan kalimat ancaman kepada Mahesh, "Adek, nanti kalau ga diminum obatnya, nanti disuruh tante dokter nginep di rumah sakit lho… Emang Adek mau sendirian di rumah sakit?" Dan dia pun akhirnya mau minum obat meskipun dengan berat hati.

Mengenai makanan dan minuman, saya juga ikutin banget sarannya dokter… Saat sakit, Mahesh cenderung ingin makan yang segar-segar, seperti mangga, jeruk dan semangka; makanya kami seringkali berdebat dulu, sampai akhirnya Mahesh menurut dan mau makan pisang saja. Sementara untuk makan berat, dia cenderung mau makan nasi saja atau nasi dengan telor dadar. Telor dadar memang tidak masuk dalam list lauk anjuran dokter sih, tapi, rasanya ga masalah lah dikasih ke Mahesh.

💡 Merawat Psikisnya Anak Selama Sakit.  Selain merawat fisiknya dengan makanan, minuman dan obat-obatan yang mendukung penyembuhannya; sebagai seorang yang melankolis, saya sadar sekali bahwa salah satu hal yang akan mempercepat penyembuhan adalah perasaan tenang dan bahagianya anak. Sebagaimana jika anak merasa cemas, gelisah dan kurang bahagia, maka penyembuhan akan lebih lambat, meskipun fisiknya telah dirawat dengan baik. Jadi, sementara saya libur dan menjaga Mahesh, saya berusaha menuruti kemauannya yang tidak bertentangan dengan anjuran dokter. Ya, ambilin minum, ya ngajak ke kamar mandi, ya ngelapin ingus, ya ngelonin tidur, sampai gendong-gendong sama mama… semua saya turutin, walaupun artinya itu saya harus selalu di samping dia dan tidak melakukan aktivitas lain. Bahkan untuk mandi dan buang air besar kecil saja harus pamitan dulu supaya anaknya ga nyariin 😅

Saat sakit, Mahesh baru bisa tertidur setelah digendong kain Mamanya…

Dan alhamdulillah, setelah dua hari perawatan full body and soul, Mahesh sudah membaik; tidak demam lagi, tidak diare lagi dan batuk pileknya sudah berkurang. Tapi, melihat kondisinya yang masih terlihat masih lemas dan kurang nafsu makan, akhirnya niat cuti pun direalisasikan. "Pokoknya, kali ini Mama ga akan lengah lagi Mahesh… Mama akan memastikan kamu benar-benar sembuh dan siap mental melepas Mama ke kantor, baru mama ke kantor lagi… Tapi, tentu saja harapannya dua hari cukup ya Nak, soalnya cuti mama tinggal sedikit… huhu…"

Untuk membuatnya lebih bahagia, saya juga mengajak Mahesh mengantar jemput kakaknya ke sekolah sementara saya cuti, toh jaraknya tidak terlalu jauh, hanya 20 menit saja. Bawa bantal, berjaga-jaga kalau anaknya capek… Tapi, Mahesh-nya sih ternyata happy-happy saja ngobrol sama kakaknya di perjalanan. Senang melihatnya seperti itu, dia bahagia, berarti tubuhnya juga akan lebih cepat pulih…

***

Daaaan… setelah semua perawatan full body and soul extended-nya Mahesh… dia terlihat sudah cukup segar, ceria dan banyak makannya, woohoo! Kemudian, Selasa sore saat pun saya bertanya padanya, "Adek, besok Mama boleh ke kantor ga? Nanti kita anterin Kakak ke sekolah… Lalu, nanti Adek anterin Mama ke kantor… Terus, Mama anterin Adek ke rumah… Adek tunggu Kakak sama Mama di rumah sama Bude sama Mbak ya…" Dan dia bilang 'iya' dengan tetap ceria.. Nyess rasanya hati saya…

Walaupun jadinya lebih rempong karena itu artinya setiap pagi harus menyiapkan tetek bengek anak-anak sebelum berangkat jam 6.45; bolak balik dari rumah - sekolah kakak - kantor - rumah - kantor, semua itu terbayar lunas dengan keikhlasan dan ketenangan hati Mahesh yang berimbas juga pada kesehatan dan mood-nya. Lalu, apa kabar kantor? Alhamdulillah, jarak dari rumah ke kantor cuma 10 menit… jadi, dengan panjangnya perjalanan itu, saya bisa mulai bekerja pukul 07.50, dimana ini masih terlambat dari seharusnya jam 07.30, jadi pe-er saya sampai saat ini adalah supaya bisa berangkat dari rumah pukul 06.30! Which is, memang agak susah karena tidak ada IRT yang menginap… tapi, tetap optimis bisaa!!

***

Hmm, long story ya… Dan kemudian, lesson learned yang saya dapatkan dari pengalaman sakit anak-anak, terutama sakit Mahesh yang terakhir yang saya ceritakan panjang lebar adalah:
  • Bagaimanapun juga, sakitnya anak itu akan membawa banyak 'kerugian' bagi anak maupun orang-tua. Bagi anak, sebut saja, salah satunya adalah kurangnya asupan nutrisi yang (dikhawatirkan) berimbas pada pertumbuhannya. Huhu, inilah yang saya rasakan pada sakit Mahesh yang terakhir, sungguh sedih melihat badannya yang menjadi kurus karena sakitnya yang datang dan pergi… So, mencegah lebih baik daripada mengobati, caranya tentu saja dengan menjaga daya tahan tubuh dengan menjaga asupan nutrisinya, menjaga kebersihan, menjauhkan anak dari potensi sumber penyakit, dan imunisasi.
  • Jika anak terlanjur sakit, untuk mempercepat penyembuhan, kita harus total dalam merawatnya; baik fisik maupun psikisnya seperti yang saya ceritakan di atas. Fisik: dengan memastikan anak tidak kekurangan cairan dan nutrisi serta istirahat cukup. Dimana dalam hal ini, jika anak mengalami demam lebih dari 38o maka anak perlu diberikan obat penurun panas seperti Tempra agar anak bisa beristirahat lebih tenang dan juga menghindari dampak lebih serius karenanya.
  • Nah, jika sakit anak berlanjut setelah semua perawatan yang kita berikan atau seperti Mahesh yang sakitnya datang dan pergi, sangat dianjurkan untuk untuk berkonsultasi dengan dokter untuk mendapatkan diagnosa dan treatment yang lebih intensif.
Bonus… ngomong-ngomong soal obat penurun panas, sesungguhnya pada awalnya juga sedikit menghindari alias tidak memberikannya meskipun anak demam cukup tinggi (lebih dari 38o Celcius). Saya sih mikirnya waktu itu, toh demamnya masih normal, dan demam sendiri kan sesungguhnya hanyalah reaksi tubuh terhadap infeksi penyakit tertentu, bukan penyakitnya. Jadi, kalau pun diberi obat penurun panas dan panasnya turun, bukan penyakitnya yang hilang, tapi hanya simptomnya saja. Hingga perlahan-lahan, setelah memahami beberapa literatur yang ada serta terlebih lagi pengalaman akan dampak demam yang membuat anak kesulitan untuk beristirahat dan memperlambat penyembuhan, saya pun berubah pandangan…
Penggunaan obat penurun panas memang tidak menyembuhkan penyakit yang diderita tapi adalah sesuatu yang bermanfaat dan diperlukan pada kondisi dimana demam anak lebih dari sama dengan 38o Celcius; untuk menghindari gejala yang lebih buruk (kejang) atau sekedar untuk membuat anak nyaman dan dapat beristirahat dengan lebih baik.
Untuk obat penurun panasnya sendiri, kami selalu menggunakan Tempra yang selalu ada di kotak obat keluarga kami. Tempra adalah salah satu obat penurun panas untuk anak dengan kandungan aktif paracetamol dalam tiga varian yang bisa dipilih sesuai usia anak; Tempra Drops (0-1 tahun), Tempra Syrup (1-6 tahun), dan Tempra Forte (6 tahun ke atas).


Adapun alasan saya lebih memilih Tempra daripada obat penurun panas lain adalah:
  • Aman di lambung. Jadi rasanya lebih tenang memberikannya pada anak, sementara anak makannya cukup minimalis selama sakit.
  • Dosis Tempra tepat, tidak menimbulkan over dosis maupun kurang dosis. Sehingga obat ini bekerja secara efektif untuk menurunkan demam dan tidak berbahaya jika digunakan sesuai petunjuk.
  • Seringkali diresepkan oleh dokter anak yang menurut kami kompeten, sehingga kami yakin bahwa kualitas Tempra cukup terpercaya.
  • Rasanya disukai anak-anak. Rasa anggur untuk Tempra Drops dan Tempra Syrup, serta rasa jeruk untuk Tempra Forte.
  • Tidak dikocok karena larut 100%.
  • Mudah didapatkan di minimarket terdekat dan harganya relatif ekonomis.
  • Kemasannya aman (botol ulirnya tidak mudah dibuka anak-anak), serta lengkap dengan takaran yang mudah digunakan sesuai usia anak. Untuk Tempra Drops, takarannya sejenis pipet, sehingga mudah diberikan pada bayi.
Fiuhh, jadi begitu deh kira-kira pengalaman dan insight yang saya dapatkan terkait anak sakit, yang akhirnya ditulis karena sakit Mahesh terakhir yang begitu membekas alias drama banget… Semoga anak-anak kita selalu sehat ya ibu-ibu, tapi kalau sampai anak kita sakit, ya semoga saja segera sembuh dan sehat kembali. Amiin…

Artikel ini diikutsertakan dalam lomba blog yang diselenggarakan oleh Blogger Perempuan Network dan Tempra

With Love,
Nian Astiningrum
-end-

Monday, December 11, 2017

Catatan-Catatan 'Naive' Ganesh di Sekolah

Menjadi orang-tua itu bukan perkara mudah… 
Bukan cuma masalah merawat fisik macam menjaga asupan nutrisi dan kesehatan; tapi juga merawat psikis mereka dengan kesabaran dan memberikan pendidikan yang tepat. Ya, semua orang-tua, pasti tahu yang saya maksud, termasuk breakdown-nya hingga perkara terkecil. Juga pasti setuju jika perkara (merawat fisik dan psikis anak) itu bagaikan ombak yang datang silih berganti; kadang sekedar riak-riak kecil yang menggelitik… kadang adalah ombak besar yang membahayakan keselamatan. Dan poinnya adalah, bahwa semua itu tidak pernah berhenti, tidak pernah selesai sepenuhnya… Sampai kapan pun, selama kita hidup, peran kita sebagai orang-tua tidak akan pernah berakhir. Merdeka!!

