SOCIAL MEDIA

search

Tuesday, April 25, 2017

Pengalaman Mengembalikan Barang di Blibli.com

Hola teman-teman, apa kabar? Semoga baik-baik saja ya… Aminn…

Sebagaimana wanita pada umumnya, berburu barang diskon adalah kepuasan tersendiri bagi saya. Jika dulu, sebelum mempunyai anak, saya masih bisa berburu diskon di berbagai pusat perbelanjaan konvensional; maka setelah memiliki anak, hal ini praktis tidak bisa saya lakukan lagi. Dan tentu saja alasannya adalah kegiatan ini terlalu banyak memakan waktu; mulai dari observasi ke berbagai toko, kemudian mencari dan mencoba ukuran yang pas (untuk baju), hingga akhirnya membeli. Hingga akhirnya saya pun beralih ke toko online untuk memuaskan kebutuhan dan hasrat saya berkaitan dengan belanja! Bukan cuma untuk barang-barang fashion, tapi juga perkakas kebutuhan rumah dan keperluan sehari-hari seperti sabun mandi 😂. Online shop really really my savior deh pokoknya… Disaat saya butuh sesuatu dan tidak bisa keluar terlalu lama, dan juga disaat saya butuh belanja sebagai refreshing di tengah hectic-nya kerja di kantor dan di rumah.

Nah, belanja online tentu bukannya tanpa risiko ya… Mulai dari risiko barang yang tidak sesuai foto dan deskripsi sampai kerusakan dalam perjalanan kita. Nah, karena itulah, ada beberapa tips belanja online yang perlu kita ikuti, dimana menurut pengalaman saya pernah saya tulis di sini: TIPS BELANJA ONLINE ALA-ALA SMART SHOPPER


Dan disini, saya ingin bercerita tentang pengalaman yang cukup mengesankan saat mengembalikan barang di Blibli.com. Well, ini saya sebut merek bukan karena ini sponsored post ya… Saya menulis ini, semata karena benar-benar merasa terbantu dengan layanan pengembalian barang Blibli.com dan juga apresiasi atas kinerja Customer Care-nya. Penasaran? Here it is the story

Jadi, waktu itu saya memesan sebuah tempat beras dengan merek Tupper*are dari salah satu merchant di Blibli.com. Mungkin beberapa teman akan berpendapat, alangkah isengnya saya, beli Tupper*are pun pakai online segala, secara yang jualan konvensional juga banyak! Iyaa, yang jualan konvensional banyak, cuma mereka paling banter kan kasih diskon 20% dari harga katalog… Sementara ini, diskon dari merchant aja sudah lebih dari 20%, terus ditambahin diskon dari Blibli.com-nya 20% lagi, gimana ga tertarik coba? Apalagi harga tempat beras ini lumayan banget, sekitar 600 ribuan di katalog, yang kalau ga lagi diskon, kayaknya saya bakalan berpikir puluhan kali deh mau beli barang ini.

OK. Dan transaksi pun terjadi… barang dikirim tepat waktu… tapi, setelah saya cek, ternyata ada bagian yang gompel dari pesanan saya. Yang saya yakin bukan karena pengiriman, karena gompelan-nya tidak saya temukan di dalam paket pengiriman.

Hmm, whatever-lah, setelah saya pikir-pikir, mendingan saya kembalikan saja barang ini dan minta ganti produk sejenis… Atau jika tidak, mengingat belinya pada saat diskon dan hal ini tidak memungkinkan kecuali saya mau membayar kekurangan harga, di-refund juga cukup bisa saya terima.

Dan mulailah saya mencari tahu tata cara pengembalian barang di Blibli.com ini… Buka-buka aplikasi mobile-nya dan ternyata, mereka punya menu pengembalian barang melalui aplikasinya. Di sana kita tinggal memasukkan alasan pengembalian barang, deskripsi, solusi yang diharapkan, foto produk, ketersediaan dihubungi oleh customer care seperti gambar di bawah ini.


Lalu, setelah formulir dikirim, saya pun mendapatkan email dari customer care Blibli.com berisi nomor dan tata cara pengembalian produk. Setelah itu, besoknya, saya kirim deh barang tersebut lewat POS supaya gratis. Iya, Blibli.com bekerjasama dengan POS, sehingga kita tidak perlu membayar pengririman barang, padahal saat saya tanya petugas POS-nya, harga jasa pengiriman saya ini sampai 80 ribuan karena ukurannya yang besar. Dan kenapa saya iseng bertanya, karena saat itu memang sempat ingin membayar saja, karena sistem POS sedang gangguan… Yang untungnya tidak lama, sehingga saya bisa menikmati layanan gratis ini. Walaupun, menurut email yang saya terima dari Blibli.com, jika pun saya membayar, maka mereka akan mengganti ongkos kirim yang saya keluarkan.

