SOCIAL MEDIA

search

Sunday, July 21, 2019

Tips Lolos Wawancara Kerja

Throw back time, waktu saya baru lulus kuliah di tahun 2007 lalu... di Bulan Agustus, sejak dinyatakan lulus dari Fakultas Psikologi setelah masa kuliah empat tahun lamanya, belum terima ijazah pun saya sudah mulai gencar mencari pekerjaan.

Waktu itu, berbekal surat keterangan yudisium, saya mulai melamar ke berbagai perusahaan untuk segera menyudahi status 'pengangguran'. Status yang sangat berat ditanggung mengingat saya adalah anak pertama, ibu mencari nafkah sendiri sejak bapak jatuh stroke dua tahun sebelumnya, dan adik-adik pun masih duduk di bangku sekolah.

Kebayang kan rasanya... mau minta uang saku untuk keperluan melamar kerja aja berat rasanya karena status saya yang bukan lagi mahasiswa.

Waktu itu, paling lambat pukul 06:00 setiap Senin dan Kamis, saya sudah nongkrong di warnet (warung internet) demi menikmati tarif happy hours untuk mencari info lowongan pekerjaan. Juga Sabtu dan Minggu, tidak pernah absen beli koran Kompas untuk menelisik iklan lowongan pekerjaan yang janjian ketemuan disana.


And guess what? Hingga akhirnya diterima di PLN pada tahun 2008, saya sudah menjalani sepuluh kali wawancara kerja, mulai dari perusahaan BUMN maupun swasta yang cukup dikenal di Indonesia, yang kesepuluh-sepuluhnya gagal! Yes, PLN adalah wawancara kerja saya yang kesebelas, orang-tua sampai nasehatin saya supaya ke 'orang pinter' agar dibuka auranya, karena berpendapat saya ini ga kelihatan meyakinkan buat orang lain karena auranya tertutup. Yang memang benar sih mungkin, tapi saya kurang sreg saja dengan caranya...

OK, poin yang ingin saya garisbawahi disini adalah bahwa secara objektif, sesungguhnya saya cukup memiliki potensi, karena kenyataannya bisa lolos serangkaian penyaringan mulai dari seleksi administrasi, tes potensi akademik, Bahasa Inggris, dan sebagainya... tapi kenapa selalu gagal di wawancara... Apa yang salah?

Dan untungnya sih, karena waktu itu saya tidak mengikuti saran orang-tua untuk ke 'orang pinter' supaya dibuka auranya, sekarang saya bisa sedikit berbagi pada teman-teman tentang pengalaman saya. Hal-hal yang saya pelajari dan terapkan hingga akhirnya bisa lolos pada sesi wawancara di sebuah perusahaan BUMN di Indonesia ini. Yang mana, mungkin banyak orang semacam saya, yang merasa ini prestasi setelah berkali-kali (tepatnya sepuluh kali) gagal di sesi wawancara... 😅

Siapkan Diri secara Psikologis

Percaya diri itu harus! Nah, tapi bagaimana kalau kita sadar punya banyak kekurangan dibandingkan peserta wawancara lain? Ini nih masalah saya dulu...

Dulu, seusai lulus ujian skripsi, saya sempat curhat pada dosen penguji, "Bu, saya ini merasa belum siap untuk terjun ke dunia kerja... Saya merasa belum punya bekal pengalaman nyata di masyarakat, soalnya selama kuliah saya cuma kuliah saja, ga aktif di organisasi sama sekali..."

Well, aktif di organisasi selama kuliah itu jelas adalah sarana untuk mengembangkan kepribadian kita teman-teman, saya sadar sekali hal itu, tapi apa daya... saya yang dulu itu punya pergolakan psikologis sendiri hingga boro-boro aktif berorganisasi, berinteraksi dengan banyak orang saja sungguh menguras energi.

Aktif berorganisasi will a plus point, tapi jika kurang pun bukan akhir dari segalanya... Dan kenapa saya gagal dalam berbagai wawancara itu justru lebih karena terlalu fokus pada kekurangan saya. Ya kalau kita sendiri tidak percaya kita mampu, bagaimana kita bisa meyakinkan orang lain coba?

