SOCIAL MEDIA

search

Wednesday, March 18, 2015

Ganesha the Big Brother: Membantu Anak Menjalani Peran Baru sebagai Kakak

“Ganesh kalo udah gede mau jadi apa?”
“Mau jadi kakak!” Itu jawaban Ganesh setiap saya menanyakan pertanyaan di atas.


Beberapa waktu lalu, pasca kelahiran Mahesha adiknya, sempat terlintas di pikiran saya bahwa Ganesh telah berubah pikiran karena dia terlihat jetlag dengan peran barunya. Jika dulu dia mendapatkan begitu banyak perhatian dari semua orang, maka setelah Mahesh lahir, dia menjadi harus sering mendenar jawaban, “Sebentar ya, mama lagi nenenin adek…” dan sejenisnya. Waktu itu, Ganesh sempat tampak begitu menuntut perhatian. Apa-apa; mulai dari makan, ganti baju, sampai pipis; minta sama mama dan papanya, padahal dulu biasa saja dibantu oleh simbah pengasuhnya. Waktu itu, sempat terpikir, apakah Ganesh belum siap memiliki adik dan apakah situasi ini terlalu berat baginya, ditambah baru beberapa hari kami pindah sehingga dia masih asing dengan lingkungannya. Dan kami pun tidak bisa mengelakkan rasa bersalah karena situasi yang dihadapinya ini.

Hari pertama Ganesh dijemput ke rumah sakit untuk menengok saya dan adiknya mungkin adalah kekecewaannya yang pertama. Saat itu, begitu melihat adiknya dan perut saya sudah mengempis, dia langsung minta gendong. Mungkin saat itu dia berpikir bahwa karena mamanya sudah tidak hamil, maka bisa minta gendong. Dan semua itu salah saya, karena sewaktu hamil selalu berkata bahwa setelah adiknya lahir, dia bisa minta gendong lagi. “Ganesh, maafkan mama ya nak… Mamamu ini memang kadang-kadang oon…”

Kekecewaan berikutnya adalah bahwa saya dan adiknya belum bisa pulang dan dia pun harus menginap di rumah sakit karena tidak ada yang menjaganya di rumah. Saat itu, berkali-kali dia merengek minta pulang, walaupun tidak sampai menangis. Dan pada kesempatan dia diajak pulang untuk mengambil benerapa barang di rumah oleh papanya, sampai di rumah Ganesh bertanya, “Mana adek sama mama?” Dan saat dijelaskan bahwa adej dan mama belum boleh pulang, Ganesh pun sedih dan meminta kami (mama dan adeknya) diajak pulang, sampai-sampai tidak mau turun dari mobil!

Dan kemudian, kekecewaan demi kekecewaan pun semakin banyak dialaminya hari demi hari setelah kami pulang ke rumah. Praktis, karena di rumah hanya ada tiga orang dewasa saya, suami dan simbah pengasuh; dimana suami harus ke kantor, simbah sementara membantu keperluan rumah tangga dan saya merawat adiknya; Ganesh pun kesepian di rumah. Oh, bukan hanya kesepian, bahkan terlantar mungkin, karena selain tidak ada yang mengajaknya bermain, jam makan dan mandinya pun menjadi tidak teratur :(. Dulu, yang biasanya saya menyempatkan memasak sarapan pagi dan makan siang untuknya, saat itu semua di-handle oleh simbah. Yang mana tentu saja variasi masakan dan rasanya menjadi lebih sedikit (entah berapa hari Ganesh terus menerus sarapan  dengan telur dadar). Belum lagi pada saat makan, karena harus disuapin mama, seringkali lebih dari jam seharusnya, demikian juga dengan mandi.

Beberapa kali Ganesh mengajak main, tapi, apa boleh buat, kami semua masih begitu sibuk dengan kehadiran adiknya. Tidak ada lagi jalan-jalan ke sekitar rumah, main bongkar pasang bersama ataupun sekedar bercanda dengan mama. Sedih dan bingung, pasti itu yang dirasakan Ganesh saat itu. Dan bukan hanya dia, saya dan suami pun merasakan hal yang sama, sehingga sebisa mungkin papanya selalu mengajaknya keluar berdua untuk bermain. Ah, that was the hard time for all of us, especially for Ganesh :(.

Tapi, satu hal yang sangat kami syukuri adalah; meskipun Ganesh terlihat jetlag dengan lingkungan dan peran barunya, tidak sekalipun dia menunjukkan kebencian atau ketidaksukaan pada adiknya. Meskipun dengan segala ketidaknyamanan yang dialaminya karena keberadaan adiknya, Ganesh tetap begitu sayang pada adiknya. Setiap kali adiknya mengompol, Ganesh lah yang paling bersemangat memilihkan popoknya. Dan setiap kali adiknya bangun dari tidur, buru-buru dia memberitahu saya, papa atau simbah pengasuhnya. Ganesh mungkin kehilangan perhatian dari kami semua, tapi dia tidak menyalahkan adiknya atas semua itu. You’re doing so good, boy :).