And then tiga hari kemudian saya mendapatkan email kembali dari Blibli.com, memberitahukan bahwa produk pengganti memiliki harga yang lebih mahal sehingga saya harus membayar kekurangannya atau jika tidak, penggantian produk akan diubah menjadi refund. Ya sudah, saya pikir jika memang tidak memungkinkan penggantian produk, ya refund saja. No problem

Tapi, ternyata pada hari yang sama saya menerima email lagi bahwa proses penggantian produk saya sedang diproses dan akan dikirimkan segera. Lalu, saat saya cek akun saya melalui aplikasi mobile-nya; benar saja, ada history baru produk pengganti saya sedang diproses. Saya pun bertanya-tanya, apakah artinya merchant dan Blibli.com menyetujui penggantian produk saya?

Dan ternyata benar sekali! Selang beberapa hari, saya mendapatkan notifikasi resi pengiriman produk, update proses pengiriman, dan tada… akhirnya produk pengganti saya benar-benar saya terima! Kali ini packing-nya lebih kokoh dan produknya pun bebas cacat! Whoa, saya benar-benar excited dan mengapresiasi Blibli.com beserta customer care-nya. Thumbs up!

Nah, berdasarkan pengalaman retur barang (ini kali kedua saya retur barang di toko yang berbeda), hal-hal yang menurut saya penting dalam prosesnya adalah sebagai berikut:

  1. Segera setelah barang diterima, ambil foto pengemasan barang. Karena ini penting bagi pihak toko online menentukan kelayakan pengemasan yang mungkin menjadi permasalahan kerusahakan barang, jika alasan retur adalah cacat barang.
  2. Segera buka packaging, pastikan kondisi barang dan jangan dulu buang segala packaging dan pernak-pernik yang menyertai pengiriman barang. 
  3. Jika terdapat kerusakan, ambil foto kerusakan barang dimaksud sejelas mungkin.
  4. Cari informasi mengenai tata cara pengembalian barang melalui toko online tersebut. Ikuti semua langkahnya dengan benar agar proses retur barang dapat diproses secepat mungkin dan yang terpenting kita mendapatkan barang pengganti seperti yang kita inginkan.
  5. Pastikan prosedur pengembalian barang dilakukan sesegera mungkin untuk mencegah terlewatinya jangka waktu pengembalian barang.
  6. Selanjutnya sabar dan rajin memantau update proses pengembalian barang kita. Jangan sampai, melewatkan email atau telepon dari pihak toko online.
That's all… tidak terlalu ribet bukan? Yah, walaupun rasanya tidak secepat pengembalian barang langsung ke toko konvensional, tapi mengingat waktu yang sudah di-saving karena proses belanja yang tidak sudah menghemat waktu… worthed lah masih belanja online ini. Meski, ya memang harus diakui, inilah salah satu kelemahan dari online shopping, dimana proses transaksi kita relatif memerlukan waktu yang lebih lama dan bahwa kita tidak bisa memastikan produk belanjaan kita secara langsung seperti pada saat belanja di toko konvensional.

That is my sharing friends… semoga bermanfaat… 😉

With Love,
Nian Astiningrum
-end-

Tuesday, April 11, 2017

Membuat Bakso Sapi Sendiri!

Byuh… Selama hampir dua minggu ini Mahesh si anak kedua sakit. Tiga hari pertama demamnya, saya sudah membawanya ke dokter, dan menurut diagnosa dokter dia hanya terkena radang tenggorok dan flu saja. So, I guess, nothing to worry… Dan benar saja, hari berikutnya demamnya seharian sudah hilang dan dia sudah ceria kembali dan bermain seperti biasa. 

