"Metode Token Ekonomi apaan sih?" Jika teman-teman bertanya demikian, maka saya justru sebaliknya, sejak beberapa hari yang lalu berpikir, "Apalah namanya metode yang saya cobakan ke Ganesh ini ya…"
Dan akhirnya, setelah mengingat-ingat salah satu topik yang pernah dibahas di kuliah Psikologi Perkembangan bertahun-tahun lalu ini, saya pun ingat… It is 'Token Economy' atau sebut saja 'Token Ekonomi'!
'Token Economy' dalam setting edukasi adalah sistem untuk menyediakan positive reinforcement (penguatan positif) pada anak dengan memberikannya token setelah menyelesaikan suatu tugas atau bersikap seperti yang diharapkan. Setelah terkumpul, token ini kemudian dapat ditukarkan dengan reward yang lebih diinginkannya.
Jadi contohnya gini nih, misalnya si Totok kasih beberapa key behavior untuk mendapatkan token, yaitu: makan sayur, tidur siang, dan bangun tepat waktu. Maka pada saat si Totok melakukan makan sayur, dia akan mendapatkan satu token; demikian juga pada saat dia melakukan tidur siang dan bangun tepat waktu. Token-token ini, selanjutnya akan dikumpulkan dan setelah mencapai kuantitas tertentu dapat ditukarkan dengan hal yang diinginkan si Totok.
Or simpelnya, ya Totok melakukan sesuatu yang kita inginkan untuk mendapatkan yang diinginkannya.
Nah, metode itulah yang saya terapkan pada Ganesh beberapa waktu yang lalu… dengan tujuan utama sebenarnya adalah menciptakan lingkungan yang lebih jelas, sehingga less stressful, sebagai berikut:
Di setiap perusahaan, pasti ada tuh yang namanya penilaian kinerja kan… dimana pegawainya akan dinilai berdasarkan beberapa sasaran kinerja yang ditetapkan untuknya. Dan dari sasaran kinerja itulah kemudian akan diukur keberhasilan atau prestasi dari sang pegawai yang kemudian dari sana akan ditentukan reward untuknya.
Nah, demikian juga dengan Token Economy… Dengan metode ini, Ganesh lebih gamblang memahami sasaran kinerja dan juga reward yang akan didapatkannya jika berhasil melaksanakan sasaran kinerja tersebut.
Hal ini tentu menciptakan suasana yang fair dan jelas sehingga meminimalisir stress yang terjadi karena perasaan, "Sebenarnya apa sih yang harus kulakukan?" atau "Bagaimana sih mendapatkan yang aku inginkan?" atau juga "Aku ini sudah bagus belum sih?" dan sebagainya… akan terjawab dengan jelas.
Memberikan gambaran yang jelas, progress yang dicapai.
Metode Token Economy lebih baik diterapkan menggunakan media yang dapat memberikan visualisasi jelas terhadap pencapaian anak. Misalnya token berupa koin yang ditempatkan pada wadah transparan atau berupa papan dan token ditempelkan.
Dengan cara ini, anak akan dapat melihat dengan jelas sejauh mana pencapaiannya dan juga berapa jumlah token yang perlu dikumpulkannya untuk mendapatkan reward. Metode yang sangat tepat untuk memotivasi anak yang cenderung cepat bosan dan kurang sabaran.
Pada dasarnya, Token Economy itu ya sesimpel menentukan perilaku yang ingin dikuatkan, menyiapkan media dan juga reward yang akan diberikan. Akan tetapi, agar metode ini lebih efektif, terdapat beberapa tips yang dapat diterapkan… Yaitu:
Nah, kenapa kami menerapkan metode ini pada awalnya adalah karena mendapati bahwa Ganesh ternyata tampak jenuh dan (sebut saja) stress dengan keseharian dan lingkungannya. Hal ini kami ketahui dari kecenderungan perubahan perilakunya menjadi mudah marah dan juga hasil ngobrol intensif dengannya.
