SOCIAL MEDIA

search

Wednesday, October 18, 2017

Ello The Surviving Cat #2: Bertemu dengan Orang-Orang Baik…

Hari itu, setelah sempat bersitegang dengan seorang kawan karena perkataannya yang bagi saya arogan dan tidak simpatik; saya pun menelpon Hotel Lusi sesuai saran seorang teman saya untuk memastikan bahwa Ello bisa saya titipkan disana selama acara…

Acara ini adalah sebuah rapat koordinasi dalam lingkup unit induk kami. Pesertanya adalah Kantor Induk dan sepuluh sektor di bawahnya yang tersebar di wilayah Sumatera Bagian Selatan. Acaranya sendiri diadakan di sebuah hotel, mengingat peserta yang cukup banyak sehingga tidak tertampung di ruang rapat kantor. Dan karena banyaknya agenda yang perlu dibahas dan waktu yang terbatas, acara pun disusun dari pagi hingga malam hari. Sedang tugas saya sendiri adalah sebagai panitia registrasi, yang tentu tugasnya di awal acara; serta bertugas menyanyi pada saat makan siang… Ya, kesepakatan awal pada saat rapat terakhir, saya diberikan tugas untuk mengisi pada saat acara makan siang, ini pun sudah saya koordinasikan dengan seksi acara… Jadi, saya pikir sebenarnya saya punya waktu kosong aman dari pukul 14.00 hingga 17.00 untuk pulang ke rumah menyusui Ello. Tapi, karena alasan yang saya ceritakan dalam ELLO THE SURVIVING CAT #1: AWAL YANG SULIT maka saya pun memilih opsi mencari hotel yang mengijinkan hewan peliharaan menginap.

Dan alhamdulillah, Hotel Lusi yang lokasinya hanya hitungan menit dari tempat acara ini tidak keberatan saya meninggalkan Ello di kamar selama acara. Selain itu, tarifnya pun sangat terjangkau, sehingga saya tidak ragu lagi membawa Ello ke sana esok paginya.



***

Hari Pertama. Pagi itu, karena malamnya begadang untuk gladi bersih acara, saya pun bangun terlambat. Harusnya, jam 5.00 saya sudah harus di salon untuk dandan, tapi baru sekitar pukul 05.30 saya berangkat dari rumah ke salon. Tentu saja dengan membawa Ello dalam kardus hangatnya (kardus dengan lampu LED yang saya sambungkan ke charger handphone untuk mobil dan ditutupi dengan kain untuk memastikannya tetap hangat). Dan di salon, sembari saya dandan, Ello saya tinggalkan di dalam mobil dengan kaca yang dibuka sedikit agar sirkulasi udara masih memadai. "Sabar ya Ello, sebentar aja kok…"

Ya, seandainya saja saya bisa dandan, sebenarnya ga perlu repot-repot ke salon… Tapi, apalah daya… saat kemampuan dandan hanya sebatas pakai lipstik, sementara hari itu saya harus tampil di depan para peserta rakor bersama pembawa acara yang dandan habis-habisan cantik dan ganteng, daripada begitu njomplang, saya pasrah saja disuruh dandan sama teman-teman panitia lainnya…

Selesai dandan, hari sudah cukup siang! Byuh, benar-benar mepet semepet-mepetnya, alhasil tidak sempat lagi menitipkan Ello ke Hotel Lusi. Bingung! Akhirnya saya membawa Ello ke pos satpam hotel tempat acara dan memohon agar saya bisa menitipkan Ello sampai sekitar jam 9.00. Dan, alhamdulillah, meskipun terlihat dari ekspresi wajahnya, betapa mereka berpikir permintaan saya sangat aneh, mereka mengijinkan saya menitipkan Ello di dalam kardus hangatnya di sana. Fiuhhh, "Terima-kasih banyak pak…"

Dan saya pun bisa menjalankan tugas saya, meski dengan sedikit kepikiran juga, bagaimana keadaan Ello di pos satpam. Apakah mengeong terus? Apakah stress? Atau malah karena mengeong-ngeong akhirnya diusir oleh pihak manajemen hotel? Huhu, rasanya tidak sabar menunggu waktu saya bisa membawa Ello ke tempat yang aman…

Kemudian, sekitar jam 10.00 saya pun punya kesempatan melipir membawa Ello ke Hotel Lusi. And surprisingly, di sana saya bertemu dengan Mbak Rika (bukan nama sebenarnya), resepsionis Hotel Lusi yang  sangat-sangat welcome dengan kehadiran Ello. Bukan cuma mengijinkan Ello transit di sana, bahkan dia menawarkan untuk menitipkan Ello pada kucingnya yang juga sedang beranak.  Hmm, jelas tawaran yang sangat menggiurkan ya, menjawab semua permasalahan saya akan perawatan Ello… Tapi, meski begitu, saya terpaksa menolak tawaran ini. Lha, kucing Mbak Rika ini ras Persia, sementara Ello kucing kampung, mencolok sekali perbedaannya; takutnya si induk kucing akan menolak Ello atau bahkan menyakitinya.