Amannn… itu pikir saya… Sampai hari berikutnya, ternyata dia kembali demam, datang dan pergi seiring hilangnya efek obat penurun demam, hingga tiga hari kemudian, dan saya pun kembali membawanya ke dokter…

"Ga ada gejala penyakit berat kok Bu. Yang keliatan hanya radangnya saja… Besok atau paling lambat lusa, jika demamnya tidak kunjung reda, baru kita test darah ya…" begitu penjelasan dokter kali kedua ini. "Tapi Dok, kan demamnya sejak udah lebih dari seminggu kalau dihitung dari pertama kali kemarin itu… Ya, memang sempat reda sampai dua hari sih demamnya," kata saya kemudian, karena saya pikir hari ini lah Mahesh harus test darah. "Hmm, jadi kan Adek sempat turun demamnya ya, dan ini baru hari kedua demamnya, jadi untuk pemeriksaan darah menurut saya belum urgent dilakukanApalagi, menurut pemeriksaan saya, Adek ini hanya radang tenggorok dan batuk pilek saja. Nah, Adek ini kan berat badannya kurang, jadi wajar jika dia gampang sakit…" begitu penjelasan dokter panjang lebar; yang membuat saya sedikit tenang, tersadar urgensinya mengembalikan berat badan Mahesh ke kisaran normal dan juga bersemangat untuk berusaha keras untuk itu!

Nah kan, kaya ga ada korelasinya dengan judulnya, 'Membuat Bakso Sapi Sendiri!' 😃

Heit, ada ya… Ada ya teman-teman… Benang merahnya adalah di bersemangat untuk menaikkan berat badan Mahesh kembali ke kisaran normal! Yes, karena keinginan itulah, akhirnya sejak hari Sabtu pun saya sudah berencana untuk membuat sesuatu olahan makanan yang kemungkinan akan disukai Mahesh, yaitu bakso sapi. 

Kenapa bakso sapi? Hmm, sebenarnya bukan karena Mahesh suka bakso sapi sih… Dan selama ini dia malah cenderung tidak terlalu tertarik dengan Bakso Sony yang dulu sering kami stok di rumah. Tapi, karena berpikir bahwa jika tekstur si bakso lebih empuk dan rasanya lebih light Mahesh akan suka… Lalu mengingat tingginya protein pada daging sapi yang jelas mendukung visi dan misi saya menaikkan berat badan Mahesh… Saya pun bertekad bulat akan mewujudkannya Sabtu ini!

"Emang kamu bisa bikin bakso Nian?" tanya seorang teman terkagum-kagum dengan niat saya. Yang lantas saya jawab, "Yaelah Mbak, tahun berapa lah ini, tinggal buka hape, keluar deh itu resep bakso dari Sabang sampai Merauke," dengan wajah serius.

Yes, ini percobaan pertama, tapi saya sangat optimis, saya akan berhasil! Cukup ikuti resep dari website yang kredibel soal masak memasak. Which is justtryandtaste.com, situs yang seringkali saya kunjungi untuk mencontek resep berbagai masakan, karena langkah-langkah dan penjelasannya yang mudah dipahami. Mbak Endang, sosok di bali JTT memang tidak diragukan lagi kredibilitas resep-resepnya, mengingat beliau sudah menghasilkan beberapa buku resep masakan dari hobi memasak dan menulisnya.

Then, back to proses membuat bakso sapi sendiri… Setelah sempat kebingungan mencari baking soda saat belanja bahan… **karena di resep dibutuhkan baking powder dan baking soda, sementara saya hanya nemu baking powder** Juga setelah kehebohan, karena saya menyalakan food processor tengah malam, yang menuai protes dari suami dan juga akhirnya Mahesh terbangun. **Saya rasa, ibu-ibu pasti tahu lah jalan pikiran saya sampai nekat memulai masak tengah malam… Yang tidak lain adalah karena menunggu anak tertidur 😅** Akhirnya, Sabtu pagi (01-04-2017) sebelum semuanya terbangun, bakso sapi buatan sendiri pun tereksekusi! Walaupun dengan kekurangan di sana sini. 

Tada… 


Akhirnya bakso sapi home made ala saya jadi juga! Kalau menurut suami saya, "Rasanya enak! Cuma mungkin karena kita terbiasa dengan tekstur bakso yang padat dan kenyal, jadi kesannya sedikit aneh…" Well, karena suami saya itu pelit kalo ngasih pujian ke istrinya, jadi saya simpulkan kalau bakso ini memang enak dan layak di-share resepnya😄. Sebagai berikut… 

Bahan:

½ kgDaging sapi giling
125 mlAir es
1 sendok makanKecap ikan
2 sendok tehGaram 
7 siungBawang putih
3 siungBawang merah
1 butirTelur
2 sendok makanTepung tapioka
2 sendok tehBaking powder
1 sendok tehGula pasir
½ sendok makanMinyak sayur
1 sendok tehMerica bubuk

