And
the story was… sudah dari
jauh-jauh hari saya berencana untuk mengambil cuti seminggu dan berlibur ke
Lampung. Hmm, long distance marriage
itu ternyata memang tidak terlalu nyaman buat saya maupun Ganesh. Tiap hari,
Ganesh entah berapa kali menyebut kata ‘Lampung’; “Mama, nanti kalo kita ke
Lampung bawa mainan ini ya…” dll. Belum lagi, prosesi melepas papanya setiap
kembali ke tempat kerja, bukannya nangis atau rewel sih, tapi kalau dianya
belum ikhlas kelihatan banget; mulai dari cuek pas dipamitin sampai sengaja ga
mau diajak ngomong :(. Dan saya sendiri, hmm, suami itu ya tempat curhat
semuanya, semua yang ada dalam pikiran saya, semua yang tidak bisa saya
ceritakan pada orang lain; baik karena kontennya yang pribadi atau sekedar
khawatir orang akan bosan mendengar cerita saya… haha :D. Dimana si LDM ini
jelas membuat kesempatan saya untuk menumpahkan uneg-uneg itu menjadi sangat
berkurang! Teknologi memang sudah maju, tapi telpon-telponan itu tetap saja
kurang dan banyak kendala; yang susah ngepasin waktu santai sampai Ganesh yang
ga antusias sehingga berusaha mengalihkan perhatian saya. Hmm, suami lembur
karena ada gangguan di kantor atau saya yang lagi ribet ngeladenin Ganesh main
adalah hal yang biasa terjadi.
Ahh, dan setelah tiga bulan rata-rata bertemu setiap minggu
saja, saya merasa sudah saatnya mengambil cuti dan melepas penat LDM ini… Yup, seminggu
penuh saya sudah membayangkan bersantai di rumah bersama Ganesh, lalu malamnya
bisa berwisata kuliner, dan Sabtu Minggu-nya bermain ke pantai. Sound so relaxing right… lumayan untuk
menambah semangat, menjalani 3 bulan LDM lagi sebelum HPL.
Penting
bagi wanita!! Tidak disarankan makan bayam & tahu bersamaan, karna jika digabungkan akan membentuk senyawa yg bisa mengakibatkan
terbentuknya batu/kista dalam tubuh. Hasil penelitian Prof. Dr. Asbudi,SPOG Jangan makan timun saat haid karna bisa menyebabkan darah haid tersisa di
dinding rahim, setelah 5-10 hari dapat menyebabkan kista & kanker rahim. Alangkah baiknya bila info ini disebarkan ke banyak wanita sebagai tanda kepedulian
kita terhadap sesama. Jika pria yang menerima bbm ini, tolong di teruskan kepada rekan wanitanya.
Begitulah bunyi
sebuah broadcastmessage melalui Blackberry Messanger (BBM) yang marak beberapa
waktu lalu. Saya pun kala itu menerima broadcast
message yang sama dari seorang teman. Sebuah pesan yang saya abaikan,
sampai akhirnya suatu hari sebuah foto yang saya unggah di akun Facebook
mendapat komentar berkaitan isi broadcast
message tersebut. Waktu itu, saya mengunggah foto makanan berbahan dasar
bayam dan tahu, yang kemudian mendapat komentar dari seorang teman bahwa kedua
bahan tersebut sebaiknya tidak dikonsumsi bersamaan karena akan menimbulkan
reaksi kimia yang tidak baik. Sebuah komentar yang mengingatkan pada broadcastmessage yang konon berdasarkan penelitian Prof. Dr. Asbudi, SpOG yang
sebelumnya saya abaikan. Dan karena penasaran dengan kebenarannya, saya pun
mencari informasi pembanding dengan browsing
melalui internet.
Lalu, benarkah
bayam dan tahu jika dikonsumsi bersamaan dapat memicu timbulnya kista? Ternyata
tidak! Setidaknya itulah yang dijelaskan oleh Dr. Damar Prasmusinto, SpOG
melalui situs detikHEALTH[1]. Dimana informasi yang dipublikasikan
oleh detikHEALTH sebagai media yang dikenal memiliki reputasi baik disertai
pencantuman sumber informasi yang jelas, tentu lebih terpercaya daripada broadcast message yang tidak dapat
ditelusuri sumber rujukannya.