Karena anak saya dua, walaupun sasaran utamanya Ganesh, Mahesh juga saya buatkan juga. Cuma, supaya ga panjang, disini saya cerita tentang Ganesh aja ya… Yang punya Mahesh, bisa liat fotonya aja…
Nah, berikut adalah key behavior untuk Ganesh:
Adapun cara membuat adalah sebagai berikut::
Jeng… jeng… jeng… dan hasilnya adalah… Yes! Anaknya excited banget lho dengan metode ini, even waktu itu masih trial dan reward-nya sebenarnya belum kami declare…
Anaknya cukup licik sih… dia ulang-ulang kegiatan yang menurut dia mudah, misalnya di Special Awards itu dia kumpulkan dari membaca buku yang dia suka. Sementara untuk beberapa lainnya yang mungkin sulit baginya, ya dia ga terlalu ngoyo juga…
In resume, beberapa hal yang saya amati dari penerapan Metode Token Economy ini adalah:
Ganesh tampak lebih happy dan excited menjalani hari-harinya, termasuk mengerjakan hal-hal yang selama ini tidak terlalu dia minati.
Saking excited-nya, dia sampai bela-belain telpon papanya yang sedang di luar kota untuk ngabarin pencapaiannya hari itu… Apa yang sudah dia kerjakan hari itu dan juga total token yang sudah dia dapatkan. Dimana ini sesuai dengan tujuan awal dibikinnya proyek Token Economy ini, yaitu menciptakan situasi yang less stressful alias ga bikin stress.
Ganesh lebih bisa berempati dan menghargai kebaikan orang lain padanya.
Yang namanya anak kecil, pemikirannya seringkali masih egosentris sekali alias melihat segala sesuatu dari sudut pandangnya sendiri. Misalnya dia minta diambilin minum, dia cuma melihat bahwa itu tidak capek baginya, tanpa berpikir bahwa bisa jadi orang lain capek karena permintaan itu.
Lha ini, beberapa hari setelah proyek ini dimulai, kok kemudian suatu hari dia minta diambilin minum dari bawah (anaknya lagi belajar di lantai atas), kok dia nyeletuk, "Mama, Mama itu bikin juga aja kaya punya Anesh biar bisa dapet love juga…"
Dan saya becandain aja… "Emang nanti kalo love Mama udah banyak, siapa dong yang kasih hadiah…"
Yang dijawabnya, "Ya Anesh lah…"
Dan dia tampaknya serius dengan kalimatnya itu, karena beberapa hari kemudian dia kembali mengingatkan saya, "Mama, Mama itu bikin aja lho kaya punya Anesh… dibikin, 'Be a good Mama gitu…' Nanti Anesh kan bisa kasih hadiah kalo udah banyak 'love'-nya…"
Wah, peningkatan banget ini… dia sekarang bisa lho menilai bahwa mamanya bantuin dia ambil minum, pijetin, dan sebagainya itu adalah sesuatu kebaikan. Cukup gimana juga rasanya dia secara implisit mengatakan bahwa apa yang saya lakukan itu adalah satu tanda mama yang baik.
So sweet kan…
Kok bisa begitu?
Menurut saya sih, karena dengan Metode Token Economy ini, kan kita memberikan penghargaan kepada anak berdasarkan key behavior yang dilakukannya. Anak merasa senang dengan penghargaan ini, dan kemudian merasa bahwa orang lain pun jika melakukan hal baik layak untuk diberikan penghargaan.
Jadi, menurut pengalaman saya, metode Token Economy ini recommended untuk menguatkan perilaku positif anak. Alasannya, ya bisa lihat di hasil yang sudah saya ceritain di atas ya…
So, yes, it's worth to try ya teman-teman… Jika memang teman-teman pun memiliki masalah untuk menguatkan perilaku positif pada anak. Namun, jika anaknya sangat kooperatif, mudah beradaptasi dengan aturan, mungkin urgensinya pun menjadi berkurang.
Dan sekian saja cerita saya tentang salah satu upaya saya menciptakan lingkungan yang menyenangkan (less stressful) untuk anak sekaligus menguatkan perilaku positif dalam dirinya. Berkaitan dengan tujuan membuat anak-anak lebih gembira dan tidak merasa tertekan, tentu masih ada beberapa usaha yang akan kami lakukan… dan insyaallah akan saya share di blog ini juga.