Setelah saya menolak tawaran itu, Mbak Rika juga menawarkan bantuan untuk memberi minum Ello saat saya sedang bekerja. "Emang jam berapa aja sih Mbak, kucingnya dikasih minum, biar saya yang kasih susu…" katanya. Wah, wah, saya benar-benar terharu dengan kebaikan Mbak Rika yang notabene baru saya kenal. Juga begitu amaze bagaimana saya bisa dipertemukan dengan orang yang begitu baik secara sangat spesifik… juga pecinta kucing dan jelas memahami kenapa saya berepot-repot merawat Ello sampai segitunya. Sesuatu yang sulit dipahami mereka yang jarang berhubungan dengan hewan peliharaan.

Tapi meskipun merasa sehati dalam hal ini dan yakin bahwa Mbak Rika akan merawat Ello dengan baik, saya terpaksa menolak tawarannya. Waktu itu, ya perlengkapan saya hanya sebatas botol tetes mata. Dengan media ini saya merasa bahwa proses memberi minum Ello cukup sulit sesungguhnya dan saya tidak tega merepotkannya. "Gapapa Mbak, saya ada waktu kokLha saya belum punya dot, kasian Mbak repot ngasih susunya…" jawab saya.

***

Hari kedua. Pagi hari kedua saya diajak suami berangkat barengan ke acara rakor. Secara dan suami berada pada perusahaan dan unit induk yang sama, jadi dia juga ikutan acara ini, jadi bisalah memanfaatkan momen ini untuk bernostalgia, mengenang masa-masa kami masih satu kantor dan berangkat-pulang kerja bareng, hehe… 😍.

Pagi itu, meskipun malamnya juga begadang membuat playlist untuk hari kedua. Baca: download lagu instrumental, puterin satu-satu untuk memastikan saya paham timing liriknya, ngepasin nada untuk beberapa lagu, menyusun urutan lagu agar tidak ngos-ngosan meskipun nyanyi banyak-banyak dan kumpulin liriknya… saya dan suami berangkat cukup pagi, sehingga sempat mampir ke Hotel Lusi dulu untuk menitipkan Ello sebelum ke tempat acara.

Hari kedua ini berjalan lebih smooth, hanya saja, siangnya saya harus memutar otak saat akan menjenguk Ello. Pagi tadi kan saya nebeng mobil suami, dan saya yang terbiasa dengan mobil manual tidak berani membawa mobil matic-nya yang cukup gede itu. Sementara suami, ya karena dia rapat, ya dia tidak bisa mengantar saya… 

Dan kemudian, setelah berpikir, akhirnya saya mendapat ide untuk meminta tolong seorang anak magang di kantor saya bernama Dila. Dila pun alhamdulillah tidak keberatan mengantar saya  dengan motornya ke hotel tempat Ello dititipkan. Dan bahkan, dia tidak ngedumel saat harus bolak-balik dua kali karena saya ketinggalan kunci… Iya, sampai di Hotel Lusi, saya tidak menemukan kunci saya dan akhirnya balik lagi ke tempat rakor karena tidak ada kunci cadangannya di resepsionis. "Thanks so much ya Dek, we count it to you…"

Nah, saat mencari kunci cadangan di resepsionis ini, saya sempat ngobrol banyak dengan Mbak Rika. Waktu itu lah kemudian dia memberikan saya satu sachet susu kucing, seperti yang pernah dijanjikannya saat kami bertemu di hari pertama, saat dia tahu saya tidak memberikan susu khusus kucing, tapi susu formula bayi usia 0 bulan. Fixed! Mbak Rika ini benar-benar kebangetan baiknya! Padahal kami baru sekali ketemu, tapi dia segitunya perhatian pada saya dan Ello. Membuat saya benar-benar dipertemukan secara misterius olehnya. Saya percaya ada banyak orang baik di luar sana, tapi, bertemu orang baik yang juga penyayang kucing di saat saya sedang kesulitan merawat Ello, benar-benar sesuatu yang sangat spesial. Call me whatever, but yes! That's make me feel special… Makasih sekali lagi Mbak Rika, bertemu denganmu benar-benar memberikan suntikan semangat untuk menjalani hari-hari berat merawat Ello…

***

Hari ketiga. Seperti hari sebelumnya, kami bertiga (saya, suami, dan Ello) berangkat menuju Hotel Lusi untuk menitipkan Ello. Dan setelah memastikan Ello aman di sana, kami pun berangkat menuju tempat kegiatan. Oh ya, di kamar hotel ini, Ello saya tempatkan di atas TV tabung yang ditempel ditembok, karena colokannya cuma ada disitu saja. That's why, saya harus memastikan posisi kardusnya sangat stabil dan jika pun Ello-nya jalan-jalan pun, dia ga akan jatuh. 