Gambar 1
Screenshot
post dan komentar dalam akun Facebook saya
Salah satu bukti bagaimana hoax begitu mudah menyebar secara viral
***
Berita bohong yang
seringkali disebut sebagai hoax, atau
didefinisikan sebagai kesalahan yang sengaja dibuat untuk menyerupai kebenaran[2];
memang begitu banyak beredar di tengah
masyarakat. Hoax ini menyebar secara masif
melalui berbagai media yang berkembang pesat dewasa ini. Misalnya melalui situs
jejaring sosial (seperti Facebook dan Twitter), email, website, blog, aplikasi instant
messaging (seperti Blackberry Messanger dan WhatsApp) serta banyak lagi.
Cukup dengan klik tombol ‘share’ (bagikan),
copy pesan kemudian paste dan post di grup BBM atau WhatsApp, atau broadcast ke seluruh kontak kedua aplikasi instant messaging tersebut; maka berita pun akan segera menyebar
secara viral.
Kondisi
merebaknya hoax seperti ini tentu saja merugikan, karena
mendorong terciptanya pemahaman yang keliru pada masyarakat. Meskipun memang
tidak akan sampai berdampak fatal, jika konten yang disebarkan cukup ringan dan
tidak mengarah pada tindakan yang negatif. Seperti broadcast message mengenai bayam dan tahu tersebut misalnya, yang hanya
membuat sebagian masyarakat percaya untuk tidak mengkonsumsinya bersamaan,
sebuah tindakan yang relatif tidak membahayakan tentunya. Tapi, tentu akan lain
ceritanya, jika hoax yang disebarkan merupakan
isu besar yang menggiring masyarakat sampai pada tingkatan kepercayaan yang
salah pada sebuah isu yang sensitif. Seperti contoh broadcast message pada gambar 2.
Sebagai
seorang yang lahir dan tinggal di Daerah Istimewa Yogyakarta selama kurang
lebih 23 tahun, wajar jika lagu ‘Suwe Ora Jamu’ di atas begitu
familiar bagi saya. Dan saat akhirnya merantau ke Sumatera Selatan, saya baru
menyadari bahwa lagu tersebut ternyata jauh lebih populer dari perkiraan sebelumnya. Sampai-sampai, rekan kerja saya
yang notabene adalah putri daerah
Sumatera Selatan asli dan belum pernah menginjakkan kakinya di Jawa sekali pun,
bisa menyenandungkan lagu ciptaan R.C. Hardjosubroto tersebut. Lagu dengan
lirik berima pantun ini menggunakan kebiasaan masyarakat dalam mengkonsumsi
jamu sebagai ‘sampiran’ untuk menyampaikan cerita tentang sebuah pertemuan yang terjadi setelah
sekian lama dan berakhir mengecewakan. Penggunaan kebiasaan minum jamu
sebagai sampiran ini sendiri, bisa jadi merupakan refleksi maraknya penggunaan
jamu di masa lalu, sebelum harus bersaing dengan obat-obatan modern.
Jamu yang berasal dari bahasa Jawa Kuno, ‘jampi’ atau ‘usodo’
merupakan istilah untuk menyebut ramuan dari tanaman obat. Penggunaan jamu ini
sudah dilakukan sejak ratusan tahun silam, dimana hal ini terdokumentasi dalam
kitab daun lontar maupun naskah lainnya. Dalam kitab daun lontar, terdapat Usada Ila yang berisi pengobatan
untuk penyakit lepra, Usada Kurantobolong yang berisi petunjuk pengobatan penyakit pada
bayi dan anak-anak, Usada Carekan Tua yang berisi pengobatan penyakit
orang-tua, dan banyak lagi. Sedangkan dalam bentuk naskah, penggunaan jamu
dimasa lalu didokumentasikan dalam naskah Gatotkaca Sraya, Bhomakawya, Sumanasantaka,
Lubdhaka dan banyak lagi. Selanjutnya, pencatatan jamu berkembang pesat dengan
masuknya Bangsa Eropa, sehingga sejak abad ke-16 Masehi yang banyak menerbitkan
publikasi tanaman obat Indonesia, seperti ‘Historia Naturalist et Medica Indiae’
yang ditulis oleh pelaut kebangsaan Portugis, Yacobus Bontius[1].