Yep, akhirnya saya sangat sependapat dengan quote pendek yang makna penjabarannya sangat panjang itu. Bukannya dulu tidak sependapat, tapi intensitas sependapatnya lebih-lebih lagi sekarang… setelah 6 tahun 5 bulan resmi menjadi seorang ibu. Setelah pada suatu hari, akhirnya merasakan sendiri mempunyai anak sekolah dan menerima laporan dari gurunya bahwa si anak melakukan tindakan yang negatif di sekolahnya. Saya kemudian benar-benar menjiwai sepenuhnya bahwa memang menjadi orang-tua itu bukan perkara mudah…

Setelah ombak besar Ganesh mogok sekolah di usia 4,5 tahun sekitar 2 tahun yang lalu… padahal awalnya dia sendiri yang ingin sekolah… Dimana kejadian ini praktis membuat mood Ganesh kacau balau karena bosan seharian di rumah tanpa kegiatan yang menyibukkannya; sementara mamanya 'harus' bekerja dari pukul 7.00 hingga 17.00… Ombak kali ini hitungannya cukup besar juga dan membuat saya cukup shock dan was-was…

Hari itu, saya mendapat laporan akan 4 perilaku buruk Ganesh di sekolah, yang dalam hal ini wali kelas sudah kewalahan dan kehabisan akal untuk menasehatinya.


Dan perilaku ini adalah: berkata jorok, bermain berlebihan hingga temannya kesakitan, bercanda tidak sopan (berkaitan dengan daerah pribadi), dan permasalahan kepatuhan pada aturan.

💡 Berkata jorok. Berkata joroknya Ganesh sesungguhnya menurut saya sangat light sih. Tidak ada unsur kasar seperti menyebut orang lain dengan sebutan binatang atau sesuatu yang sifatnya ke arah sesuatu yang seronok. Berkata joroknya Ganesh adalah mengatakan kata-kata (yang relatif) sensitif sebagai bahan bercandaan atau di saat yang tidak tepat. Misalnya begini, pas bercanda dengan temannya kemudian dia bilang, "Pantat!" atau "Eek!" Udah, gitu aja, lalu dia tertawa keras-keras dan semakin dia ulangin semakin orang berusaha memberi tahunya.

💡 Bermain berlebihan hingga temannya kesakitan. Ganesh semacam menggelitiki temannya sampai dia kesakitan gitu. Temannya minta Ganesh udahan, eh, Ganeshnya lanjut terus… Dan juga dari cerita Ganesh sih, dia juga menarik kerah baju temannya ala-ala orang berantem gitu… Ganesh sempat memperagakannya di depan saya dengan pengakuan polosnya, "Tapi kan, Anesh juga pernah diginiin sama X (sambil memperagakan) ga apa-apa…"

💡 Bercanda tidak sopan (berkaitan dengan daerah pribadi). Hemm… jadi begini, menurut gurunya, hari itu Ganesh bercanda dengan berlari menunduk ke arah bawah pinggang temannya. Enggak sampai menempel atau menyentuh, dia cuma semacam nakut-nakutin temannya gitu. Itu yang saya tangkap dari penjelasan gurunya. Mungkin untuk kita orang dewasa, perilaku seperti ini cukup embarassing dan dipersepsikan macam-macam ya, dan saya pribadi pun sempat sedikit shock juga. Tapi, ya ini seorang anak kecil, yang saya tahu lingkungannya bisa dibilang cukup steril dari hal semacam itu, jadi saya yakin dia hanya mencoba-coba dan kemudian diulangi lagi karena teman-temannya kemudian heboh akan perilakunya ini. Tidak ada sedikit pun niat buruk, dan bahkan dia tidak paham bahwa perilakunya itu tidak baik.

💡 Tidak patuh aturan/guru. Jadi keluhan gurunya Ganesh adalah dia ini susah mengikuti aturan yang ada… misalnya merapikan buku sebelum belajar. Dan kalau dinasehatin gurunya, kemudian dia akan menurut sih, tapi dengan ogah-ogahan mengerjakannya. Lalu, misalnya diminta untuk memperhatikan ke depan misalnya… iya, sebentar dia akan memperhatikan ke depan, tapi sebentar kemudian ya balik lagi, asyik dengan kegiatannya sendiri.

Borongan kan… Pertama kali mendengar laporan itu, saya benar-benar terpukul. Muka saya sampai panas rasanya menahan rasa malu, juga rasa kesal, dan terakhir merasa gagal menjadi seorang ibu… Setelah sempat memarahi Ganesh selama perjalanan pulang sekolah, setelah Ganesh sampai di rumah, di perjalanan kembali ke kantor; saya langsung telpon suami… Cerita panjang dan emosional, lengkap dengan sesi nangis-nangis, merasa gagal mendidik Ganesh, merasa bersalah, dan sebagainya…

Yang, yah… untung saja suami saya sudah terbiasa menghadapi cuaca ekstrim hati saya, jadi tetap bisa berpikir rasional mendengar curhatan saya, yang mayoritas penuh dengan drama. Dia bilang, "Yah, namanya anak-anak… kurasa Ganesh ini sebenarnya terlalu naive aja, dia ga tahu kalau apa yang dia lakukan itu salah… Malah dikiranya keren kali, temen-temannya lalu teriak-teriak ngadu ke miss-nya…"

Kata-kata yang akhirnya setelah sekitar 30 menit kemudian baru bisa saya cerna maksudnya, merasa sependapat dan kemudian mulai berpikir jernih tentang permasalahan ini…

OK, dan sebelum saya menceritakan apa yang kemudian kami lakukan dan bagaimana hasilnya… pertama kali saya ingin menggarisbawahi bahwa:
Pada dasarnya perilaku negatif anak adalah hasil dari pendidikan yang kita berikan atau tidak kita berikan padanya (kita = orang-tua).
Jadi, buang jauh-jauh rasa kesal dan marah pada anak. Kalau ada sesuatu yang salah dari perilaku anak, ya itu adalah sepenuhnya tanggung-jawab kita. Karena kita lah yang mendidiknya, memilihkan lingkungan untuknya, atau justru tidak memberikan pendidikan yang baik untuknya… Dan yang namanya kita manusia, pasti tidak sempurna… Membesarkan dan mendidik anak itu tidak ada manual bakunya, jadi jangan lantas merasa begitu gagal dan tidak layak menjadi orang-tua karenanya…

Slow down… tarik napas panjang-panjang dan mari kita mulai dengan menganalisa satu per satu kandidat tertuduh penyebab perilaku negatif tersebut. Dirunut satu persatu… hubungannya satu sama lain… karena yang namanya perilaku, pasti fungsi dari bakat dan lingkungan. Lingkungan, ya semua hal di luar individu; lingkungan sosial tempat tinggal, sekolahnya, teman-temannya, pengasuhnya, dan termasuk juga kita orang-tuanya. Sementara bakat itu bisa jadi adalah kecenderungan kepribadian atau sebagian kepribadian… pokoknya bukan keseluruhan kepribadian, karena keseluruhan kepribadian itu juga tidak lepas dari lingkungan.

So, mari singsingkan lengan, tarik napas panjang… pasang kaca mata… 😎

ANALISA PERMASALAHAN. Berbicara mengenai lingkungan, aspek ini sudah pasti memiliki peran penting dalam menentukan perilaku seseorang. Dalam kasus Ganesh yang baru berusia 6 tahun, dimana perkembangan kognitifnya belum sampai pada terciptanya konsep moralitas yang kuat, lingkungan adalah terduga kuat referensi perilakunya. Coret TV, karena kami memang tidak memiliki TV di rumah. Juga, bacaan, karena bahan bacaan Ganesh masih terbatas pada buku-buku yang kami sediakan untuknya dan kami yakin tidak ada bagian yang bisa menjadi referensi empat perilaku yang disebutkan guru Ganesh tersebut.

Baca: We're Having Fun Without TV at Home

Dan dengan demikian, praktis kami menduga bahwa ada interaksi antara Ganesh dengan temannya di rumah atau di sekolah lah yang secara langsung atau tidak langsung menjadi referensi Ganesh. Karena menurut pengamatan saya, kami orang-tua maupun bude dan mbak pengasuhnya tidak pernah mengatakan atau berbuat seperti itu.

I was carefully checked this to make sure… dengan berbicara dengan Ganesh. Yah, berita-berita pelecehan seksual yang bersliweran di berbagai media mau tidak mau membuat kita harus waspada akan kemungkinan di sekitar kita kan. Bukannya ga percaya sama bude atau mbak yang nemenin anak-anak tiap hari, tapi kan tidak ada salahnya mencari tahu. Tentu bukan dengan langsung tembak, tapi pelan-pelan, "Anesh, tadi miss bilang sama Mama… Katanya Anesh bercandanya kurang sopan lho… (begini, dijelasin)…" Terus… ajak ngobrol terus… dengan lembut, dengan bahasa yang dipahaminya, sampai kita yakin tidak ada hal lain yang bisa dikorek dari keterangannya. Pokoknya, korek sampai habis informasi mengenai semua permasalahan terkait 4 masalah yang dihadapi Ganesh.

MENGKAITKAN DENGAN PEMIKIRAN DAN KEPRIBADIAN GANESH. Berbicara mengenai motivasi yang mendorong Ganesh berbuat buruk, dugaan kuat saya adalah sekedar untuk mendapat perhatian dari teman-temannya. Ada sisi dari Ganesh yang membuatnya menikmati menjadi pusat perhatian, atau yah, bisa dibilang anak ini sedikit banyak suka 'show of' dan 'suka pamer'. Dan dengan tindakan-tindakannya itu, yes, dia sukses mendapatkan perhatian orang-orang di sekitarnya kan… Teman-temannya kemudian kaget, terheran-heran mungkin, atau sibuk mengingatkan Ganesh untuk tidak berkata-kata jorok misalnya.