Di hari ketiga ini, suami bisa mengantar saya menjenguk Ello siang harinya. Hmm, ngomong-ngomong soal suami saya, I know dia pun berpikir bahwa saya sedikit berlebihan dalam merawat Ello, dia pernah ngomong kok… Tapi, kemudian dia memilih tidak banyak berkomentar setelah saya bilang, "Bukan lebay, tapi ya dia ini masih terlalu kecil, kalau ga dirawat seperti ini, ya sama saja membiarkan dia mati pelan-pelan… Walaupun kucing, ini nyawa juga lho… Emang tega? Dan karena kita sudah mungut dia, ya itu tanggung-jawab kita untuk merawat dia…"

Nah, pada saat saya mulai ribut mencari tempat transit untuk Ello dan akhirnya bolak-balik membawanya ke tempat rakor (dititipkan ke Hotel Lusi), saya merasa perhatiannya pada Ello semakin bertambah. Sampai-sampai beberapa kali dia whatsapp menanyakan kabar Ello di hotel, aman atau tidak, udah minum susu atau belum, dan sebagainya… Sesuatu yang membuat saya senyum-senyum sendiri karena bahagia. Senang aja, Ello akhirnya mempunyai tempat yang cukup spesial di hati suami saya. Senang, karena orang terdekat saya yang merasakan apa yang saya rasakan dan memberikan dukungan moril dan materiil. **Duh, bahasanya kaya pidato bener ya… 😅**

***

Yes! That's it what happen in three days, sampai akhirnya acara rakor berakhir dan kehidupan kami kembali berjalan normal. Bagi saya, ini benar-benar big story! Selama tiga hari acara rakor sembari merawat Ello memang benar-benar merepotkan dan melelahkan, tapi dari segala kesulitan itu ada banyak hal-hal indah yang terjadi. Bagaimana saya terbantu menghadapi kesulitan-kesulitan yang ada atas bantuan orang-orang baik di sekitar kita. Pertemuan saya dengan orang-orang baru yang begitu baik, terutama Mbak Rika benar-benar mengingatkan saya pada kata orang bijak bahwa:
Orang baik akan bertemu dengan orang baik...
That wise words maybe old, but so true! Bahwa saat kita berusaha berbuat baik, maka kita juga akan dipertemukan dengan orang-orang baik. And this was the sweet insight for this chapter of this story. So, berbuatlah baik, jangan takut, insyaallah kita akan dipertemukan dengan kemudahan dan bantuan. Sekali lagi terima-kasih untuk Mbak Rika, Pak Satpam dan Dilaorang-orang yang baru saya temui tapi begitu peduli pada saya dan Ello

Oh ya, juga setelah perjuangan saya selama tiga hari ini berkaitan dengan tugas saya di kantor juga tidak sia-sia! For these three days; begadang hingga tengah malam untuk gladi bersih, dan juga menyiapkan lagu instrumental untuk mengisi acara istirahatSampai-sampai tembus 26 lagu satu hari, mendapat apresiasi yang membuncahkan rasa bangga di dada. Pujian dari para peserta, keyboardis hingga teknisi sound system… dan yang perlu di-highlight adalah pujian dari General Manager hingga beliau memberikan bingkisan di akhir acara, sangat cukup membuat penyanyi amatir seperti saya tersenyum-senyum bahagia semalaman. Terima-kasih



Yeah, that's the story for this chapter. Selanjutnya, saya akan bercerita bagaimana merawat Ello memberikan insight bahwa terkadang sesuatu itu tidak sesulit yang kita kira. Semoga teman-teman nanti bakalan baca lagi kan Yayaya hihi 😀

Sekian, dan semoga cerita ini bermanfaat untuk teman-teman semua ya

With Love,
Nian Astiningrum
-end-

Monday, October 9, 2017

Sup Ikan Patin a.k.a. Ikan Kuah

Ini masakan yang cukup legendaris dalam katalog masak-memasak pribadi saya untuk anak-anak. Sejak jaman Ganesh kecil, sampe sekarang Mahesh… dua-duanya sama-sama suka dan ga bosen-bosen sampai sekarang. Which that's mean, 'sekali mendayung dua tiga pulau terlampaui'… sekali masak, dua anak suka, haha…

Iya, karena selera dua anak ini seringkali berbeda; si kakak anti pedes, eh si adek hobi pedes; yang satu suka tahu, yang satu anti tahu, de el el. Nah, karena itu, dalam seminggu paling tidak sekali lah masak 'Sup Ikan Patin' ini… yang sama Mahesh seringkali disebut 'Ikan Kuah'.