Penggunaan dan popularitas jamu di masa lalu memang tidak
diragukan lagi, karena bahkan menurut sejarah rempah-rempah Indonesia sebagai
bahan jamu lah yang mengundang Bangsa Barat untuk berlabuh di Kepulauan
Indonesia. Namun, bagaimana dengan penggunaan dan eksistensi jamu saat ini? Apakah jamu masih bisa bertahan di
tengah berkembangnya obat-obatan modern saat ini? Yang notabene tentu
lebih praktis, mudah didapatkan dan banyak diresepkan oleh praktisi kesehatan
(dokter) di Indonesia.Seperti halnya lagu ‘Suwe Ora Jamu’ yang masih begitu populer
hingga sekarang.
Dan jawabannya
adalah iya! Walaupun dengan gempuran obat-obatan modern yang begitu dahsyat, hingga
detik ini pun jamu masih mempertahankan eksistensinya sebagai salah satu
alternatif pengobatan tradisional. Bukan hanya di Indonesia, tapi juga di
berbagai negara, dimana hal ini ditandai dengan terus meningkatnya eksport jamu
hingga mencapai angka USD 9,7 juta pada periode terakhir tahun 2013 lalu[2].
Dimana hal ini tentu tidak
lepas dariberbagai usaha untuk melakukan pendataan dan pengujian khasiat jamu
secara klinis agar penggunaan jamu lebih aman dan tepat sasaran; sekaligus untuk mengangkat martabat jamu secara
ilmiah di mata dunia internasional sebagai warisan budaya asli Indonesia yang memiliki
potensi penyembuhan berbagai penyakit. Kencur misalnya, sebagai bahan utama
Jamu Beras Kencur, ternyata secara empirik memiliki potensi sebagai
anti-obesitas[3]. Dan juga kunyit sebagai bahan utama Jamu Kunyit
Asam (Kunir Asem) yang memiliki manfaat untuk mengobati berbagai penyakit,
seperti diabetes melitus, tifus, usus buntu, disentri, keputihan, haid tidak
lancar, sakit perut saat haid dan banyak lagi[4].
Selain upaya melakukan uji klinis untuk mengangkat martabat jamu di dunia
ilmiah dan internasional, beraneka ragam penyajian jamu saat ini pun turut
mempopulerkan jamu di tengah masyarakat. Saat ini, jamu dapat ditemukan dalam
berbagai bentuk; seperti kapsul, tablet atau serbuk
dengan berbagai varian rasa untuk menjawab kebutuhan masyarakat akan
kepraktisan dan mengurangi cita-rasa pahit. Selain itu, cara menjajakan jamu
pun kini tidak kalah bervariasi untuk menjangkau berbagai segmen masyarakat.
Jika dulu kita hanya mengenal jamu yang dijajakan oleh penjual jamu gendong,
kios-kios jamu atau diantarkan menggunakan sepeda atau alat transportasi
lainnya; kini jamu bahkan bisa ditemui di cafe-cafe. ‘Reina Herbal Drink Café’, salah satunya. ‘Reina Herbal Drink Café’ merupakan sebuah cafe yang didirikan oleh Made Ayu
Aryani demi menjawab tantangan untuk mengubah persepsi masyarakat yang tidak
menyukai jamu karena rasanya yang pahit. Dimana
hal ini diwujudkan ‘Reina Herbal Drink Café’ dengan penyajian jamu
dalam berbagai varian rasa di kedainya di Kota Solo[5].