So, menyiapkan diri secara psikologis ini saya artikan sebagai kita memahami diri kita, segala kekurangan dan kelebihannya, menerimanya dan juga menghargainya...

Dalam kasus saya, kemudian alih-alih hanya fokus dengan kekurangan... kemudian saya pun menyadari bahwa saya pun memiliki banyak kelebihan disamping satu kekurangan tidak aktif berorganisasi. Saat itulah saya mulai bisa melihat diri dan pengalaman yang saya alami dan menghargainya. Termasuk soal pengalaman organisasi yang mungkin satu-satunya, yaitu semasa KKN...

Ya mohon maaf, emang nothing special sih dengan kegiatan KKN, semua mahasiswa kala itu ya harus KKN untuk lulus. Tapi, dalam KKN itu pun saya mendapatkan pengalaman yang luar biasa mengenai organisasi dan berhubungan dengan masyarakat. Jadi, salah besar jika saya merasa tidak tahu apa-apa soal dunia organisasi, ini cuma masalah cara pandang saja.

Nah, kalau kita sudah mengenal diri sendiri, bisa menghargai diri kita sendiri dan percaya diri, maka selanjutnya kita akan mampu menampilkan siapa diri kita yang sesungguhnya. Dan saya rasa, ini lah yang namanya membuka aura secara psikologis itu...

Siapkan Materi

Psikis sudah siap... selanjutnya, kita pun harus meyakinkan interviewer bahwa kita memiliki pengetahuan mengenai bidang yang kita apply, tantangan dan juga visi misi kita terkait hal itu.

Untuk itu, kita bisa mulai dengan membuka informasi perusahaan yang ada di websitenya, apa visi dan misi perusahaan, sejarahnya, dan informasi lainnya. Kemudian, juga mencari berita terkait perusahaan tersebut dan lebih spesifik terkait posisi yang kita lamar.

Kala itu, dengan background Psikologi, saya melamar posisi HR Officer... maka saya pun secara spesifik mencari tahu kebijakan SDM mereka, tantangan, perkembangan, dan sebagainya.

Semakin kita memahami seluk beluk organisasi, posisi yang kita lamar dan peran serta tantangannya untuk mencapai visi misi perusahaan, itu adalah nilai yang luar biasa plus. Ini tidak hanya akan menunjukkan kapasitas intelektual kita, tapi juga keinginan kita belajar dan juga kesungguhan kita.

Dan dalam kasus saya, kalau itu saya mendapatkan topik yang sangat kuat dengan mengetahui bahwa PLN telah menerapkan Manajemen SDM Berbasis Kompetensi sejak tahun 2004. Dan saat saya diwawancarai pada tahun 2008, itu masih adalah isu pengelolaan SDM yang hangat karena kenyataan bahwa implementasinya tidak lah mudah, mengingat cakupan perusahaan yang sangat luas dari Sabang hingga Merauke, dengan berbagai latar belakang pekerja dan juga adanya gap generation serta resistansi pada perubahan.

Penampilan

Soal penampilan ini bukan persoalan sulit, tapi tidak boleh dianggap enteng karena ya ini yang akan dilihat pertama kali oleh interviewer. Dan yap, disini pada awalnya saya sudah failed...

Wawancara pertama saya, itu benar-benar masih culun banget. Baru pegang surat keterangan yudisium, iseng-iseng lamar kerja yang ternyata proses seleksinya seharian gitu. Begitu lolos seleksi administrasi, lalu semacam tes potensi akademik dan lanjut ke wawancara.

Posisinya, saya tanpa ekspektasi sama sekali sih, tapi kok ndilalah di saat teman-teman sejurusan pada berguguran, saya masih lanjut sampai wawancara. Jadi, beneran tanpa persiapan, saya cuma pakai kaos dan celana jeans pun bukan jeans yang feminin gitu, tapi model gombrong. Ya sudahlah, bye-bye... Kemudian saya yakin bahwa dari situ saja saya sudah gagal merebut hati para interviewer, dan selanjutnya ya mereka sudah tidak terlalu berminat untuk mengeksplore kemampuan saya.