Karena (sebut saja) kelegendarisannya, saya kira resep ini sudah saya dokumentasikan di blog. Eh, kok pas dicari enggak ada, padahal kaya inget-inget sudah pernah nulisnya… Tapi, sudah dicari di draft blog dan di arsip laptop emang ga ada. So, positif, memang resep ini belum pernah ditulis, jadi, ya sok mari ditulis aja mumpung sempet. Karena saya ini orangnya pelupa, daripada berkali-kali ngubek-ubek internet kalo lupa, atau ga yakin sama takaran bumbunya yang sudah pas sama lidah anak-anak…

Bahan untuk membuat 'Sup Ikan Patin' ini sederhana saja; cuma ikan patin, tomat, bawang merah putih, bawang daun, jahe, dan serai. Sedikit berbeda dengan pindang khas Sumatera yang juga memakai kunyit, daun salam, dan kecap manis. Ini, pakai kecap juga sih, tapi kecap ikan, haha… yang rasanya jelas jauh berbeda dengan kecap manis ya…


Ikan patin sendiri, adalah jenis ikan yang tidak hanya lezat, tapi juga sehat karena kandungan nutrisinya. Menurut ahli gizi Rosihan Anwar, Sgz (1); ikan patin memiliki kadar kolesterol yang rendah dan mengandung lemak tak jenuh yang tinggi. Dimana lemak tak jenuh ini bermanfaat untuk menurunkan kadar kolesterol dalam darah, sehingga dapat mencegah risiko penyakit jantung koroner.

Nah, makin cinta kan sama ikan ini? Apalagi harganya pun relatif terjangkau, meskipun mungkin di daerah tertentu sulit ditemukan. Iya kan? Saya pribadi baru kenal ikan patin ini setelah merantau ke Sumatera Selatan lho… Dulu, semasa di Jogja belum pernah sekali pun mencicip ikan ini. Dan sekarang, saat saya tanya ke orang-tua saya soal ikan ini, mereka pun tidak familiar. Katanya sih ikan ini ga ada di Jogja. Hmm, daripada penasaran, bagi yang belum familiar dengan ikan ini… ini nih, penampakan ikan patin yang saya maksud dalam resep ini…

Helichopagus Waandersii a.k.a. Ikan Patin (2)

Oke, kembali ke tujuan awal blogpost ini, berikut resep membuat sup ikan patin a.k.a. ikan kuah ala mama Ganesh-Mahesh…

Bahan:

1/2 kgIkan patin
2 buah Tomat dipotong sesuai selera
5 siungBawang merah
2 siungBawang putih
2 cmJahe
1 batangSerai
2 sendok makanKecap ikan
1 batangDaun bawang diiris-iris tipis atau sesuai selera
SecukupnyaGaram
SecukupnyaMinyak untuk menumis

Cara Membuat:
1.Haluskan bawang merah dan bawang putih.
2.Geprek/memarkan jahe dan serai.
3.Potong dan filet ikan patin sesuai selera. Jika suka, dipotong saja, tanpa difilet tidak masalah.
4.Tumis bumbu halus, jahe dan serai, lalu tambahkan air kurang lebih 1 liter.
5.Setelah mendidih, masukkan ikan patin dan kecap ikan.
6.Beberapa saat kemudian, masukkan tomat dan tambahkan garam hingga rasa sesuai selera.
7.Setelah matang, masukkan daun bawang dan matikan api.

Gampang dan praktis kan… Plus insyaallah sehat… Sekian sharing saya, semoga bermanfaat… Selamat mencoba 😋

With Love,
Nian Astiningrum
-end-

Readings:
  1. TribunNews.com. 2013. Takut Makan Patin Karena Berlemak? Ini Jawaban Ahli Gizihttp://www.tribunnews.com/kesehatan/2013/04/17/takut-makan-patin-karena-berlemak-ini-jawaban-ahli-gizi. Diakses tanggal 9 Oktober 2017.
  2. SemuaIkan.com. Jenis-Jenis Ikan Patin beserta Gambarnyahttp://www.semuaikan.com/jenis-jenis-ikan-patin-beserta-gambarnya/. Diakses tanggal 9 Oktober 2017.