Gambar 1
Pamflet ‘Reina Herbal Drink Café’
Sumber Facebook Page Resmi ‘Reina Herbal
Drink Café’
Kemarin
siang sewaktu istirahat, seperti biasa saya pulang ke rumah karena jarak rumah
dan kantor memang cuma 5 – 10 menit. Siang itu, simbah pengasuh Ganesh dengan
bersemangat bercerita, “Bu, tadi Ganesh
nangis-nangis minta dibikinin makanan ijo kaya yang tadi pagi. Padahal udah
saya kasih tau, saya kan ga bisa bikinnya.” Saya pun menyahut, “Walah-walah iya ya mbah,” sambil
tersenyum dan berlanjut menginterogasi Ganesh dan diakhiri janji kalau besok pagi
akan dibikinkan Omelet Ijo seperti pagi itu.
Dan
pagi ini, sesuai janji, saya pun membuat Omelet Ijo yang bikin heboh pagi
sebelumnya. And what a sureprise,
haha, kali ini si Omelet menimbulkan kehebohan yang lebih seru! “Ganesh, udah mandinya… mau ke tempat Dek
Sakha!” kata Ganesh yang sebelumnya masih asyik berendam sambil sarapan. Iya,
seringkali untuk mempersingkat waktu, Ganesh memang sarapan sambil mandi,
ehemm, berhubung mamanya harus berangkat ke kantor sebelum jam 7.30 setiap
harinya :D. Dan mamanya bertekad, Ganesh harus mandi pagi setiap hari! Jadi apapun
yang terjadi, bagaimanapun caranya, kecuali sedang libur atau Ganesh sedang
sakit, kehebohan mandi pagi harus tetap terjadi :D
Kembali
ke cerita Omelet Ijo… siangnya, saat saya pulang istirahat, simbah kembali
bercerita, “Tadi udah diliatin makanan
ijonya sama Sakha Bu. Sakha sampe minta dibikinin sama Wawak pengasuhnya, tapi
karena saya ga tau, ya saya bilang aja yang bikin Ibu.Pas saya dateng, makanannya udah siap…” Saya pun menyahut geli, “Iya ya mbah?” Dan simbah kembali
menimpali dengan bersemangat, “Iya Bu!
Papanya Sakha sampe cium-cium makanannya dan nanya, apaan ini nih Mbah… Gitu Bu…”
Haha, benar-benar seru bukan? Ada-ada aja polah anak-anak nih… Jangan-jangan kemarin minta dibikinin lagi itu juga karena mau
dipamerin sama Sakha temennya yang sedang main ke rumah :D.
Lalu,
emangnya apaan sih si Omelet Ijo yang bikin heboh dua hari ini? Hehe,
sebenarnya ini nih omelet tanpa perencanaan yang dibuat karena waktu yang mepet
dan ga bisa ngerjain yang ribet-ribet. Jadi, saya ambil aja sejumput bayam,
tambahkan 1 butir telur dan sedikit susu UHT lalu blender bersama-sama. Dan voila! Hasilnya adalah adonan encer
berwarna hijau yang setelah diberi keju parut serta merica dan dipanaskan
menggunakan wajan teflon dengan api super kecil menjadi berbentuk seperti ini…
Penampakan
si Omelet Ijo yang bikin heboh :D
Ehemm,
bagaimana keliatannya? Kalau saya sih jujur tidak terlalu terpesona dengan
penampakannya, kecuali warna hijau segarnya tentu saja. Pada percobaan kedua,
berusaha menggunakan teknik berbeda, yaitu dengan mengoleskan margarine dan
menggoreng si omelet dengan api yang lebih kecil, tapi hasilnya tetep ada
bopeng-bopeng seperti gosong yang mengganggu :(. Tapi, ya sudahlah, meskipun
bopeng-bopeng gosong, Ganesh-nya suka banget kok, hehe :D. Dan nge-hits pula
diantara teman-temannya… Mungkin ga biasa aja liat makanan warna ijo seperti
ini :D.