Sifat suka 'show of' atau suka pamer sendiri sesungguhnya bukan sesuatu negatif, asalkan diarahkan secara positif dan pada proporsi yang adaptif. Sifat suka pamer akan bisa diarahkan untuk mendorong seorang anak menjadi kompetitif dan berprestasi. Tapi, dengan catatan jangan sampai kebablasan juga, sampai anak menjadi sangat obsessed hingga menghalalkan segala cara atau sulit merasa puas dengan usahanya sendiri. Maka dari itu, berkaca dari kejadian ini, kami harus benar-benar mengarahkan sifat ini ke arah yang positif dan adaptif.

Selanjutnya, berbicara mengenai kemampuan kognitifnya…  Sebagai anak yang baru berusia 6 tahunan, sependapat dengan suami, saya yakin Ganesh belum sepenuhnya tahu arti dan akibat buruk dari perbuatannya. Iyah, anak seusia Ganesh konsep moralitasnya jelas belum terbangun dengan kuat dan sempurna. Itu berarti, tugas kami adalah memberikan pemahaman kepada Ganesh bahwa perbuatannya itu tidak boleh dilakukan dengan bahasa yang bisa dipahaminya.

And the last big think is… Ganesh adalah anak yang sangat sangat-sangat kritis dan rasa ingin tahunya begitu besar. He's the analyst, who always dividing every question until the questions are complete. Dia adalah anak yang akan terus bertanya sampai akhirnya bisa memahami apa yang kita maksud. Pokoknya tanya terus, sampai detail terkecil, sampai akhirnya tidak ada pertanyaan lagi di benaknya… sampai dia memperoleh gambaran yang utuh tentang apa yang kita jelaskan padanya. Dan untuk akhirnya mau menurut… itu berarti dia harus benar-benar sepakat dengan pemikiran kita… Menjelaskan saja kadang sudah susah payah, ini berusaha membuat dia sepakat, sedikit lebih sulit dan tricky

MENGKAITKAN DENGAN PEMIKIRAN DAN KEPRIBADIAN GANESH. OK, then, setelah berusaha mengumpulkan puzzle mengapa Ganesh melakukan hal-hal 'buruk' itu, kemudian saya mulai memutar otak tentang cara paling efektif membuat Ganesh sependapat untuk tidak melakukannya lagi. Dan setelah berpikir beberapa saat, saya pun seperti ini…

💡 Berkata jorok. Saya jelaskan kepada Ganesh bahwa berkata jorok atau speaking bad words itu tidak baik dilakukan karena tidak sopan dan akan menyakiti hati orang lain. Yang langsung disambar oleh Ganesh, "X pernah ngomong jorok sama Anesh, Anesh hatinya enggak sakit tuh…" Uh oh, pemilihan kata yang salah nih sepertinya, terpaksa deh muter cerita soal polisi tidur dulu, "Anesh,  sakit hati itu perumpamaan saja… Kaya polisi tidur… Itu kan sebenarnya bukan benar-benar ada pak polisi lagi tidur… tapi ada gundukan di jalan yang dibuat untuk jaga suapaya orang enggak ngebut, kaya pak polisi kan? Makanya disebut polisi tidur… Sama kaya sakit hati, itu perumpamaan kalau kita merasa sedih, kesal atau marah… Nah, Anesh ngomong jorok ke temen Anesh itu kan bikin temen Anesh ngerasa sedih, kesal atau marah kan? Itulah namanya sakit hati… Emang Anesh mau digituin sama temennya?"

Then, Ganesh pun berpikir… dan sepakat dengan pemikiran saya ini… bismillah semoga hasilnya baik…

💡 Bermain berlebihan hingga temannya kesakitan. Saya bilang pada Ganesh, "Kita tidak boleh menyakiti orang lain. Kalau kita main, Anesh dan teman Anesh harus sama-sama seneng… Jadi kalau teman Anesh sudah bilang 'sakit' atau 'jangan' ya jangan diterusin dong…" Yang kemudian ditimpali Ganesh, "Tapi kan si A pernah gituin Anesh juga…" dan saya bilang lagi, "Anesh, kan ga semua yang dilakuin temen Anesh itu boleh diikutin. Kalau itu jelek atau ga baik, ya jangan dilakuin dong… Kalau Anesh main sama temennya… Anesh dan teman Anesh harus sama-sama happy… ga goleh Anesh happy tapi temennya sedih…"

💡 Bercanda tidak sopan (berkaitan dengan daerah pribadi). Nah, jujur saja yang ini saya lumayan berpikir cukup keras untuk mencari penjelasan yang bisa dipahaminya, tapi bukan yang paling rumit dari empat hal yang saya bahas disini sih… yang paling susah dan tricky itu ada di poin empat setelah ini. Pada poin ini akhirnya saya jelaskan pada Ganesh bahwa daerah pribadi kita itu tidak boleh dijadikan bercandaan. Daerah itu hanya boleh dilihat dan disentuh oleh kita sendiri dan mama-papa saja. Daerah itu malu kalau dilihat atau disentuh orang lain… "Jadi, kalau Anesh bercanda seperti itu, itu ga sopan… temen Anesh jadi malu lho…"

Skak mat! Wih, senang banget karena Ganesh langsung sepakat!

💡 Tidak patuh aturan/guru. Yes, ini bagian yang menurut saya paling sulit dijelaskan pada Ganesh, karena menyangkut sesuatu yang efeknya tidak terlalu krusial menurut Ganesh, semacam nanti kalau disuruh ngerjain ga bisa misalnya… Sesuatu yang menurut Ganesh sama sekali bukan sesuatu yang penting. Dan kalau dijelasin lebih panjang, nanti Ganesh ga naik kelas dll, lebih lagi pikirannya belum sejauh itu… Jadi tantangan di poin ini adalah bagainama membuat Ganesh sepakat bahwa adalah hal yang penting patuh pada aturan atau guru di sekolah…

Awalnya saya coba jelaskan kalau di setiap tempat itu ada aturannya dan ada kaptennya (read: orang yang harus diikutin perintahnya), "… jadi kalau di sekolah, Anesh harus ikutin aturan dan miss, karena miss itu kapten Anesh di sekolah." Oh ya, analogi kapten ini saya dapat dari kegiatan baris berbaris sebelum masuk kelas, dimana setiap anak bergiliran mendapat tugas menjadi kapten yang memberi instruksi berbaris.

Tapi, ini belum efektif… lha nyatanya setelah dua tahun lebih sekolah, Ganeshnya masih saja mendapat catatan yang sama…

Kemudian akhirnya setelah beberapa hari, saya mendapat ide saat menonton film Cars 3! Wooho! Jadi saya terinspirasi bagaimana Lightning McQueen yang awalnya semaunya sendiri dan gagal menjadi juara, sampai akhirnya menurut pada mentornya Doc Hudson yang memang lebih ahli sehingga akhirnya bisa menjadi pemenang… yah, walaupun di Cars akhirnya dia kalah karena membantu The King. Dan di Cars 3 pun juga demikian, Cruz Ramirez akhirnya bisa menjadi pembalap dan menang karena mengikuti arahan dari mentornya, Lightning McQueen… Which is such a perfect picture for him, memberi gambaran bahwa seseorang yang hebat akan menjadi lebih hebat jika mengikuti arahan mentornya…

Saya bilang pada Ganesh, "Anesh… Anesh inget ga film Lightning McQueen? McQueen itu jago banget ya balapan… tapi, dia belum berhasil jadi juara… Sampai akhirnya dia ketemu sama mentornya Doc Hudson, belajar dan ngikutin nasehat Doc, terus dia jadi makin hebat dan jadi juara deh… Cruz juga begitu… Awalnya dia ga jago balapan walaupun bisa ngebut, eh setelah diajarin mentornya Lightning McQueen, dia jadi jago deh, terus menang deh… Anesh juga gitu ya… Anesh katanya mau jadi engineer? Mau bikin mobil balap yang kenceng banget… Anesh juga harus nurutin katanya mentor Anesh dong… Nah, mentor Anesh di sekolahan itu ya gurunya Anesh… ada miss, mister sama cece…"

Dan sepertinya penjelasan kedua ini lebih efektif dari yang pertama, walaupun tidak 100% membuat Ganesh menjadi 'anak manis' karena memang anaknya super ga bisa diem! Bukan pendapat saya saja lho, tapi semua guru dan mantan guru Ganesh… Bahasa positifnya, Ganesh itu anaknya aktif banget katanya…

SELANJUTNYA… Sebagaimana kata pepatah, "Belajar di waktu muda bagaikan mengukir di atas batu…" tentu saja bukan sekali dijelaskan kemudian Ganesh akan berubah begitu saja, hihi :D. Selanjutnya, saya pribadi selalu mengulang-ulang menjelaskan kepada Ganesh akan keempat pe-er ini setiap kali mau tidur dan dalam perjalanan ke sekolah. Guru wali kelasnya pun saya sampaikan mengenai hal ini, mengenai penjelasan saya mengenai keempat hal di atas kepadanya, supaya kami bisa satu suara dan proses internalisasi nilai-nilai tersebut kepada Ganesh lebih efektif.

