SOCIAL MEDIA

search

Saturday, September 23, 2017

Ello The Surviving Cat #1: Awal yang Sulit…

Bagi yang berteman dengan saya di Facebook ataupun Instagram, mungkin sudah tahu siapa Ello yang saya maksud… Seekor kucing kecil yang kami temukan di depan toko oleh-oleh khas Lampung 'Iyen'. Dalam kondisi yang membuat iba; masih sangat kecil, sendirian, ketendang-tendang pedagang kaki lima di sekitaran lokasi, dan hampir masuk got! Sampai-sampai Mahesh si anak perasa, ngotot mau keluar terus, nongkrongin si Ello dan bilang, "Papa, kasian kucingnya… ketendang sama om itu… Om yang pake topi itu nah…" saat papanya kemudian bertanya om yang mana.


Mahesh… Mahesh… Kamu membuat kami merasa dobel ga-sampai-hati dan akhirnya memutuskan membawa pulang Ello dengan sebuah kantong kertas. Saat itulah kisah Ello bersama kami berjuang untuk bertahan hidup dimulai… Bukan sebuah cerita panjang sebenarnya, tapi memberikan pengalaman dan pelajaran berharga buat kami semua. Itu kenapa saya pengen banget nulis detail perjalanan kami dengan Ello. And this is chapter 1, yaitu di saat kami merasa bahwa ternyata semua tidak semudah yang dibayangkan…


***

Dalam perjalanan pulang dari toko ke rumah, kucing kecil yang belum kami beri nama itu terus mengeong… Jelas dia merasa tidak nyaman dan asing dengan kondisi yang dialaminya sekarang -di dalam sebuah kantong kertas, tanpa ibu di sampingnya. Saya seorang ibu, dan saya tahu bagaimana perasaannya; sehingga yang ada dalam kepala saya saat itu hanyalah segera membawanya ke rumah, memberikan susu dan memberinya tempat yang hangat. "Sabar ya… sebentar lagi kita sampai di rumah…"

Sesampainya di rumah, segera saya ambilkan susu UHT Ganesh, menuangkannya di dalam sebuah mangkuk kecil dan menyodorkannya pada si kucing kecil. Dimana saat itulah saya sadar, bahwa kucing ini benar-benar masih kecil! Bahkan matanya belum terbuka! Dan dari sebuah artikel di internet (disini), saya perkirakan bahwa usia si kucing kecil ini masih kurang dari satu minggu. Dan meskipun dia bayi binatang yang mungkin lebih kuat dari bayi manusia, dia belum bisa bertahan hidup sendiri tanpa bantuan induk atau pengasuh lainnya. Dia belum bisa minum susu sendiri, masih harus disusui, atau jika tidak dia akan mati kelaparan, disitu saya merasa bingung dan sedih.

So, browsing kembali di internet, saya menemukan sebuah artikel yang menyebutkan bahwa seekor anak kucing bisa diberikan susu formula bayi usia 0 bulan dengan menggunakan pipet. Baiklah, setelah menempatkan si kucing kecil di sebuah kardus dengan alas kain dan penghangat lampu LED USB yang saya sambungkan dengan charger handphone, memastikannya cukup hangat… saya pun pergi ke Indoma*et untuk mencari perlengkapan (baca: susu formula 0 bulan dan pipet).

Awalnya, saya berpikir bisa mendapatkan pipet dari obat penurun panas anak, tapi ternyata tidak, minimarket ini tidak menjual kemasan obat penurun panas yang memakai pipet. So, memutar otaklah saya, dan akhirnya membeli sebuah obat tetes mata, berharap si kucing kecil bisa diberi minum dengan obat tetes mata, yang cara kerjanya mirip pipet.


Dan syukur alhamdulillah, meskipun sulit, si kucing kecil bisa diberi minum dengan cara ini. Minumnya cuma sedikit, yah, saya pikir karena dia masih terlalu kecil, jadi memang kebutuhan minumnya belum terlalu banyak. Tetap positif thinking dan berusaha melakukan yang terbaik yang saya bisa untuk menyelamatkannya.

Selama beberapa hari, rutinitas baru pun dimulai; yaitu memberi minum si kucing kecil yang kemudian kami beri naman Ello, dari kata 'Yellow' yang artinya kuning. Awalnya sih, saya tawarkan untuk memberi nama si kucing kecil Yello, tapi anak-anak lebih memilih memanggilnya Ello. Baiklah, saya menurut saja…

Setiap pagi sebelum ke kantor, siang saat istirahat, sore sepulang kerja dan malam sebelum tidur; saya mengangkat Ello dari kardus hangatnya, menyelimutinya dengan kain agar tidak banyak bergerak dan sedikit 'memaksanya' minum susu dari botol tetes mata itu. "Baiklah Ello, aku tahu ini sulit, tapi kita harus supaya kamu bisa bertahan…" kata saya. Kadang saat dia mulai mengeong-ngeong, kemudian saya bilang, "Ello mau ketemu mama? Kalo gitu sekarang Ello minum susu dulu… Nanti kalo udah gede, Ello cari mama ya…" Baiklah, saya memang melankolis, dan kondisi seperti ini benar-benar membuat hati saya teriris-iris. "Come on Ello! We can do it!"

Baiklah, to be honest aktivitas baru ini cukup berat, dan tidak tidak sampai disini sajaKemudian selang sekitar sehari atau dua hari, saya bertanya-tanya, kok tempat tidur Ello ini kering terus ya? Tidak sekalipun ada bekas pipis atau pupnya, padahal kan dia dikasih minum susu, masa iya sama sekali ga dibuang?