So, stay tuned ya…
And btw, teman-teman punya pengalaman juga tentang ini? Share dong…
With Love,
Nian Astiningrum
-end-
Memberikan sasaran kinerja (key behavior) yang jelas bagi dan reward yang akan didapatkan.
Di setiap perusahaan, pasti ada tuh yang namanya penilaian kinerja kan… dimana pegawainya akan dinilai berdasarkan beberapa sasaran kinerja yang ditetapkan untuknya. Dan dari sasaran kinerja itulah kemudian akan diukur keberhasilan atau prestasi dari sang pegawai yang kemudian dari sana akan ditentukan reward untuknya.
Nah, demikian juga dengan Token Economy… Dengan metode ini, Ganesh lebih gamblang memahami sasaran kinerja dan juga reward yang akan didapatkannya jika berhasil melaksanakan sasaran kinerja tersebut.
Hal ini tentu menciptakan suasana yang fair dan jelas sehingga meminimalisir stress yang terjadi karena perasaan, "Sebenarnya apa sih yang harus kulakukan?" atau "Bagaimana sih mendapatkan yang aku inginkan?" atau juga "Aku ini sudah bagus belum sih?" dan sebagainya… akan terjawab dengan jelas.
Memberikan gambaran yang jelas, progress yang dicapai.
Metode Token Economy lebih baik diterapkan menggunakan media yang dapat memberikan visualisasi jelas terhadap pencapaian anak. Misalnya token berupa koin yang ditempatkan pada wadah transparan atau berupa papan dan token ditempelkan.
Dengan cara ini, anak akan dapat melihat dengan jelas sejauh mana pencapaiannya dan juga berapa jumlah token yang perlu dikumpulkannya untuk mendapatkan reward. Metode yang sangat tepat untuk memotivasi anak yang cenderung cepat bosan dan kurang sabaran.
Beberapa Tips dan Trik Menerapkan Metode Token Economy
Pada dasarnya, Token Economy itu ya sesimpel menentukan perilaku yang ingin dikuatkan, menyiapkan media dan juga reward yang akan diberikan. Akan tetapi, agar metode ini lebih efektif, terdapat beberapa tips yang dapat diterapkan… Yaitu:
- Pilih tiga macam perilaku, sebagai berikut: perilaku yang sudah telah dilakukan anak dengan baik, perilaku yang membutuhkan sedikit peningkatan, dan perilaku yang menantang (jarang dilakukan anak).
- Sampaikan perilaku yang diinginkan dengan cara yang positif. Misalnya alih-alih menyebut, "Jangan nakalin Adek," maka lebih baik disebut, "Menjaga Adek."
- Pecah perilaku menjadi hal yang lebih kecil jika dibutuhkan. Misalnya tentang perilaku makan sayur; dapat dipecah menjadi makan sayur pada saat sarapan, makan siang, dan makan malam. Hal ini berguna untuk memecah sebuah perilaku yang cukup berat bagi anak-anak menjadi potongan-potongan yang lebih kecil dan mudah dilakukan. Ingat, tugas yang terlalu berat justru tidak akan memotivasi anak.
- Siapkan token di tempat yang bisa dengan mudah dicapai anak. Jadi anak bisa segera mengumpulkan atau menempelkan token segera setelah suatu key behavior dilakukannya.
- Menentukan menu reward yang bervariasi. Misalnya dengan 10 token bisa ditukar dengan jalan-jalan ke taman, 20 token dengan berenang, 30 token dengan main ke taman kelinci, dan sebagainya. Dengan demikian 'permainan' ini menjadi menarik dan anak-anak pun tetap bersemangat.
Latar Belakang Kami Menerapkan Metode Token Economy
Nah, kenapa kami menerapkan metode ini pada awalnya adalah karena mendapati bahwa Ganesh ternyata tampak jenuh dan (sebut saja) stress dengan keseharian dan lingkungannya. Hal ini kami ketahui dari kecenderungan perubahan perilakunya menjadi mudah marah dan juga hasil ngobrol intensif dengannya.