Serta tak lupa, saya juga berusaha memantau perkembangan Ganesh melalui gurunya di sekolah. Alhamdulillah, guru wali kelas Ganesh sangat kooperatif dan komunikatif, sehingga saya bisa memantau perkembangan Ganesh dengan leluasa. Thanks ya miss 😊🙏. Terima-kasih juga sudah menginformasikan permasalahan Ganesh di sekolah, walau awalnya sempat shock juga…

Dan alhamdulillah, beberapa hari kemudian, saya mendapat informasi dari guru wali kelasnya bahwa perilaku Ganesh sudah membaik… Dia hanya sekali mengatakan kata-kata buruk dan itupun karena kelepasan saja, tidak diulangi lagi. Cara bermainnya dengan teman-temannya juga sudah 'normal', sudah membaik seperti sedia kala… Walaupun saya yakin untuk poin keempat anak itu masih akan fluktuatif, kadang nurut, kadang enggak… Akan sulit untuk benar-benar menjadi anak manis yang selalu menurut perkataan gurunya. Tapi, tetap saya positif thinking bahwa perilaku ini akan semakin berkurang seiring bertambahnya usia dan kedewasaannya…

CONCLUSION AND LESSON LEARNED… Dari peristiwa ini, ada beberapa pelajaran yang saya dapatkan:
  • Menjadi orang-tua itu benar-benar adalah tantangan yang terus dan terus bertambah berat. Be ready for every sureprise ya… Kaget boleh, merasa bersalah boleh, tapi jangan terlalu lama, karena kemudian kita harus menyadari bahwa hal itu adalah sesuatu yang wajar terjadi dan harus kita carikan solusi.
  • Jalin komunikasi yang baik dengan pembimbing anak kita yang lain; misalnya di sekolah adalah gurunya, mungkin juga guru tempat lesnya, dan lain-lain… karena dari sana kita bisa memperoleh informasi mengenai perilaku dan kejadian-kejadian terkait anak kita.
  • Memahami pola kepribadian anak kita, karena itu adalah modal besar untuk bisa membantunya menghadapi berbagai tantangan atau masalah yang dihadapinya.
  • Be creative! Karena untuk bisa berkomunikasi dengan baik dengan dengan anak, itu berarti kita harus pintar-pintar memilih analogi dan penjelasan yang bisa dipahami dan diterimanya.
  • Menjaga kedekatan emosional dengan anak. Ini sangat penting, karena ini akan membantu anak lebih mendengarkan dan mempercayai kita. Berkaitan dengan hal ini, saya selalu berpikir juga, dengan bertambahnya pengetahuan dan kapasitas berpikirnya bisa jadi pada satu titik kita benar-benar tidak bisa menyatukan pendapat akan suatu hal… dan kedekatan emosional itulah salah satu hal yang mungkin akan membuat anak mempertimbangkan untuk mengikuti saran kita.
  • Hmm apalagi ya… kayaknya itu aja deh…
Ya, itulah cerita saya kali ini tentang Ganesh si anak yang kayaknya baru kemarin bayinya kok tau-tau udah banyak aja ulahnya… Asli saya seringkali merasa kewalahan menghadapi pemikiran dan ulah-ulahnya sekarang, kadang bingung bagaimana menjelaskannya supaya dia bisa sepakat. Kadang juga dongkol, kenapa dikasih tahu berkali-kali masih saja diulangi… Walau kemudian kembali berpikir, "Ya, kan Ganesh ini anak-anak ya… kelihatannya aja udah jago debat, cuma sebenarnya kapasitas kognitifnya ya belum sempurna…"


Intinya… yah, inilah tantangan yang sekarang sedang di depan mata. Next, yakin deh, pasti ada tantangan-tantangan baru yang menunggu untuk dituntaskan. Akan kah kita melaluinya dengan baik? Bismillah, kita manusia hanya bisa berusaha… So, keep on learning and do our best… Semoga kita bisa menjadi orang-tua yang baik dan membimbing anak-anak kita menjadi orang-orang yang baik… amiin..

Teman-teman punya cerita juga?

With Love,
Nian Astiningrum
-end-



Friday, November 24, 2017

PGN Gencar Membangun Jaringan Gas: Saatnya Kita Membumi dengan Gas Bumi…

"Maaf ya Miss, Anesh terlambat lagi… jalannya macet banget, ga seperti biasanya…" pada suatu hari saya mengirim SMS pada guru Anesh di sekolah saat lampu merah terakhir menuju sekolahannya, setelah harus mengantri lebih dari lima kali lampu merah. Pembangunan di Lampung ini, masyaallah pikir saya, banyak banget yang dikerjain… Dan sampai di tikungan terakhir menuju sekolah Anesh, saya kembali tertegun, "Maaf perjalanan Anda terganggu, ada pekerjaan jaringan gas…" kurang lebih seperti itu bunyi pengumuman yang terpasang, sementara sepanjang jalan sempit itu memang tampak galian terbuka yang sedang dikerjakan.

Pembangunan Jaringan Gas di Bandar Lampung
Gambar diambil dari: Detik.com

Pekerjaan jaringan gas… hmm, baru sekali ini saya melihat proyek semacam… Kalau proyek perbaikan jalan dan gorong-gorong atau jaringan bawah tanah untuk keperluan telekomunikasi, masih familiar lah. Tapi, pekerjaan jaringan gas ini benar-benar sesuatu yang baru… tapi, forget about it, rasa ingin tahu itu tertelan ke-hectic-an menyuruh Anesh segera bersiap-siap masuk ke sekolahnya karena terlambat… "Anesh, ayo buruan pakai tasnya, udah mau sampai nih!" teriak saya berapi-api, padahal ya, tetap saja anaknya telat masuk sekolah…

Sampai akhirnya, beberapa waktu yang lalu, saya membaca sebuah berita mengenai hal ini bertajuk 'Mengintip Pembangunan Jaringan Gas PGN di Lampung'. Melalui berita ini, baru saya tahu bahwa PGN (Perusahaan Gas Bumi) tengah membangun jaringan gas kota di Bandar Lampung yang nantinya akan tersambung ke 10.321 rumah warga di sana. "Wow, berarti galian gas yang kemarin itu untuk sambungan rumah tangga ya? Gas buat masak rupanya… Memang apa gitu kelebihan gas bumi PGN dibandingkan gas elpiji yang saya pakai sehari-hari?" Wah… wah… memang ya, perkara gas bumi ini belum terlalu familiar bagi masyarakat umum seperti saya. Selama ini, yang ada di benak saya, gas bumi di Indonesia ya lebih banyak dimanfaatkan untuk kepentingan industri. Ternyata, sekarang gas bumi sudah dimanfaatkan untuk keperluan dapur masyarakat rupanya, ada di Bandar Lampung kota domisili saya lagi…

Karena penasaran, kemudian pada suatu hari, saya pun mencari tahu perihal gas bumi ini melalui internet… Jaman sekarang gitu loh, apa sih ya ga ada di internet? 😏

Pertama kali kemudian saya berseluncur ke website PGN… Beberapa lama memperhatikan laman 'home' website ini, saya tertegun dengan tulisan berjalan yang menyebutkan kelebihan-kelegihan dari gas bumi; beberapa di antaranya adalah: harga yang kompetitif, efisiensi pembakaran yang tinggi, serta kebersihan dan keramahan lingkungannya. I was likeOh really? Benarkah Gas Bumi yang ditawarkan PGN memiliki kelebihan-kelebihan itu? Ya, kalau memang demikian, berarti ga ada alasan untuk tidak berpindah ke bahan bakar ini kan. Sudah harganya lebih murah, efisiensi pembakarannya tinggi (lebih bertenaga), ramah lingkungan lagi…

Karena jaringan gas ini sudah masuk ke Bandar Lampung, sepertinya saya harus siap-siap cari tahu nih… Siapa tahu kan, dekat rumah saya kemudian dibangun jaringan gas juga, bisa langsung daftar jika memang dia begitu menguntungkan.

***

Apa itu gas bumi. Gas bumi atau natural gas sesungguhnya adalah gas yang terbentuk di dalam bumi dengan kandungan utama adalah Metana (CH4) dan juga sedikit gas hidrokarbon cair dan gas nonhidrokarbon. Gas bumi berasal dari tanaman dan hewan yang membusuk, membentuk lapisan tebal yang kadang bercampur dengan pasir dan lumpur, yang terkubur dalam pasir, lumpur, dan batu. Selanjutnya akibat adanya tekanan dan panas, material organik tersebut beberapa berubah menjadi batu-bara, beberapa berubah menjadi minyak bumi, dan beberapa berubah menjadi gas bumi. Di mana gas bumi ini saat ini dimanfaatkan sebagai bahan bakar dan bahan baku membuat material atau bahan kimia tertentu.

Perbedaan gas bumi dengan elpiji. Awalnya, saya berpikir bahwa perbedaan gas bumi dan elpiji (LPG / Liquified Petroleum Gas) hanya terletak pada bentuknya; gas bumi bentuknya gas, sedang LPG bentuknya cair. Dan itu lah mengapa gas bumi harus disalurkan melalui pipa-pipa gas, sementara LPG bisa didistribusikan dalam bentuk tabung. Dan ternyata pemahaman saya itu terlalu naif… Iya sih, bentuknya memang berbeda, gas dan cair, tapi bukan hanya itu saja perbedaan keduanya… Ada beberapa hal lain yang tidak kalah prinsipil membedakan keduanya…

Kandungan utama LPG adalah Propana (C3H8), sedangkan kandungan utama gas bumi adalah metana (CH4), sehingga keduanya benar-benar merupakan dua zat yang berbeda. Selain itu, perbedaan lain dari LPG dan gas bumi adalah sebagai berikut:

Data diambil dari: EIA.gov

Di samping LPG dan gas bumi, meskipun mungkin tidak terlalu familiar, kita juga mengenal istilah LNG (Liquefied Natural Gas) dan CNG (Compressed Natural Gas). LNG adalah Gas Metana yang didinginkan hingga 161ºC sehingga berubah menjadi cair, sementara CNG adalah Gas Metana yang ditempatkan pada tekanan tinggi (hingga 200 bars), sehingga dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar kendaraan (ditempatkan dalam tangki kendaraan bermotor).

Jadi, baik LNG maupun CNG, keduanya adalah gas bumi yang diperlakukan secara berbeda, sehingga bentuknya menjadi cair.

Pemanfaatan gas bumi di Indonesia. Sebagai emak-emak alias ibu rumah tangga, yang terpikirkan saat membicarakan gas bumi, ya urusan dapur atau untuk memasak. Padahal, gas bumi bisa dimanfaatkan untuk berbagai keperluan lain. Dan PGN sendiri membagi peruntukan gas bumi menjadi tiga, yaitu untuk residensial (rumah tangga) dan usaha kecil yang dikenal sebagai GasKita, bisnis, serta transportasi yang dikenal sebagai GasKu.

Untuk keperluan residensial dan usaha kecil, selain untuk memasak, gas bumi juga bisa dimanfaatkan untuk pemanas air (water heater) dan juga untuk mesin pengering pakaian.