Pertanyaan ini terjawab saat kemudian saya googling dan menemukan bahwa kucing kecil itu perlu dirangsang untuk pipis dan pup. What? OMG! Kayaknya ini susah deh… tapi baiklah, mari kita coba dulu. Dengan bekal video di Youtube, saya pun mencoba 'membantu' Ello untuk pipis dan pup. Caranya, dengan mengusap-usap area genitalnya dengan tisu basah. Dengan cara ini, Ello akan pipis jika memang ada urin dalam perutnya. Demikian juga dengan pup, meskipun untuk pup diperlukan usaha yang lebih banyak.

So, kegiatan pun bertambah… Setiap hari, empat kali sehari membantu Ello pipis terlebih dahulu sebelum minum susu. More things to do, tapi saya dan Ello memasang kaca mata kuda melakukan apa yang bisa kami lakukan, tanpa optimisme maupun pesimisme. Pokoknya lewati hari demi hari saja sebaik yang kami bisa.

Dan tantangan tidak berhenti sampai disitu saja. Pada suatu saat, kami dihadapkan pada kondisi dimana saya tidak bisa pulang saat jam istirahat karena ditugaskan dalam sebuah acara kantor yang lokasinya jauh dari rumah. Saya sudah mencoba semuanya; mulai dari berusaha mengatur waktu, agar bisa pulang sebentar saat tidak bertugas hingga mencari pet shop yang bisa dititipin Ello; karena mbak di rumah takut pada kucing. Apa mau dikata, saya tidak bisa memaksa bukan?

Semua usaha itu tidak membuahkan hasil. Malahan cobaan bertambah lagi, dengan komentar tidak simpatik dan arogan. Mengatakan bahwa saya berlebihan. Bahwa hewan punya naluri yang kuat, sehingga pasti bisa survive, hanya dengan menyediakan susu di dekatnya. "Well, helow, situ dokter?" Atau ga perlu lah jadi dokter hewan, kalau situ pecinta kucing yang berpengalaman ngerawat kucing atau paling enggak sudah cari informasi; saya masih bisa terima lah sikap arogan kaya gitu. Atau, kalau enggak, ngomongnya lembut sedikit, tunjukkan kalau situ sedang kasih saran, bukan nge-judge. Tapi, ya udah, gapapa, 'your mouth, your reputation', saya sih kalau ditantang kaya gini malah jadi semakin semangat dan pantang menyerah! **Baiklah, anggap paragraf ini sebagai curhat. Sekali-sekali lah katarsis di blog sendiri. Boleh kan teman-teman…**

So, ide itu pun datang, saya bisa menitipkan Ello di tempat lain yang dekat dengan lokasi hotel tempat acara. Hotel melati yang tidak melarang tamunya membawa hewan peliharaan adalah pilihan yang tepat! Dan alhamdulillah, atas rekomendasi seorang teman, saya menemukan tempat seperti itu. Fixed-lah saya booking satu kamar di hotel tersebut selama tiga hari, sehingga saya bisa wara-wiri mengurus Ello sembari menjalankan tugas saya.

Dan fixed juga rutinitas selama tiga hari itu pun bertambah berat. Pagi, saya menyetir sendiri membawa Ello beserta kardus dan penghangatnya yang dicolokkan  power supply di mobil bersama semua perlengkapannya; susu, air panas, mangkok kecil, tissue basah, dkk). Menitipkannya di hotel sebelum ke tempat acara, meskipun pada hari pertama terpaksa saya titipkan ke satpam dulu karena terburu-buru. Membersihkan badannya, membantunya untuk pipis dan memberikan susu di sela-sela kegiatan; dan menjemputnya kembali sepulang acara. Fiuh, trust me, it's pretty hectic, tapi, bisaa…

And in summary, 'awal yang sulit' yang saya maksud disini adalah:
  • Memutar otak memberi minum Ello yang belum bisa minum susu sendiri, tanpa adanya dot ataupun Kitten Milk Replacer/KMR. Yang akhirnya ditanggulangi dengan botol tetes mata dan susu formula bayi usia 0 bulan.
  • Memberi minum Ello dengan botol tetes mata selama dua minggu, yang itu jelas sulit dan berat. Botol obat tetes mata jelas jauh berbeda dengan puting induknya, ini saja sudah membutuhkan kesabaran. Ditambah lagi, bahwa pemberian susu ini harus dilakukan dalam intensitas yang cukup sering mengingat dia masih bayi. Ini berarti saya harus commit untuk ada di setiap waktu minum susunya.
  • Terkaget-kaget saat tahu bahwa anak kucing tidak bisa pipis dan pup sendiri, sehingga harus kita rangsang dan saya yang awam ini dengan pesimis berusaha belajar dari video youtube.
  • Mendapat tugas dalam acara kantor dari pagi hingga malam, sehingga (lagi-lagi) harus memutar otak agar bisa tetap merawatnya minimal empat kali setiap hari. Sampai akhirnya menitipkan Ello di sebuah hotel di dekat lokasi acara dan bolak-balik kesana saat ada kesempatan.
Dan akhirnya, setelah hari-hari yang sulit berjalan selama dua minggu, melihat perkembangan Ello yang tampak semakin baik, saya pun mencari dan mendapatkan botol dot dan susu khusus kucing untuk Ello. Tapi tentu saja petualangan Ello tidak sampai di sini saja… Setelah lebih dari 1.300 kata ini, masih ada kisah lain yang ingin saya ceritakan. Termasuk juga, hal apa yang bisa kita lakukan untuk menyelamatkan nyawa anak kucing yang usianya masih hitungan hari hingga empat minggu sebelum akhirnya bisa makan sendiri. Bagaimana cara dan kapan mengajarinya makan, minum, pipis, serta pup. Dan banyak lagi…


See you in the next post ya…

With Love,
Nian Astiningrum
-end-