Rasanya
sendiri, hmm, menurut saya lumayan sih… enak! Aromanya juga khas seperti roti,
karena perpaduan telur dan keju yang digoreng. Cara makannya sih saya
sebenarnya membayangkan dengan bubur oat, tapi karena stok sedang habis,
akhirnya pakai nasi saja. And so,
apakah si Omelet Ijo dengan bopeng-bopeng gosongnya ini, sukses membuat
penasaran? Hehe, malu sebenarnya, tapi kira-kira begini membuanya…
BAHAN
Sejumput
Bayam
1 butir
Telur ayam
Sedikit
Susu UHT
Secukupnya
Keju cheddar parut
Secukupnya
Merica bubuk
CARA MEMBUAT
1.
Masukkan bayam, telur ayam dan sedikit susu UHT
dalam blender kecil. Blender sampai halus.
2.
Tuang ke dalam mangkuk, campur dengan keju parut dan
merica bubuk secukupnya.
3.
Tuang adonan dalam wajan yang telah diolesi
margarine. Masak dengan api yang sangat kecil. Tutup, supaya bagian atas ikut
mengeras.
4.
Balik setelah cukup matang di sisi bawah. Masak sisi
lainnya hingga matang.
5.
Angkat dan sajikan!
That’s all,
sangat-sangat-sangat mudah kan… tinggal cemplung-cemplung, blender dan bisa
ditinggal beraktivitas sembari menunggu matang. Penyajiannya, juga bisa jadi
solusi untuk anak-anak yang agak susah makan sayur. Dan yang paling penting nutrisinya
juga cukup jempolan, secara bayam mengandung zat besi, berbagai vitamin, folat
dan banyak lagi.
Hehe,
heboh sekali promosinya ya… Selanjutnya, silakan dicoba sendiri jika penasaran…
Semoga rasanya tidak jauh berbeda dengan yang saya gambarkan :D.
Sebagai
seorang melankolis sejati, lagu ciptaan Marit Larsen berjudul ‘Solid Ground’ di
atas memang selalu sukses membuat saya nangis-nangis. Bukan hanya karena sedih,
tapi justru karena akhirnya bisa semangat. Sebagai seorang kerap kali merasa
bersalah (self guilt) dan menyesal,
penggalan lirik di atas benar-benar pas sekali. “Jangan pernah menyesal. Sadari saja apa yang telah kamu ucapkan.
Sadari resiko yang kamu ambil (karena memang semua selalu ada resikonya).
Tegakkan kepalamu. Tentu saja kamu bisa terjatuh. Tapi bukan sekarang, kamu
harus membuktikan sesuatu yang baru… menjadi dirimu sendiri…”
Baiklah,
mungkin hanya mereka orang-orang aliran introvert
dan melankolis (yang sedikit) ekstrim seperti saya yang paham rasanya takut
melakukan sesuatu karena takut tidak sempurna atau merasa bersalah dan menyesal
karena ketidaksempurnaan menurut kacamata kita. Hmm, well, that’s me a long time ago… Dan lagu itu, somehow, benar-benar membuat saya terinspirasi untuk belajar
menerima diri sendiri dan mulai fokus pada hal lain di luar perasaan dalam diri
saya. Karena, kenyataannya kadang perasaan kita begitu manipulatif, membuat
sesuatu yang ‘kecil’ menjadi sesuatu yang luar biasa ‘besar’. Kadang kita harus
bangkit dan menghapus air mata kita agar bisa melihat dunia dengan lebih jelas
bukan.
Can’t
feel, keep from asking why
Be
the strongest at goodbyes
Know
your place in life
Now
expand your wings and fly
It
reaches high but not,
Enough
you seem to me
So
incomplete, swept off your feet
Dalam
hidup, akan ada masanya kita akan merasakan sebuah kekecewaan. Rasa dimana kita
tidak mendapatkan sesuatu yang pantas kita dapatkan, atau merasa hidup terlalu
berat menempa kita. Well, that’s life…
itulah hidup kita… be blessed with it…
Dan itu sama sekali bukan alasan untuk kita terus meratapi nasib, untuk apa? “Berhentilah bertanya mengapa. Jadilah kuat
dalam segala perpisahan (dengan hal yang kita inginkan). Sadarilah tempatmu
dalam hidup (jangan terlalu menuntut). Dan kepakkan sayapmu. Terbang tinggi…”
And
let me tell you they will always pull you down
Before
you know it they will take your smile and push you around
They
will fight and struggle
To
blur and trouble
Your
sense of solid ground
Dalam
hidup, akan selalu ada masanya kita merasa jatuh dan terpuruk. Entah sebuah
kejadian atau seseorang, akan selalu ada ‘sesuatu’ yang membuat kita merasa
tercampakkan dan merasa gamang dengan hidup kita. Well, that’s life… Dari sudup pandang yang lebih positif, ‘sesuatu’
itulah yang sesungguhnya menempa kita menjadi orang yang lebih dewasa, lebih
tangguh dan kuat dari sebelumnya. Yes,
“‘Mereka’ akan terus berusaha menjatuhkanmu. Mereka akan mencuri senyummu dan
melemparmu. Mereka akan berusaha dan berusaha merasa tidak memiliki pijakan.”