Selanjutnya, gas bumi juga dimanfaatkan untuk berbagai proses industri dan komersial; misalnya untuk pembangkit listrik, bahan bakar pada proses pemanasan dan pengeringan, ketel uap, tungku pengering, oven, dan banyak lagi. Gas bumi ini bisa diterapkan pada proses industri kaca, karet, keramik, kertas, kimia, logam dasar, makanan, pabrikasi logam, dan tekstil.

Dan yang terakhir… ternyata gas bumi juga bisa digunakan sebagai bahan bakar kendaraan atau alat transportasi… Iya, gas bumi ternyata bisa dimanfaatkan untuk bahan bakar kendaraan bermotor! Gas bumi untuk keperluan kendaraan bermotor yang digunakan adalah dalam bentuk CNG (Compressed Natural Gas) yang seringkali dikenal dengan sebutan BBG (Bahan Bakar Gas).

Dan tentu saja tidak semua kendaraan bermotor dalam hal ini bisa menggunakan BBG. Untuk itu, jika ingin menggunakan BBG sebagai bahan bakar kendaraan bermotor kita, maka harus cek kompatibilitas mesin kita serta kemungkinan dipasangi konverter kit.

Sementara ini BBG dari PGN sendiri telah digunakan beberapa operator taksi, bajaj rekondisi, bus Transjakarta, dan beberapa kendaraan lain. Sedangkan Stasiun Pengisian Bahan Bakar Gas (SPBG) dan Mobile Refueling Unit (MRU) PGN sudah bisa di temukan di Propinsi DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, Lampung, dan Batam.

So, benarkah memakai gas bumi itu lebih menguntungkan? Untuk mengetahui keuntungan pemakaian gas bumi secara ekonomi, atau nilai rupiah yang bisa dihemat; kita bisa merujuk pada testimoni masyarakat yang telah menggunakan gas bumi. Misalnya Ibu Yuningsih yang tinggal di kawasan Rumah Susun (Rusun) Kebon Kacang Jakarta seperti yang dilansir OkeZone.com; dia mengaku hanya mengeluarkan biaya Rp. 40.000,- hingga Rp. 50.000,- per bulan untuk keperluan gas… yang menurutnya jauh lebih terjangkau daripada membeli gas dalam bentuk tabung 12 kg dengan harga Rp. 150.000,-.

Wow! Selisihnya lumayan banyak juga ya… sekitar 100 hingga 110 ribu per bulan lho… Beneran nih?

Beneran dong… Jadi, untuk menjawab pertanyaan ini kita bisa membandingkan gas bumi dan LPG melalui kebutuhan nilai kalori atau jumlah panas yang dihasilkan. Jika sebulan kita menggunakan satu tabung LPG ukuran 12 kg seharga Rp. 151.000,- (harga propinsi Lampung), dengan nilai kalori sebesar 11.220 kkal/kg; maka sebulan kita menghabiskan 134.400 kkal. Dengan jumlah ini, jika menggunakan gas bumi yang nilai kalorinya adalah 9.424 kkal/m3, maka volume gas bumi yang kita gunakan sebulan adalah sekitar 15 m3 per bulan atau Rp. 45.150,- (harga per m3 gas bumi pada kisaran Rp. 3.010,-).

Namun, selain harga gas buminya sendiri, kita juga perlu mempertimbangkan biaya instalasinya, yang dalam hal ini memang lebih mahal daripada biaya instalasi LPG.

Untuk instalasi LPG, mungkin kita hanya perlu membeli tabung 12 kg dan regulator yang jika ditotal mungkin tidak lebih dari 1 juta rupiah. Sementara untuk pemasangan instalasi baru gas bumi, menurut Bapak Wendi Purwanto (Sales Area Head PT PGN Lampung) seperti dilansir Republika.co.id, berkisar antara 3 - 5 juta rupiah untuk satu rumah, belum termasuk pipa dari jaringan gas menuju rumah atau selisih 2  - 3 juta rupiah.

Yah, tapi kalau menurut saya ini worthed sih… Toh, nanti kita akan merasakan penghematannya juga kan? Misalkan saja, penghematan yang kita dapatkan perbulannya adalah 100 ribu rupiah, dalam jangka waktu 3 tahunan, penghematan yang kita lakukan sudah bisa menutup selisih biaya instalasinya dan tinggal merasakan manfaatnya. Hmm, kita bukan hanya memasak dalam jangka waktu 3 tahunan saja kan? Jadi, ya menurut saya sih, tetap gas bumi lebih menguntungkan.

Hal yang sama juga berlaku bagi pemanfaatan gas bumi untuk bahan bakar kendaraan bermotor. Harga 1 liter BBG adalah Rp 3.100 per liter, jauh berbeda dengan harga Premium Rp. 6.450,- per liter. Sementara BBG sendiri memiliki nilai RON di atas 95, jauh berbeda dengan nilai RON Premium yang hanya 88; di mana ini berarti bahwa pembakaran BBG lebih sempurna dan mesin pun lebih bertenaga dari pada menggunakan Premium (6). Namun, untuk beberapa kendaraan bermotor, kita harus mengeluarkan biaya instalasi konverter agar mobil kita bisa menggunakan BBG.

Benarkah gas bumi adalah energi yang ramah lingkungan? OK, keuntungan ekonomi pemakaian gas bumi confirmed! Lalu bagaimana dengan dampaknya pada lingkungan? Sebagai masyarakat modern, tentu kita sudah sangat paham dengan permasalahan pemanasan global yang tengah kita hadapi saat ini… Bagaimana dengan gas bumi ini? Bagaimana perannya dalam pemanasan global?
Pemanasan global (global warming) adalah suatu proses meningkatnya suhu atmosfer bumi yang disebabkan oleh efek rumah kaca yang terjadi karena meningkatnya gas  rumah kaca yang menghalangi pelepasan panas dari bumi ke luar angkasa, seperti: uap air (H2O), Karbon Dioksida (CO2), Metana (CH4), Nitrogen Oksida (N2O), Ozone (O3), Klorofluorokarbon (CFCs), dan Hidrofluorokarbon (termasuk HCFCs dan HFCs)
Adalah hal yang tidak bisa dipungkiri, jika pemanfaatan bahan bakar fosil (termasuk gas bumi) melalui pembakaran untuk menghasilkan energi akan melepaskan gas-gas rumah kaca seperti CO2. Akan tetapi, meskipun sama-sama menghasilkan emisi gas CO2, berbagai jenis bahan bakar fosil memiliki efisiensi pembakaran yang berbeda, sehingga jumlah CO2 yang dilepaskan pun berbeda. Semakin sempurna pembakaran suatu bahan bakar, semakin sedikit emisi gas CO2-nya. Jadi, bagaimana dengan gas bumi? Seberapa banyak dia menghasilkan CO2 dalam pembakarannya untuk menghasilkan energi? Berikut adalah daftar beberapa bahan bakar fosil dan jumlah CO2 yang dihasilkan dari pembakarannya untuk menghasilkan energi yang sama:

Berbagai bahan bakar fosil dan CO2 yang dihasilkan
Sumber dari EIA.gov

Melalui daftar tersebut, jelas bahwa gas bumi sejauh ini adalah bahan bakar fosil dengan efisiensi pembakaran yang tinggi dan rendah emisi CO2 dibandingkan bahan bakar fosil lainnya, sehingga lebih ramah lingkungan.

Bonus! Selain itu, gas bumi ini ternyata juga bebas subsidi lho… Jadi, selain ramah lingkungan dalam artian kelestarian bumi, gas bumi ini juga ramah lingkungan sosial, karena ini berarti uang pemerintah bisa dihemat untuk keperluan pembangunan lain. Gas bumi adalah energi baik. Sudah murah, ramah lingkungan… bebas subsidi lagi… Tidak salah, jika kemudian pemerintah mendorong konversi ke bahan bakar ini…

Gas Bumi = Energi Baik
Gambar dari EnergiBaik.com

Jaringan gas bumi di Indonesia. Baiklah… aspek nilai ekonomis dan keramahan lingkungan dari gas bumi ini sudah terkonfirmasi, saya sendiri sih sudah siap-siap mendaftar jika ternyata jaringan gas sudah mencapai wilayah kami dan mungkin banyak masyarakat yang memiliki niat serupa. Lalu bagaimana perkembangan jaringan gas bumi di wilayah Indonesia sendiri?

Peta Insfrastruktur dan Jaringan Gas Bumi
Gambar diambil dari: PGN.co.id

Distribusi gas bumi di Indonesia saat ini memang belum seluas LPG maupun gasoline, sehingga tidak semua masyarakat bisa memilih untuk beralih menggunakan bahan bakar ini. Jaringan dan pelayanan gas bumi yang telah dibangun dan dioperasikan PGN sendiri kini telah mencapai lebih dari 7.270 km. Dimana melalui jaringan ini, pelayanan gas bumi PGN telah tersebar ke 19 kota di 12 propinsi; dengan jumlah pelanggan industri dan pembangkit listrik sebanyak 1.652 pelanggan, komersial dan usaha kecil sebanyak 1.929 pelanggan, serta rumah tangga sebanyak 204.000 pelanggan (8).

Adapun kota-kota yang telah memiliki jaringan pipa distribusi di antaranya adalah: Medan, Pekanbaru, Lampung, Tangerang, Cilegon, Jakarta, Bogor, Bekasi, Karawang, Cirebon, Semarang, Surabaya, Sidoarjo, Mojokerto, Pasuruan, Probolinggo, Tarakan dan Sorong.

Di daerah saya sendiri, Bandar Lampung, pembangunan jaringan gas tengah dilakukan. Menurut Alimuddin Baso (Direktur Perencanaan dan Pembangunan Infrastruktur Kementerian ESDM); ada sebanyak 10.321 sambungan rumah yang akan dibangun di 21 kelurahan di Bandar Lampung. Dimana proyek jargas di Bandar Lampung ini mencapai total 204 km dan ditargetkan selesai pada akhir tahun 2017! (9).

Wow, ini benar-benar kabar gembira, meskipun sepertinya jargas ini belum melalui kelurahan tempat tinggal saya… Paling tidak, kemungkinan perluasan jaringan gas hingga daerah domisili kami lebih besar bukan…

Cara menjadi pelanggan gas bumi. Baiklah, setelah penjelasan panjang lebar mengenai gas bumi dan menyimpulkan bahwa bahan bakar ini memang layak diperhitungkan; kemudian pertanyaan terakhir adalah "Bagaimana sih cara menjadi pelanggan gas bumi?"