Cara Membuat:
1.Haluskan bawang putih dan bawang merah bersama garam agar lebih mudah halus.
2.Campur hasil nomor 1 dengan kecap ikan, air es, telur, tepung tapioka, baking powder, gula pasir, minyak sayur dan merica bubuk secara merata.
3.Campur hasil nomor 2 dengan daging giling, uleni hingga merata, diamkan sebentar, kemudian proses dengan food processor atau blender.
4.Didihkan air, bentuk sedikit adonan dan masak hingga mengapung untuk mencoba rasa bakso setelah jadi.
5.Jika kurang asin, bisa ditambahkan kembali garam atau kecap asin yang lebih mudah tercampur. Ulangi nomor 4 untuk mencoba kembali.
6.Jika rasa bakso sudah pas, tutup baskom berisi adonan dengan plastik dan diamkan di dalam freezer selama 30 menit.
7.Didihkan cukup banyak air dalam panci yang cukup besar dengan api yang kecil sehingga tidak sampai bergolak. Kemudian masukkan adonan yang setelah dibentuk bulat* ke dalamnya hingga matang (mengambang).

Teman-teman, membentuk bakso ini ada teknik khususnya lho ternyata. Kalau saya sih dengan cara mencelupkan tangan ke air bersih, mengambil sedikit adonan, dan menggelinding-gelindingkannya pada kedua tangan hingga bentuknya cukup bulat… Which is, tidak terlalu efektif ternyata. Dan saya baru bahwa cara membentuk bakso dengan cepat adalah dengan menggenggam adonan dengan tangan yang sudah dibasahi dengan air, mengepalnya di atas panci berisi air, mengeluarkan adonan sedikit demi sedikit dan memanfaatkan sendok untuk membentuk/memotong adonan hingga menyerupai bakso.

Yes, saya baru tahu saat suami turun ke dapur, terheran-heran dengan cara saya membentuk bakso dan kemudian mempraktekkan cara ini dengan bangganya. Well, tapi saya sih sama sekali ga merasa inferior dengan cara saya membentuk bakso kok, kalau kata Ganesh, "Kan orang itu beda-beda…" Hahaha, meski harus saya akui, cara yang diajarkan suami saya, yang saya bold dan underline itu memang lebih efisien 😁.

OK, kembali ke resep bakso sapi… resep ini saya modifikasi sedikit dari resep aslinya di justtryandtaste.com karena keterbatasan alat dan bahan. Di antaranya; saya tidak menggunakan daging sapi yang digiling sendiri dengan air es, tapi menggunakan daging sapi giling. Saya juga tidak menggunakan baking soda, tapi hanya baking powder juga untuk menggantikan porsi baking soda. Dan juga, saya tidak cukup optimal mencampur adonan dengan food processor atau blender; karena food processor saya ternyata terlalu kecil dan blender  saya pun tidak cukup kuat, sehingga beberapa saat setelah digunakan berasap karena putarannya berat 😂.

Tapi, yah, dengan segala kekurangn dan kendala itu, bakso sapi saya masih dapat apresiasi dari suami kan… Yang harus digarisbawahi, orangnya rada pelit ngasih pujian ke istri… Jadi, bisa dipercaya lah ya, kalau bakso sapi saya ini memang enak 😁. So, teman-teman, jangan ragu jika ingin mencobanya ya… **Atau kalau masih ragu, silakan merujuk ke resep aslinya deh…**

Dan jangan lupa, doakan saya berhasil menaikkan berat badan Mahesh ke batas normal ya… Amiin…

With Love,
Nian Astiningrum
-end-

Sunday, April 2, 2017

#MemesonaItu… Saat Kamu Bersinar dengan Segala Kerumitan Hidupmu

Setiap pribadi itu unik. Setiap pribadi itu rumit untuk dipahami. Terlebih bagi mereka yang merasa bahwa dirinya demikian. Dan itulah saya… Saya selalu berpikir bahwa diri saya begitu rumit, ada begitu banyak dalam diri saya bertentangan satu sama lain. Hingga bermuara pada perasaan 'buruk rupa' dan tidak puas akan diri sendiri; sebut saja merasa tidak cantik, tidak keren, tidak menarik dan banyak melakukan hal konyol…

Itu yang saya rasakan… Sementara orang di sekitar melihatnya secara sederhana, bahwa saya adalah seorang dengan sifat yang pendiam dan pemalu…

***

Saat saya kanak-kanak… masih sekelebat tersisa di ingatan bagaimana saya begitu terobsesi untuk menjadi seperti artis-artis cilik di televisi; dengan dress-dress mengembang ala princess dan juga lenggak-lenggok gayanya di atas panggung. Masih tersisa sedikit dalam ingatan saya, kegiatan pagi saya sebelum masuk bangku sekolah adalah mandi, memakai baju ala princess berwarna merah yang jarang dicuci (karena setiap hari dipakai), memakai sepatu merah, dan kemudian duduk menyilangkan kaki di atas bangku kecil, sebelum akhirnya berlenggak-lenggok menyanyi meniru artis-artis di TV.