Dari sini, kemudian ditambah dengan pengamatan kecenderungan kepribadiannya, maka saya merasa metode ini layak dicoba untuk mengurangi perasaan tertekan karena lingkungan. Dimana tertekannya anak itu sebenarnya cukup sederhana, seperti:
Menginginkan sesuatu namun syarat yang diberikan orang-tua tidak pernah dapat dicapai
Ini lebih ke arah transparansi dan juga semacam raport mengenai progress anak mencapai hal yang diinginkannya.
Jadi begini, kami pernah menjanjikannya membelikan smart watch dengan syarat dia bisa menjadi anak baik. Nah, term 'anak baik' ini ternyata sulit sekali dicapainya; karena hal-hal kecil, seperti rebutan sama adeknya, kelepasan manjat mobil, ngegambarin tembok, dll. Setiap kali melakukan kesalahan semacam itu, ya jadi senjata kami untuk bilang, "Katanya Anesh mau jadi anak baik…" akhirnya dia patah arang dan bilang, "Ya udah, Anesh ga usah jadi anak baiklah…"
Merasa bukan anak baik, sering ditegur karena melakukan kesalahan dan bosan harus melakukan aturan tertentu, karena sesungguhnya tidak merasakan urgensi dari mengikuti aturan tersebut
Nah, loh, kok bisa begitu ya… Yup, jadi, Ganesh ini anaknya cukup kritis sehingga sulit untuk diyakinkan. Dia tidak mudah untuk menerima pendapat orang lain, adu argumen a.k.a ngeyel itu hal yang biasa terjadi.
Seringkali, kami sendiri kehabisan akal untuk menjelaskan suatu hal padanya… Misalnya begini; mengenai tentang kami melarangnya untuk bermain bergantung-gantung di pintu. Dia tidak akan terima dengan alasan bahwa itu berbahaya. "Anesh kan ga jatuh Mama, Anesh pegangan…" begitu argumennya. Dengan begitu, kami pun harus memutar otak untuk menjelaskan konsep abstrak bernama 'risiko' supaya dia bisa sepaham mengenai urgensi dari tidak bermain gantung-gantung di pintu.
Ini hanya satu hal saja… Selain itu, ya masih banyak contoh lain… Dan kami pun bukan Superman dan Wonder Woman yang bisa selalu memuaskan keskeptisan anak. So, ya cara Metode Token Economy ini bisa jadi satu hal yang menguatkan alasannya perlu melakukan suatu hal, meskipun sesungguhnya belum puas benar dengan argumen kami.
***
Dua hal itulah yang kemudian membuat saya merasa bahwa Metode Token Economy ini bisa mengurangi gejolak pikiran Ganesh ini.
Eksekusi Metode Token Economy Kami
Karena anak saya dua, walaupun sasaran utamanya Ganesh, Mahesh juga saya buatkan juga. Cuma, supaya ga panjang, disini saya cerita tentang Ganesh aja ya… Yang punya Mahesh, bisa liat fotonya aja…
Nah, berikut adalah key behavior untuk Ganesh:
- Be a good brother! Karena Ganeshnya kadang-kadang ngusilin atau ga mau ngalah sama adeknya, jadilah key behavior ini.
- Helping others! Yup, dalam hal ini Ganesh masih moody banget. Kalau lagi mood-nya bagus, dia akan dengan senang hati membantu kami, tapi kalo lagi biasa aja atau jelek, ya wassalam… And unfortunately dia masih jarang sih dengan inisiatif sendiri membantu orang lain.
- Eat by yourself! Udah kelas 2 SD, makan sendiri sebenarnya gampil lah buat Ganesh… Cuma, yah, kalo lagi males, anak ini masih suka minta disuapin.
- Go to school on time! Poin dari key behavior ini sebenarnya adalah di Ganesh bangun pagi dan kemudian cukup kooperatif untuk melaksanakan kegiatan di pagi hari hingga berangkat sekolah. Dalam praktiknya, ini berarti dia perlu bergegas mandi pagi, sarapan, ga banyak main, dan salah fokus.
- Do not speak bad words! Nah, yang ini sebenarnya pemilihan kata yang kurang ideal sih… cuma saya belum menemukan kalimat yang lebih tepat, yah, kita pakai ini dulu saja. Berkaitan dengan key behavior ini, jadi ceritanya Ganesh nih masih sering mengucapkan kata-kata yang tidak pada tempatnya; misalnya: eek, bauk, dan sebagainya. So, kami perlu mendisiplinkan pemilihan bahasanya sehari-hari.