Dan berikut adalah lima langkah mudah yang perlu dilakukan calon pelanggan kecil dan rumah tangga sesuai dengan informasi dari website PGN.co.id:
  1. Pengisian formulir berlangganan gas bumi: formulir berlangganan gas dapat diperoleh melalui PGN contact center 1500 645, kantor area PGN terdekat, download di website PGN.co.id atau online registration.
  2. Survey lokasi: petugas PGN menghubungi calon pelanggan untuk melakukan verifikasi, pengumpulan data dan mendiskusikan rencana kebutuhan calon pelanggan.
  3. Penandatanganan perjanjian: calon pelanggan dan PGN akan menandatangani perjanjian jual beli gas setelah seluruh proses evaluasi berlangganan gas selesai dilakukan.
  4. Menyiapkan infrastruktur penyaluran gas: PGN selanjutnya akan menyiapkan infrastruktur gas mulai dari jaringan pipa induk sampai stasiun pengukur gas di lokasi pelanggan. Sedangkan calon pelanggan melakukan pembangunan pipa instalasi dalam serta persiapan peralatan yang akan menggunakan gas.
  5. Pelaksanan gas in: adalah pengaliran gas ke peralatan milik pelanggan yang menggunakan gas dan dilakukan setelah seluruh proses selesai dilakukan.
Tidak sulit bukan? Pokoknya, pertama kali kita isi formulir dulu, langkah selanjutnya pasti diinformasikan oleh pihak PGN.

Dan kesimpulannya adalah… Gas bumi adalah salah satu alternatif bahan bakar fosil yang memiliki berbagai keuntungan; di antaranya adalah menghasilkan emisi paling bersih, ramah lingkungan, bebas subsidi, dan efisien. Yes, gas bumi bukan hanya memberikan manfaat keuntungan ekonomis bagi pelanggannya karena efisiensinya, tapi juga manfaat bagi negara, dan juga terutama bagi kelestarian bumi kita. Karena itu, gas bumi disebut sebagai ENERGI BAIK.

Tanpa perhitungan yang njelimet, memang pelanggan harus merogoh kocek yang cukup dalam untuk biaya instalasinya (baik untuk jaringan gas ataupun konverter BBG), tapi sesungguhnya itu semua sangat worthed karena nantinya penghematan yang akan dinikmati cukup besar. Toh, kita bukan akan memasak dalam waktu sebulan dua bulan kan… tapi dalam hitungan tahunan atau bahkan puluhan tahun (hal yang sama juga berlaku untuk pemanfaatan BBG untuk kendaraan bermotor). Jadi, ya tidak perlu khawatir kalau rupiah lebih yang kita keluarkan tidak akan kembali membawa manfaat ekonomi.

Gas bumi memang belum bisa kita temukan dengan mudah sebagaimana LPG maupun gasoline. Saat ini pemerintah tengah gencar memperluas jaringan gas melalui Badan Usaha Milik Negara (BUMN), salah satunya PGN. Dan di sini lah kita sebagai masyarakat bisa turut serta menggalakkan program membumikan gas bumi alias menjadikan gas bumi lebih dikenal dan digunakan oleh masyarakat. Caranya, ya tentu saja dengan beralih ke bahan bakar ini jika fasilitas itu sudah bisa kita nikmati. Lagi pula, kita juga akan merasakan manfaat ekonominya secara langsung kan?

Dan satu lagi, yang menurut saya paling utama adalah mengenai peran gas bumi untuk meminimalisir emisi gas CO2 yang juga merupakan salah satu gas rumah kaca yang memicu terjadinya pemanasan global jika konsentrasinya terlampau banyak dalam atmosfer kita. Akibat dari pemanasan global ini tidak main-main lho… selain suhu bumi yang semakin meningkat sehingga mengakibatkan mencairnya es di kutub bumi, dia juga menyebabkan ternjadinya perubahan iklim, terjadinya bencana alam (cuaca ekstrim), dan juga punahnya beberapa spesies! Kita tidak ingin hal ini (pemanasan global) semakin parah terjadi kan? Kita sayang dengan bumi rumah kita ini kan?

Karena itu, hayuk, kita dukung usaha pemerintah dan PGN untuk membumikan gas bumi. Dengan ikut menyebarkan berita kebaikan bahan bakar ini ke lingkungan kita… Dan juga, tentu saja, beralih menggunakan gas bumi saat kesempatan itu ada ya… Ayo sama-sama kita upayakan kelestarian bumi dengan gas bumi… That's what I mean with 'Membumi dengan Gas Bumi'…

With Love,
Nian Astiningrum
-end-

Referensi:
  1. Detik.com. Mengintip Pembangunan Jaringan Gas PGN di Lampung. https://finance.detik.com/energi/3567903/mengintip-pembangunan-jaringan-gas-pgn-di-lampung. Diakses tanggal 25 November 2017.
  2. EIA.gov. Natural Gas Explained. https://www.eia.gov/energyexplained/index.cfm?page=natural_gas_home. Diakses tanggal 20 November 2017.
  3. Elgas.com.au. Difference Between LPG & Natural Gas. http://www.elgas.com.au/blog/486-comparison-lpg-natural-gas-propane-butane-methane-lng-cng. Diakses tanggal 20 November 2017.
  4. EnergiBaik.com. Beda Gas Alam dengan LPG dan LNG Bukan Sekadar Komposisinya. http://energibaik.com/beda-gas-alam-dengan-lpg-dan-lng-bukan-sekadar-komposisinya/. Diakses tanggal 21 November 2017.
  5. OkeZone.com. PGN Membumikan Gas Bumi, Masyarakat Raih Keuntungan. https://economy.okezone.com/read/2016/10/06/320/1508218/pgn-membumikan-gas-bumi-masyarakat-raih-keuntungan?page=2. Diakses tanggal 23 November 2017.
  6. Republika.co.id. PGN Pasang 10 Ribu Jaringan Gas di Bandar Lampung. http://www.republika.co.id/berita/ekonomi/energi/17/07/21/otf1z0368-pgn-pasang-10-ribu-jaringan-gas-di-bandarlampung. Diakses tanggal 24 November 2017.
  7. Liputan6.com. Ini Keuntungan Kendaraan Pakai Bahan Bakar Gas. http://bisnis.liputan6.com/read/2885908/ini-keuntungan-kendaraan-pakai-bahan-bakar-gas. Diakses tanggal 22 November 2017.
  8. EIA.gov. Frequently Asked Question: How Much Carbon Dioxide is Produced when Different Fuels are Burned? https://www.eia.gov/tools/faqs/faq.php?id=73&t=11. Diakses tanggal 22 November 2017.
  9. Detik.com. PGN Perluas Jaringan Infrastruktur Gas Bumi di Berbagai Daerah. https://finance.detik.com/energi/3537573/pgn-perluas-jaringan-infrastruktur-gas-bumi-di-berbagai-daerah. Diakses tanggal 23 November 2017.
  10. Website Perusahaan Gas Negara. PGN.co.id

Friday, November 10, 2017

Menjaga Langit Biru, Pelindung Bumi Kita…

Pertama kali mendengar frasa 'Langit Biru', yang terlintas di kepala saya adalah lukisan anak sulung saya Ganesh di dinding kamarnya (atau mungkin lebih tepat disebut corat-coret). Gambarnya sederhana saja, dia iseng menambahkan asap di belakang stiker pesawat yang menghiasi dinding kamarnya. Hmm, lucu ya…

Kalau dulu sih, kejadian seperti ini lumayan bikin kesal karena bagi saya orang dewasa, ya ini membuat dinding terlihat kotor… Tapi sekarang, karena sudah terbiasa, jadinya malah lucu. Bukan lucu gambarnya atau kelakuan anak saya, tapi 'lucu' saat memikirkan, kenapa anak jaman sekarang masih selalu gambar mobil, motor atau pesawat lengkap dengan asapnya? Bukannya sekarang di jalanan sudah jarang ditemui mobil atau motor yang mengeluarkan asap pekat? Beda dengan jaman masa kecil kita, dimana motor dan mobil yang asapnya ngebul pekat itu adalah sesuatu yang biasa.


Masih terekam jelas dalam ingatan saya, dulu bapak saya sering menjelaskan, kalau motor yang asapnya ngebul pekat itu pakai mesin 2 tak, sedang yang asapnya tidak terlihat itu pakai mesin 4 tak… Ya, waktu itu, tahun 90-an, seingat saya mesin motor 4 tak mulai populer di Indonesia. Kami memiliki motor 4 tak pertama kami tahun 1995. Waktu itu, mesin motor 4 tak masih tergolong teknologi yang baru diadopsi oleh perusahaan-perusahaan motor yang menjual produknya ke Indonesia.

Dibandingkan dengan mesin 2 tak, mesin motor 4 tak ini memang lebih ramah lingkungan, emisinya lebih rendah alias asapnya tidak sebanyak motor 2 tak. Asap buangan motor dengan mesin 4 tak jernih, sehingga tidak kasat mata. Dan ditinjau dari konsumsi bahan bakar, mesin 4 tak pun lebih irit, karena tidak perlu menggunakan oli samping seperti mesin 2 tak (1).

Dan kembali ke corat-coret Ganesh di dinding kamarnya, saya kemudian tercenung juga berpikir, "Kenapa ya, anak-anak yang lahir di tahun 2010 an, dimana motor, mobil, dan pesawat dengan asap pekat sudah jarang ditemukan, kenapa ya mereka masih mengidentikkan motor, mobil, atau pesawat dengan asap?" Oh, mungkin kalau pesawat karena pesawat-pesawat akrobatik yang seringkali muncul di layar televisi atau video itu biasanya memang asapnya pekat sebagai bagian dari performance-nya.