Hihi, sedikit geli rasanya setiap kali ibu saya bercerita tentang kelakuan saya itu di masa lalu. Geli, tapi masih berlanjut ke masa sekolah, masa remaja dan bahkan hingga kini di usia saya yang ke 32 tahun! Tapi, tentu dalam wujud yang berbeda… Sejak duduk di bangku SMA hingga kuliah, obsesi ini termanifestasi dalam kegiatan rutin setiap pukul 19.00 - 20.00 di dalam kamar bertajuk 'Konser ala-ala Diva'. Saat di mana saya akan memutar album diva-diva idola saya; seperti Christina Aguilera, Celine Dion, Kelly Clarkson, Amy Lee (Evanescence), Stacie Orrico, dan sebangsanya… bernyanyi dan berusaha menaklukkan nada-nada sulit andalan mereka.

Hmm, terdengar seperti sebuah masa kanak-kanak dan remaja yang seru bukan? Tapi, bagi saya pribadi sesungguhnya lebih tepat disebut situasi yang sungguh rumit… 

Ya, saya suka bernyanyi, tapi takut jika nada-nada tinggi dan kekuatan suara saya akan terdengar terlalu keras dan mengganggu orang di sekitar saya. Saya suka tampil dan haus akan prestasi, tapi saya tidak memiliki cukup keberanian untuk menunjukkan kemampuan saya di depan umum. Saya takut penampilan saya buruk, takut grogi, takut gagal… saya takut tidak terlihat sempurna! Itu mengapa, saya lebih memilih mengunci diri di kamar atau kamar mandi untuk bernyanyi… Saya tidak memiliki keberanian untuk menunjukkan apa yang saya miliki di luar sana… 

Baiklah, sekedar hobi (atau bakat) bernyanyi yang tidak tersalurkan saja, mungkin bukan sebuah masalah besar bukan? Tapi, sayangnya hal ini pun sering kali terjadi pada banyak setting kehidupan saya yang lain. Hingga saya memutuskan mundur dari tim jurnalistik yang cukup elite semasa SMA karena takut tidak mampu. Juga pemilihan penampilan yang seadanya, tidak berani berdandan dan memakai pakaian yang sebiasa mungkin; memilih untuk terlihat se-tidak-mencolok-mungkin, karena takut terlihat aneh. Dan banyak lagi…

Poinnya adalah bahwa ada sifat yang kontradiktif dalam diri saya; yaitu sebuah keinginan untuk mengaktualisasikan diri, haus akan prestasi dan pengakuan, tapi juga ketakutan untuk berusaha mewujudkannya… Saya takut gagal. Ya, kala itu, sifat perfeksionis saya justru membuat saya demikian cemas, gelisah dan khawatir untuk melakukan banyak hal. Sehingga alih-alih bisa meraih target yang saya inginkan, yang ada adalah perasaan frustrasi dan tertekan karena begitu banyak hal yang ingin dan saya pikir bisa capai, akhirnya hanya menjadi angan-angan. Karena akhirnya saya lebih memilih untuk diam. Kalah pada ketakutan yang menguasai fisik dan mental saya. Kalah pada keringat dingin yang mengalir deras, jantung yang berdebar-debar dan tangan yang bergetar setiap kali ingin menunjukkan sesuatu yang saya pikir bisa saya lakukan dengan baik.

Karenanya, saya pun tidak kuasa membendung perasaan pesimis dan hopeless akan masa depan saya. "Apalah yang bisa saya capai dalam hidup dengan diri saya yang seperti ini? Bisakah saya menuntaskan kuliah saya dengan baik? Akankah saya mendapatkan pekerjaan untuk hidup mandiri? Dan yang terpenting, apakah selamanya saya akan hidup dalam kegelisahan seperti ini?"