- Eat veggetables two times a day! Ganesh suka kok sayur, cuma memang sedikit pemilih sih… So, yes, ini perlu diperkuat lagi…
- Do homework or Kumon! Ini tipe perilaku yang mudah diselesaikan oleh Ganesh sih… Ditambahkan disini, untuk membuatnya bersemangat!
- Go to bed on time! Nah, kalo yang ini, memang anaknya perlu di-oprak-oprak (Bahasa Jawa) alias diomelin dulu. Somehow, Ganesh itu susah disuruh tidur, mau siang atau malam. Kadang saya khawatir, untuk ukuran anak kecil 7,5 tahun apa tidurnya yang 8 jam sehari itu cukup.
- Special awards. Dan yang ini adalah untuk mengakomodir perilaku-perilaku positif yang dilakukannya, tapi tidak termasuk key behavior lainnya. Hmm, tentang ini, jika anaknya kritis sekali, mungkin dipertimbangkan untuk di skip saja. Karena pengalaman saya pada Ganesh, kami jadi suka berdebat soal poin ini. Lesson learned…
Adapun cara membuat adalah sebagai berikut::
- Buat papan token dengan media styrofoam yang digaris dengan spidol warna putih.
- Buat tulisan key behavior yang akan digunakan dengan menggunakan kertas origami warna-warni.
- Buat token dengan menggunakan kain flanel. Kalau saya sih memilih bentuk 'love' saja, karena lebih mudah dibuat.
- Selanjutnya tempelkan papan token pada dinding dengan menggunakan double tip dan push pin untuk menempelkan token pada dinding. Oh ya menempelkan papan tokennya di tempat yang terjangkau anak ya… jadi mereka bisa menempel sendiri dan lebih bersemangat.
Selanjutnya, setiap sore atau malam menjelang tidur, kita pun mengajak anak-anak me-review kegiatan mereka seharian. Apakah ada kegiatan yang masuk key behavior dan mendapatkan 'love' atau tidak.
Nah, lalu reward-nya apa… Ini jadi hal yang susah buat kami. Idealnya, reward itu sebisa mungkin bukan sesuatu yang sifatnya material kan, tapi ini agak susah, jadi tetap kami sertakan juga supaya lebih bervariasi. Tapi, tetap bukan dalam bentuk nominal uang tentunya, karena kalo begitu sih Ganesh tampaknya akan lebih memilih uang, secara anaknya cinta kebebasan…
Berikut daftar reward proyek Token Economy kami:
Nah, lalu reward-nya apa… Ini jadi hal yang susah buat kami. Idealnya, reward itu sebisa mungkin bukan sesuatu yang sifatnya material kan, tapi ini agak susah, jadi tetap kami sertakan juga supaya lebih bervariasi. Tapi, tetap bukan dalam bentuk nominal uang tentunya, karena kalo begitu sih Ganesh tampaknya akan lebih memilih uang, secara anaknya cinta kebebasan…
Berikut daftar reward proyek Token Economy kami:
- Kardus bekas (10 token). Believe it or not, Ganesh itu suka banget sama kardus bekas… Kalau liat kardus, udah excited banget anaknya. That's why kami jadikan reward juga, meskipun yakinnya sih dia bakal ngincer reward yang lain.
- Bahan craft (20 token). Seperti lem, kertas origami, dll; soalnya anaknya suka banget bebikinan. Idenya itu ada aja, kadang tau-tau nelpon, minta dibeliin double tip lah, selotip lah, lem, dll.
- Beli mainan di *maret-maret* (40 token). Namanya anak-anak, tiap kali belanja apa, pasti nanya, "Boleh beli mainan ga?" So, yeah, kami rasa yang ini bakalan lebih menarik dari dua reward sebelumnya.