Nah, lalu kalau motor atau mobil kenapa ya? Hmm, jika diingat lagi, memang sih kadang kita masih menemukan mobil atau motor yang mungkin karena mesinnya bermasalah atau karena faktor usia mengeluarkan asap pekat di jalanan. Apakah kejadian-kejadian seperti ini begitu berkesan bagi anak-anak seusia Ganesh, sehingga masih menganggap bahwa asap akan menyempurnakan gambar motor atau mobilnya? Atau, jangan-jangan malahan kita-kita para orang dewasa yang tanpa sadar mendoktrinasi anak-anak dengan mengajarkan mereka bahwa menggambar motor atau mobil itu ya lengkap dengan asapnya. Hmm, kira-kira yang mana ya…

Wednesday, November 8, 2017

Wisata Adat di Manado: Cara Mudah Mengenal Lebih Dekat Suku Minahasa

Dari Sabang sampai Merauke, berjajar pulau-pulau… Sambung menyambung menjadi satu, itulah Indonesia…
Lagu ini tentu tidak asing bagi kita… Sejak Sekolah Dasar (SD) kita pasti sudah diajarkan lagu ini, atau bahkan sejak Taman Kanak-kanak (TK); dan sejak itulah lagu ini akan sering kita temui dalam berbagai kesempatan. Hmm, kalau dulu sih, setiap Upacara Bendera Hari Senin akan ada sesi menyanyikan lagu wajib nasional, dan lagu ‘Dari Sabang sampai Merauke’ ini adalah salah satu lagu wajib yang dinyanyikan bersama.

Seumur hidup tinggal di Indonesia, selama kurang lebih 32 tahun, jika diingat-ingat sedikit reputasi penjelajahan saya ke berbagai daerah di Indonesia bisa dibilang cukup menyedihkan! Selama 32 tahun, hanya beberapa kota saja yang pernah saya kunjungi di luar Jawa sebagai pulau kelahiran saya; yaitu Palembang, Lampung, Medan, dan Pulau Bali. Padahal, jumlah provinsi di Indonesia ini ada 34 lho, ga usah dihitung lah, pokoknya banyak banget provinsi di Indonesia yang belum saya kunjungi. Padahal, hampir setiap provinsi ini memiliki icon wisatanya masing-masing… Sayang sekali ya, kalau dilewatkan begitu saja…

Kemudian, ngomong-ngomong soal daerah tujuan wisata di Indonesia, nama Bunaken tentu juga tidak asing bagi kita, bahkan untuk seorang yang tidak hobi traveling seperti saya… Terletak di lepas pantai Kota Manado, Bunaken sebagai salah satu ikon wisata tentu sudah jadi menu utama di daftar destinasi setiap traveler dunia. Keindahan alam yang ditawarkan Bunaken, tidak dimungkiri menjadi salah satu representasi indahnya alam Indonesia di mata turis lokal maupun mancanegara.

Bunaken National Marine Park
Foto dari: Indonesia-Tourism.com

Selain Bunaken, Manado juga memiliki beberapa daerah wisata lain, mulai dari alam bawah laut hingga kekayaan budaya dan suku aslinya, Minahasa. Adapun suku Minahasa--atau yang menyebut dirinya sebagai Kawanua--merupakan suku asli Sulawesi Utara yang sebagian besar menghuni Kota Manado.

Mengenal Suku Minahasa dan Upacara Adat
Dengan berkunjung ke Manado, kita dapat menemukan berbagai bentuk upacara terkait suku Minahasa. Ini meliputi upacara untuk mengiringi siklus hidup, serta babak-babak terpenting dari keseharian. Beberapa di antaranya diturunkan oleh nenek moyang dan masih lestari hingga kini. 

Berikut adalah beberapa upacara adat yang masih bisa kita saksikan saat berkunjung ke Kota Manado.

1. Monondeaga
Suku Minahasa menggelar upacara ini sebagai bentuk ucapan syukur. Adapun Monondeage merupakan satu jenis upacara berupa pengukuhan atas anak perempuan dalam satu keluarga, yang menginjak pubertas. 

2. Mupuk Im Bene
Kendati sama-sama bentuk ucapan syukur, Mupuk Im Bene berbeda dengan Monondeage. Ini merupakan sebuah upacara yang dilakukan untuk mensyukuri panen raya suku Minahasa. 

3. Metipu
Dilaksanakan sebagai bentuk penyembahan kepada Sang Pencipta alam semesta (suku Minahasa menyebutnya sebagai Benggona Langi Duatan Saluran). Adapun Metipu digelar dengan membakar dedaunan maupun akar-akaran.

4. Watu Pinawetengan
Diiringi kolintang, upacara ini diselenggarakan di depan batu besar wata’ esa ene. Konon, perwakilan semua etnis Tanah Toar Lumimut mengantarkan bagian peta tanah Minahasa sebagai pernyataan tekad persatuan. Setelah tekad dinyatakan, pelaku upacara akan menghentakkan kaki ke tanah tiga kali, dan bergandengan tangan membentuk lingkaran sembari menyanyikan Reranian pada penghujung acara.

Watu Pinawetengan
Gambar dari: IndonesiaWonder.com

5. Waruga
Sebagai salah satu tema destinasi wisata sejarah, ritual pemakaman suku Minahasa dapat ditemukan desa Sawangan. Dahulu, suku Minahasa akan membungkus orang yang meninggal dengan daun woka (semacam janur atau daun kelapa muda). Sebelum penguburan (atau ditanam), daun woka tadi akan diganti dengan wadah rongga pohon kayu atau nibung. 

Barulah, di abad IX, suku Minahasa mulai menggunakan waruga (kubur atau makam yang terbuat dari batu dan terdiri atas dua bagian). Orang yang meninggal akan didudukkan menghadap ke utara dengan posisi tumit kaki melekat di bagian pantat, serta kepala mencium lutut. 

***

Selain upacara adat yang telah disebutkan di atas, suku Minahasa masih menyimpan beberapa ritual bersejarah lain. Itu sebabnya, rasanya harus menyiapkan slot waktu yang lebih lama jika berkunjung ke Manado agar puas menjelajahi seluruh atraksi wisata di daerah ini. 

Nah, untuk dapat memuaskan rencana penjelajahan kita, ada baiknya kita benar-benar mempersiapkan dan mencari hotel yang cukup terjangkau untuk stay dalam waktu yang cukup lama. Salah satu cara menemukan hotel murah di Manado adalah dengan bantuan Airy Rooms. 

Airy Rooms merupakan Accomodation Network Orchestrator (ANO) yang bermitra dengan berbagai hotel budget terbaik di seluruh Indonesia. Melalui Airy Rooms kita akan menemukan hotel dengan jaminan kenyamanan seperti tempat tidur bersih, wifi gratis, TV layar datar, AC dan air hangat dengan harga terbaik. Fasilitas yang tidak kalah dengan hotel berbintang dengan harga yang lebih ekonomis. Benar-benar menarik bukan?

Untuk mendapatkan penginapan Airy Rooms kita dapat memesan melalui situs resmi Airy Rooms atau melalui aplikasi Airy Apps, dan melakukan pembayaran saat itu juga dengan cara transfer ATM atau kartu kredit.

Hmm, so simple and affordable… sipp, tinggal mencari waktu yang pas untuk menyempatkan waktu berkunjung ke Manado! Bagaimana teman-teman? Berminat menjelajah Indonesia dan Manado khususnya?

With Love,
Nian Astiningrum
-end-

Wednesday, October 18, 2017

Ello The Surviving Cat #2: Bertemu dengan Orang-Orang Baik…

Hari itu, setelah sempat bersitegang dengan seorang kawan karena perkataannya yang bagi saya arogan dan tidak simpatik; saya pun menelpon Hotel Lusi sesuai saran seorang teman saya untuk memastikan bahwa Ello bisa saya titipkan disana selama acara…

Acara ini adalah sebuah rapat koordinasi dalam lingkup unit induk kami. Pesertanya adalah Kantor Induk dan sepuluh sektor di bawahnya yang tersebar di wilayah Sumatera Bagian Selatan. Acaranya sendiri diadakan di sebuah hotel, mengingat peserta yang cukup banyak sehingga tidak tertampung di ruang rapat kantor. Dan karena banyaknya agenda yang perlu dibahas dan waktu yang terbatas, acara pun disusun dari pagi hingga malam hari. Sedang tugas saya sendiri adalah sebagai panitia registrasi, yang tentu tugasnya di awal acara; serta bertugas menyanyi pada saat makan siang… Ya, kesepakatan awal pada saat rapat terakhir, saya diberikan tugas untuk mengisi pada saat acara makan siang, ini pun sudah saya koordinasikan dengan seksi acara… Jadi, saya pikir sebenarnya saya punya waktu kosong aman dari pukul 14.00 hingga 17.00 untuk pulang ke rumah menyusui Ello. Tapi, karena alasan yang saya ceritakan dalam ELLO THE SURVIVING CAT #1: AWAL YANG SULIT maka saya pun memilih opsi mencari hotel yang mengijinkan hewan peliharaan menginap.

Dan alhamdulillah, Hotel Lusi yang lokasinya hanya hitungan menit dari tempat acara ini tidak keberatan saya meninggalkan Ello di kamar selama acara. Selain itu, tarifnya pun sangat terjangkau, sehingga saya tidak ragu lagi membawa Ello ke sana esok paginya.