Tapi… semua itulah yang akan membuatmu menjadi seorang yang kuat dan bijak,
jika berhasil melampauinya.
Cannot
know, lose your self-control
Be
and angel over all
Know
your secret way
Laugh
at everything they say
Will
you remain the same?
And
now you dare not see
What's
letting go
Inside
of me,is it me?
Dalam
hidup, ada kalanya kita merasa begitu marah “Tidak bisa memahami dan kehilangan kendali”, dan berteriak,
“Cukup!” Tapi, pada akhirnya, kita harus memaafkan… “Menjadi malaikat setelah semuanya…” Memaafkan untuk diri kita
sendiri… Karena amarah hanya akan menyiksa diri kita lebih, daripada ‘sesuatu’
atau ‘seseorang’ yang kita benci dengan sangat. Tetap menjadi orang baik dan
berhenti membenci dan mendendam. Dan ada saatnya, kita harus belajar “Menertawakan apapun yang mereka katakan”.
Oh come on, mereka hanyalah orang
lain, yang tidak peduli pada kita, jadi kenapa harus menghabiskan begitu banyak
energi untuk bereaksi? Maafkan saja mereka, tersenyum, sadari bahwa kita semua
memiliki sebuah jalan hidup yang penuh misteri. Hmm, biarkan rasa sakit kita
mendapat kebaikan yang setimpal dari penguasa semesta, entah sebuah kekuatan,
kedewasaan atau anugerah lain yang kita butuhkan dan dambakan.
Dan
sekali lagi… apapun yang terjadi, kita tetap harus menegakkan kepala kita,
menatap ke depan dan membuktikan kualitas diri kita… Merasa menjadi korban akan
keadaan memang membuat kita seolah tidak bertanggung-jawab atas kemalangan
hidup kita. Tapi, apa gunanya? So…
Dan
itulah lagu favorit saya sepanjang masa, jatuh cinta begitu mendengarnya,
menemani masa-masa menerima diri sendiri, saat Bapak jatuh stroke di tengah masa kuliah, saat begitu ingin segera lulus untuk
membantu keluarga. Menemani saat saya mempunyai mimpi gila menyelesaikan
skripsi sembari mengambil program KKN dalam semester yang sama. Menemani saat
berusaha mencari jalan kemandirian, saat dibingungkan dalam labirin percintaan
dan banyak lagi. Sesuatu yang memang harus dilalui untuk berbuah manis… Untuk
membuat kita menjadi lebih bangga pada diri kita sendiri, karena sudah
menjalani semuanya. Sesuatu yang tidak kita dapatkan melalui hidup yang mudah
dan lurus.
Dan
lagu ini, menemani saya hingga kini… saat tantangan untuk memafkan dan
membuktikan diri kembali menghadang saya. Tentu saja, ada saatnya semua itu
berhasil membuat saya merasa terpuruk, tapi dibalik keterpurukan akan selalu
ada pilihan untuk tenggelam atau bangkit. And
I choose to bounce back :).
Dan
siapapun di luar sana yang merasa terpuruk, menangislah… tapi setelah itu,
bangkitlah, buktikan pada mereka dan dirimu sendiri, siapa dirimu. “Keep your head above it all. Sure you can
fall. But not now you gotta prove. Something new, being you, being you…”