- Beli buku (80 token). Bukan buku sekolah ya… tapi buku yang sesuai maunya anaknya. Ya buku Lego, dinosaurus, dll. Ini mahal, jadi lumayan banyak lah token yang ditukar ya…
- Jalan-jalan (100 token). Maksudnya jalan-jalan dalam kota ya… kalau luar kota apalagi luar negri ya harus dibicarakan di luar token.
Hasilnya…
Anaknya cukup licik sih… dia ulang-ulang kegiatan yang menurut dia mudah, misalnya di Special Awards itu dia kumpulkan dari membaca buku yang dia suka. Sementara untuk beberapa lainnya yang mungkin sulit baginya, ya dia ga terlalu ngoyo juga…
In resume, beberapa hal yang saya amati dari penerapan Metode Token Economy ini adalah:
Ganesh tampak lebih happy dan excited menjalani hari-harinya, termasuk mengerjakan hal-hal yang selama ini tidak terlalu dia minati.
Saking excited-nya, dia sampai bela-belain telpon papanya yang sedang di luar kota untuk ngabarin pencapaiannya hari itu… Apa yang sudah dia kerjakan hari itu dan juga total token yang sudah dia dapatkan. Dimana ini sesuai dengan tujuan awal dibikinnya proyek Token Economy ini, yaitu menciptakan situasi yang less stressful alias ga bikin stress.
Ganesh lebih bisa berempati dan menghargai kebaikan orang lain padanya.
Yang namanya anak kecil, pemikirannya seringkali masih egosentris sekali alias melihat segala sesuatu dari sudut pandangnya sendiri. Misalnya dia minta diambilin minum, dia cuma melihat bahwa itu tidak capek baginya, tanpa berpikir bahwa bisa jadi orang lain capek karena permintaan itu.
Lha ini, beberapa hari setelah proyek ini dimulai, kok kemudian suatu hari dia minta diambilin minum dari bawah (anaknya lagi belajar di lantai atas), kok dia nyeletuk, "Mama, Mama itu bikin juga aja kaya punya Anesh biar bisa dapet love juga…"
Dan saya becandain aja… "Emang nanti kalo love Mama udah banyak, siapa dong yang kasih hadiah…"
Yang dijawabnya, "Ya Anesh lah…"
Dan dia tampaknya serius dengan kalimatnya itu, karena beberapa hari kemudian dia kembali mengingatkan saya, "Mama, Mama itu bikin aja lho kaya punya Anesh… dibikin, 'Be a good Mama gitu…' Nanti Anesh kan bisa kasih hadiah kalo udah banyak 'love'-nya…"
Wah, peningkatan banget ini… dia sekarang bisa lho menilai bahwa mamanya bantuin dia ambil minum, pijetin, dan sebagainya itu adalah sesuatu kebaikan. Cukup gimana juga rasanya dia secara implisit mengatakan bahwa apa yang saya lakukan itu adalah satu tanda mama yang baik.
So sweet kan…
Kok bisa begitu?
Menurut saya sih, karena dengan Metode Token Economy ini, kan kita memberikan penghargaan kepada anak berdasarkan key behavior yang dilakukannya. Anak merasa senang dengan penghargaan ini, dan kemudian merasa bahwa orang lain pun jika melakukan hal baik layak untuk diberikan penghargaan.
***
Jadi, menurut pengalaman saya, metode Token Economy ini recommended untuk menguatkan perilaku positif anak. Alasannya, ya bisa lihat di hasil yang sudah saya ceritain di atas ya…
So, yes, it's worth to try ya teman-teman… Jika memang teman-teman pun memiliki masalah untuk menguatkan perilaku positif pada anak. Namun, jika anaknya sangat kooperatif, mudah beradaptasi dengan aturan, mungkin urgensinya pun menjadi berkurang.
Dan sekian saja cerita saya tentang salah satu upaya saya menciptakan lingkungan yang menyenangkan (less stressful) untuk anak sekaligus menguatkan perilaku positif dalam dirinya. Berkaitan dengan tujuan membuat anak-anak lebih gembira dan tidak merasa tertekan, tentu masih ada beberapa usaha yang akan kami lakukan… dan insyaallah akan saya share di blog ini juga.
So, stay tuned ya…
And btw, teman-teman punya pengalaman juga tentang ini? Share dong…
With Love,
Nian Astiningrum
-end-