***

Hari Pertama. Pagi itu, karena malamnya begadang untuk gladi bersih acara, saya pun bangun terlambat. Harusnya, jam 5.00 saya sudah harus di salon untuk dandan, tapi baru sekitar pukul 05.30 saya berangkat dari rumah ke salon. Tentu saja dengan membawa Ello dalam kardus hangatnya (kardus dengan lampu LED yang saya sambungkan ke charger handphone untuk mobil dan ditutupi dengan kain untuk memastikannya tetap hangat). Dan di salon, sembari saya dandan, Ello saya tinggalkan di dalam mobil dengan kaca yang dibuka sedikit agar sirkulasi udara masih memadai. "Sabar ya Ello, sebentar aja kok…"

Ya, seandainya saja saya bisa dandan, sebenarnya ga perlu repot-repot ke salon… Tapi, apalah daya… saat kemampuan dandan hanya sebatas pakai lipstik, sementara hari itu saya harus tampil di depan para peserta rakor bersama pembawa acara yang dandan habis-habisan cantik dan ganteng, daripada begitu njomplang, saya pasrah saja disuruh dandan sama teman-teman panitia lainnya…

Selesai dandan, hari sudah cukup siang! Byuh, benar-benar mepet semepet-mepetnya, alhasil tidak sempat lagi menitipkan Ello ke Hotel Lusi. Bingung! Akhirnya saya membawa Ello ke pos satpam hotel tempat acara dan memohon agar saya bisa menitipkan Ello sampai sekitar jam 9.00. Dan, alhamdulillah, meskipun terlihat dari ekspresi wajahnya, betapa mereka berpikir permintaan saya sangat aneh, mereka mengijinkan saya menitipkan Ello di dalam kardus hangatnya di sana. Fiuhhh, "Terima-kasih banyak pak…"

Dan saya pun bisa menjalankan tugas saya, meski dengan sedikit kepikiran juga, bagaimana keadaan Ello di pos satpam. Apakah mengeong terus? Apakah stress? Atau malah karena mengeong-ngeong akhirnya diusir oleh pihak manajemen hotel? Huhu, rasanya tidak sabar menunggu waktu saya bisa membawa Ello ke tempat yang aman…

Kemudian, sekitar jam 10.00 saya pun punya kesempatan melipir membawa Ello ke Hotel Lusi. And surprisingly, di sana saya bertemu dengan Mbak Rika (bukan nama sebenarnya), resepsionis Hotel Lusi yang  sangat-sangat welcome dengan kehadiran Ello. Bukan cuma mengijinkan Ello transit di sana, bahkan dia menawarkan untuk menitipkan Ello pada kucingnya yang juga sedang beranak.  Hmm, jelas tawaran yang sangat menggiurkan ya, menjawab semua permasalahan saya akan perawatan Ello… Tapi, meski begitu, saya terpaksa menolak tawaran ini. Lha, kucing Mbak Rika ini ras Persia, sementara Ello kucing kampung, mencolok sekali perbedaannya; takutnya si induk kucing akan menolak Ello atau bahkan menyakitinya.

Setelah saya menolak tawaran itu, Mbak Rika juga menawarkan bantuan untuk memberi minum Ello saat saya sedang bekerja. "Emang jam berapa aja sih Mbak, kucingnya dikasih minum, biar saya yang kasih susu…" katanya. Wah, wah, saya benar-benar terharu dengan kebaikan Mbak Rika yang notabene baru saya kenal. Juga begitu amaze bagaimana saya bisa dipertemukan dengan orang yang begitu baik secara sangat spesifik… juga pecinta kucing dan jelas memahami kenapa saya berepot-repot merawat Ello sampai segitunya. Sesuatu yang sulit dipahami mereka yang jarang berhubungan dengan hewan peliharaan.

Tapi meskipun merasa sehati dalam hal ini dan yakin bahwa Mbak Rika akan merawat Ello dengan baik, saya terpaksa menolak tawarannya. Waktu itu, ya perlengkapan saya hanya sebatas botol tetes mata. Dengan media ini saya merasa bahwa proses memberi minum Ello cukup sulit sesungguhnya dan saya tidak tega merepotkannya. "Gapapa Mbak, saya ada waktu kokLha saya belum punya dot, kasian Mbak repot ngasih susunya…" jawab saya.

***

Hari kedua. Pagi hari kedua saya diajak suami berangkat barengan ke acara rakor. Secara dan suami berada pada perusahaan dan unit induk yang sama, jadi dia juga ikutan acara ini, jadi bisalah memanfaatkan momen ini untuk bernostalgia, mengenang masa-masa kami masih satu kantor dan berangkat-pulang kerja bareng, hehe… 😍.

Pagi itu, meskipun malamnya juga begadang membuat playlist untuk hari kedua. Baca: download lagu instrumental, puterin satu-satu untuk memastikan saya paham timing liriknya, ngepasin nada untuk beberapa lagu, menyusun urutan lagu agar tidak ngos-ngosan meskipun nyanyi banyak-banyak dan kumpulin liriknya… saya dan suami berangkat cukup pagi, sehingga sempat mampir ke Hotel Lusi dulu untuk menitipkan Ello sebelum ke tempat acara.

Hari kedua ini berjalan lebih smooth, hanya saja, siangnya saya harus memutar otak saat akan menjenguk Ello. Pagi tadi kan saya nebeng mobil suami, dan saya yang terbiasa dengan mobil manual tidak berani membawa mobil matic-nya yang cukup gede itu. Sementara suami, ya karena dia rapat, ya dia tidak bisa mengantar saya… 

Dan kemudian, setelah berpikir, akhirnya saya mendapat ide untuk meminta tolong seorang anak magang di kantor saya bernama Dila. Dila pun alhamdulillah tidak keberatan mengantar saya  dengan motornya ke hotel tempat Ello dititipkan. Dan bahkan, dia tidak ngedumel saat harus bolak-balik dua kali karena saya ketinggalan kunci… Iya, sampai di Hotel Lusi, saya tidak menemukan kunci saya dan akhirnya balik lagi ke tempat rakor karena tidak ada kunci cadangannya di resepsionis. "Thanks so much ya Dek, we count it to you…"

Nah, saat mencari kunci cadangan di resepsionis ini, saya sempat ngobrol banyak dengan Mbak Rika. Waktu itu lah kemudian dia memberikan saya satu sachet susu kucing, seperti yang pernah dijanjikannya saat kami bertemu di hari pertama, saat dia tahu saya tidak memberikan susu khusus kucing, tapi susu formula bayi usia 0 bulan. Fixed! Mbak Rika ini benar-benar kebangetan baiknya! Padahal kami baru sekali ketemu, tapi dia segitunya perhatian pada saya dan Ello. Membuat saya benar-benar dipertemukan secara misterius olehnya. Saya percaya ada banyak orang baik di luar sana, tapi, bertemu orang baik yang juga penyayang kucing di saat saya sedang kesulitan merawat Ello, benar-benar sesuatu yang sangat spesial. Call me whatever, but yes! That's make me feel special… Makasih sekali lagi Mbak Rika, bertemu denganmu benar-benar memberikan suntikan semangat untuk menjalani hari-hari berat merawat Ello…

***

Hari ketiga. Seperti hari sebelumnya, kami bertiga (saya, suami, dan Ello) berangkat menuju Hotel Lusi untuk menitipkan Ello. Dan setelah memastikan Ello aman di sana, kami pun berangkat menuju tempat kegiatan. Oh ya, di kamar hotel ini, Ello saya tempatkan di atas TV tabung yang ditempel ditembok, karena colokannya cuma ada disitu saja. That's why, saya harus memastikan posisi kardusnya sangat stabil dan jika pun Ello-nya jalan-jalan pun, dia ga akan jatuh. 

Di hari ketiga ini, suami bisa mengantar saya menjenguk Ello siang harinya. Hmm, ngomong-ngomong soal suami saya, I know dia pun berpikir bahwa saya sedikit berlebihan dalam merawat Ello, dia pernah ngomong kok… Tapi, kemudian dia memilih tidak banyak berkomentar setelah saya bilang, "Bukan lebay, tapi ya dia ini masih terlalu kecil, kalau ga dirawat seperti ini, ya sama saja membiarkan dia mati pelan-pelan… Walaupun kucing, ini nyawa juga lho… Emang tega? Dan karena kita sudah mungut dia, ya itu tanggung-jawab kita untuk merawat dia…"

Nah, pada saat saya mulai ribut mencari tempat transit untuk Ello dan akhirnya bolak-balik membawanya ke tempat rakor (dititipkan ke Hotel Lusi), saya merasa perhatiannya pada Ello semakin bertambah. Sampai-sampai beberapa kali dia whatsapp menanyakan kabar Ello di hotel, aman atau tidak, udah minum susu atau belum, dan sebagainya… Sesuatu yang membuat saya senyum-senyum sendiri karena bahagia. Senang aja, Ello akhirnya mempunyai tempat yang cukup spesial di hati suami saya. Senang, karena orang terdekat saya yang merasakan apa yang saya rasakan dan memberikan dukungan moril dan materiil. **Duh, bahasanya kaya pidato bener ya… 😅**

***

Yes! That's it what happen in three days, sampai akhirnya acara rakor berakhir dan kehidupan kami kembali berjalan normal. Bagi saya, ini benar-benar big story! Selama tiga hari acara rakor sembari merawat Ello memang benar-benar merepotkan dan melelahkan, tapi dari segala kesulitan itu ada banyak hal-hal indah yang terjadi. Bagaimana saya terbantu menghadapi kesulitan-kesulitan yang ada atas bantuan orang-orang baik di sekitar kita. Pertemuan saya dengan orang-orang baru yang begitu baik, terutama Mbak Rika benar-benar mengingatkan saya pada kata orang bijak bahwa:
Orang baik akan bertemu dengan orang baik...
That wise words maybe old, but so true! Bahwa saat kita berusaha berbuat baik, maka kita juga akan dipertemukan dengan orang-orang baik. And this was the sweet insight for this chapter of this story. So, berbuatlah baik, jangan takut, insyaallah kita akan dipertemukan dengan kemudahan dan bantuan. Sekali lagi terima-kasih untuk Mbak Rika, Pak Satpam dan Dilaorang-orang yang baru saya temui tapi begitu peduli pada saya dan Ello

Oh ya, juga setelah perjuangan saya selama tiga hari ini berkaitan dengan tugas saya di kantor juga tidak sia-sia! For these three days; begadang hingga tengah malam untuk gladi bersih, dan juga menyiapkan lagu instrumental untuk mengisi acara istirahatSampai-sampai tembus 26 lagu satu hari, mendapat apresiasi yang membuncahkan rasa bangga di dada. Pujian dari para peserta, keyboardis hingga teknisi sound system… dan yang perlu di-highlight adalah pujian dari General Manager hingga beliau memberikan bingkisan di akhir acara, sangat cukup membuat penyanyi amatir seperti saya tersenyum-senyum bahagia semalaman. Terima-kasih



Yeah, that's the story for this chapter. Selanjutnya, saya akan bercerita bagaimana merawat Ello memberikan insight bahwa terkadang sesuatu itu tidak sesulit yang kita kira. Semoga teman-teman nanti bakalan baca lagi kan Yayaya hihi 😀

Sekian, dan semoga cerita ini bermanfaat untuk teman-teman semua ya

With Love,
Nian Astiningrum
-end-