Dan hal ini pun berulang pada wawancara-wawancara setelahnya, yang mana saya kurang memperhatikan masalah penampilan, sampai dengan pada akhirnya bude saya menyadarkan saya, "Kamu ini kan ngelamarnya jadi pegawai kantoran... bajunya, dandanannya harus mencerminkan kerjaanmu dong..." dan kemudian mulai lah saya lebih memperhatikan perihal penampilan ini...

Intinya sih mengenai penampilan, kita harus berpakaian sopan, enak dilihat dan profesional... Dimana bagi saya ini berarti:

Jangan pake jeans, kaos oblong dan pakaian casual lainnya... Jangan terlalu menor, tapi juga jangan kelihatan pucat... Yes, pada saat wawancara kita harus terlihat profesional dan menarik secara tidak berlebihan.

Nah, kalau saya sih mendefinisikan paragraf di atas misalnya dengan memakai kemeja dengan celana panjang atau rok bahan yang tidak terlalu ketat tapi tidak terlalu longgar, dengan motif yang cukup simpel atau untuk amannya polos saja.

Lalu, untuk make up... yah, kalo saya sih karena ga bisa dandan, cukup pakai lipstik aja dengan warna bibir kala itu. Tapi, kalau teman-teman bisa dandan sih bisa lebih bagus dandan, asal tetap natural ya... sekali lagi, jangan menor...

Perhatikan Hal-Hal Teknis Lainnya

Hal-hal teknis yang saya maksud disini misalnya adalah bagaimana untuk datang tepat waktu, bagaimana mensiasati supaya tidak dalam kondisi lapar saat diwawancarai, jangan tidur terlalu malam supaya kondisi tubuh prima, dan sebagainya.

Berdoa dan Minta Doa Restu dari Orang-Tua

Last but not least, berdoa dan minta doa restu dari orang-tua itu adalah hal kunci yang tidak boleh ditinggalkan.

Ga perlu dijelasin panjang lebar lah ya...

Yang jelas hal ini selain berkaitan dengan hal spiritual, juga akan menimbulkan ketenangan batin bagi kita, seorang anak manusia.

Agak bingung deh jelasin part ini... Gitu deh pokoknya... Teman-teman sepakat lah ya kalo ini hal yang sangat-sangat penting...

***

Nah, kira-kira itu saja sih beberapa hal yang menurut saya penting diperhatikan dalam menghadapi sebuah wawancara kerja.

Yang paling sulit dan butuh proses sesungguhnya adalah mempersiapkan diri secara psikologis... Karena untuk mencapainya kita perlu menemukan insight itu sendiri dalam diri kita, no technical step seperti poin-poin lainnya.

Untuk beberapa orang sih tapinya ini bukan masalah sama sekali... Yes, tipe kepribadian dan juga pengalaman hidup sangat menentukan. Mereka dengan tipe kepribadian merah atau cholerics akan cenderung tidak bermasalah. Dan sebaliknya orang-orang dengan tipe kepribadian biru atau melancholy akan lebih rawan memiliki permasalahan ini.

Yeah, tebakan Anda benar... saya ini tipe melancholy yang cukup ekstrim, makanya perlu waktu untuk menyelesaikan permasalahan kepercayaan diri ini.

Tapi, jangan khawatir teman-teman, setiap kepribadian itu tidak ada yang baik atau buruk... it's just it... Mau kepribadian seperti apa, ya bisa juga sehat, bisa juga tidak sehat secara psikologis. Dalam perjalanan, bimbingan orang terdekat dan juga lingkungan akan membentuk pengalaman kita memandang hal tersebut. Namun, yang terpenting pada akhirnya tetap lah diri kita sendiri, saat kita tumbuh dewasa, bagaimana kita memandang diri dan lingkungan adalah tanggung-jawab kita sendiri.

Kurang lebih begitu...

Well, kok jadinya malah semi curhat ya... Maaf ya teman-teman... 😅

With Love,
Nian Astiningrum
-end-