Dan waktu pun berlalu, hari demi hari dan minggu demi minggu, sampai akhirnya pada suatu hari saya menyadari bahwa Ganesh tampak begitu dewasa. Seiring dengan mulai normalnya keadaan kami, sehingga bisa memberikan perhatian yang lebih banyak pada Ganesh, saat itu saya tersadar bahwa dia bukanlah anak kecil yang saya ingat dulu. Saat saya melihatnya detik itu, saya melihat sosok Ganesh yang begitu bijaksana. Saat saya memintanya mengecilkan suara agar adiknya tidak terbangun, dia berkata, “Iya...” dan menurutinya. Saat saya berkata, “Ganesh, mama boleh minta tolong ambilin bedong?” Dia berkata, “Iya...” dan mengambilkan bedong yang saya minta. What a wise boy :). Saat itu juga, saya menyadari bahwa Ganesh lebih bisa menerima keadaan saat mamanya harus meninggalkannya menonton film sendirian karena adiknya terbangun dan banyak lagi. Oh yeah, tidak diragukan lagi, Ganesh memang sudah dewasa, now he’s the actual big brother! So proud of you, boy :).

***

Lesson Learned
Kami beruntung, dengan antisipasi kami yang bisa dibilang kurang, Ganesh mampu memainkan peran barunya sebagai seorang kakak dengan baik. Namun, jika kami mampu memutar balik waktu, tentu kami ingin melakukan hal yang lebih baik agar Ganesh tidak perlu mengalami fase terlantar dan jetlag yang berlebihan. Berikut adalah hal-hal yang menurut kami perlu diperhatikan untuk membantu kakak menjalani peran barunya:


  1. Pastikan bahwa penjelasan yang kita berikan pada kakak sesuai keadaan yang akan dihadapi setelah adiknya lahir. Antisipasi kesalahan segala kemungkinan kesalahan. Kesalahan kami adalah memberikan janji bahwa mama bisa gendong kakak setelah adik lahir, padahal kenyataannya saya harus menunggu pemulihan pasca melahirkan.
  2. Sebisa mungkin tambah personil dalam rumah untuk membantu menemani kakak (bisa kakek/nenek atau saudara) agar kakak tidak merasa kesepian dan ‘terlantar’.
  3. Siapkan kakak untuk lebih bersosialisasi di luar rumah, misalnya dengan teman sebaya di sekitar rumah. Dalam hal ini, akhirnya kami menitipkan Ganesh di Kelompok Bermain, karena inisitifnya sendiri ingin sekolah.
  4. Libatkan kakak dalam pengasuhan adik, misalnya dengan meminta bantuannya untuk mengambil keperluan adik. Dan kondisikan supaya (seolah-olah) terjadi interaksi antara antara kakak dan adik, dengan membantu mereka ‘ngobrol’ bersama.
  5. Ajak kakak bicara dari hati ke hati tentang peran barunya; tentang bagaimana perasaannya, kemudian membesarkan hatinya dan meminta pengertian akan ketidaknyamanan yang dialaminya.
  6. Ajak kakak bermain bersama, melakukan aktivitas yang dulu biasa dilakukan bersama sebelum sang adik lahir, supaya kakak tidak merasa adik merampas hal-hal yang menyenangkan menurutnya, tapi hanya perlu bersabar dan menunggu.
  7. Jelaskan pada kakak, bahwa saat adik telah lebih besar, akan ada banyak aktivitas yang bisa mereka lakukan berdua, sehingga kakak merasa lebih positif melihat masa depan, karena memiliki harapan  bahwa ketidaknyamanan yang dialaminya akan berakhir.
Hmm, tidak sulit sebenarnya kan… Semuanya bisa mengalir saja dilakukan semasa kehamilan dan pasca melahirkan. Semua supaya Kakak lebih siap dengan peran barunya dan tidak mengalami kesedihan atau kekecewaan yang berkepanjangan. Karena menjadi seorang Kakak memang sesuatu yang bersifat biologis dan otomatis terjadi saat seorang anak lahir dari rahim ibu yang sama, namun di samping itu ada sisi psikologis yang juga harus kita perhatikan. Kita saja sebagai orang-tua, beberapa tidak luput dari serangan baby blues, apalagi seorang anak, yang notabene bisa dikatakan belum matang pemikirannya. Dan tugas kita lah sebagai orang-tua yang menjadi perantara lahirnya dua makhluk kecil itu untuk mampu membimbingnya melihat indahnya persaudaraan :). Setuju bukan?

With Love,
Nian Astiningrum
-end-

2 comments :

Hai! Terima-kasih sudah membaca..
Silakan tinggalkan komentar atau pertanyaan disini atau silakan DM IG @nianastiningrum for fastest response ya ;)