Kala itu, berbagai cara telah saya lakukan demi mendapatkan kenyamanan dalam batin… Saya pernah memaksakan diri untuk menjadi seorang yang 'rame' dan suka bergaul di sekolah yang baru, demi menciptakan konsep diri yang baru yang lebih ekspresif… dan gagal. Pernah juga, berusaha meredam keinginan untuk mengaktualisasikan diri (baca: keinginan tampil dan menunjukkan kemampuan untuk memperoleh pengakuan), karena saya pikir tanpa keinginan itu, maka hidup saya akan lebih damai. Dan ini pun gagal…

Bagaimanapun juga, kedua sifat itu adalah diri saya sendiri. Bagaikan darah dan daging yang membentuk tubuh saya, tidak ada salah satu dari keduanya yang bisa dibuang atau ditiadakan. Mereka adalah bagian dari diri saya dan saya tidak punya pilihan selain tetap berjalan dengan apa pun diri saya, dengan segala karakter dan kepribadian saya… Percaya, jika Tuhan menciptakan demikian, berarti ada cara di mana saya bisa menjalani hidup saya dengan ketenteraman batin, karena Tuhan tidak mungkin bermaksud melakukan sesuatu hanya untuk membuat hidup seseorang menjadi berat. Ini bukan sesuatu yang tidak mungkin, saya hanya perlu meyakini hal ini lalu berusaha dan berusaha…

Hingga akhirnya, tanpa diduga, nasib membawa saya kuliah di Jurusan Psikologi. Yang tentu saja tidak memberikan solusi instan atas permasalahan saya, tapi memberikan begitu banyak insight tentang apa itu kepribadian, bahwa dia adalah sesuatu yang tetap (tidak akan berubah kecuali pada kasus-kasus langka) dan seperti apa kepribadian saya sesungguhnya. Mengerti bahwa bukanlah mengalahkan salah satu sifat yang saya benci, solusi dari permasalahan ini… tapi berusaha mencari jalan tengah dan berdamai dengannya. Memahami bahwa manusia dianugerahi budi pekerti untuk menentukan langkah kita dengan kepribadian itu. Serta kemampuan untuk membentuk tekad untuk mendorong dan melatih diri kita sendiri, menerima diri sembari berusaha meraih impian-impian kita. Meskipun itu terlihat sangat sulit bagi kita.

Kemudian, mulailah saya berusaha berdamai dengan diri saya sendiri. Mulai mendorong diri sendiri untuk mengekspresikan diri seperti yang saya inginkan, berkata pada diri sendiri, "Apa pun hasilnya, meski tidak seperti harapan, harus dilakukan!" Dan juga berusaha menenangkan diri sendiri saat ternyata hasil yang didapatkan benar-benar tidak seperti yang diharapkan. "Hey, apa pun hasilnya, paling tidak kamu berusaha dengan maksimal. Urusan hasilnya ternyata tidak sebaik yang kamu inginkan, kamu bisa berusaha lebih baik nanti. Hal yang paling penting dari semuanya adalah, bahwa kamu mendapatkan pelajaran dari tindakan yang kamu lakukan. It's OK…"

Terus dan terus, sampai akhirnya dalam hitungan mendekati satu tahun, perlahan-lahan, perubahan itu terjadi. Tidak, ini bukan berarti saya sama sekali tidak merasakan segala kegelisahan dan ketakutan setiap kali akan melakukan sesuatu berhubungan dengan menunjukkan kemampuan saya. Saya masih merasakan deg-degan saat akan berbicara di depan banyak orang dan sebangsanya. Tapi kali ini, saya menerima segala perasaan itu, saya cukup berdamai dengan perasaan itu, membiarkannya muncul, namun tetap tegak untuk melakukan hal yang ingin saya lakukan.

Dan selanjutnya, setelah perjalanan berdamai dengan diri sendiri itu, satu demi satu impian saya pun terwujud…

Akhirnya saya bisa menyelesaikan kuliah selama empat tahun dengan IPK yang sangat baik. Padahal dulu pada saat akan masuk pertama kali kuliah sempat menangis, karena merasa bahwa diri saya yang tidak pandai berbicara ini tidak cocok untuk berkuliah di Jurusan Psikologi yang notabene menuntut banyak interaksi sosial. Saya menangis karena merasa terjebak oleh keisengan saya sendiri memilih jurusan itu pada saat SPMB (Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru).

Akhirnya saya bisa diterima bekerja di bidang Manajemen SDM (Human Resources Management/HRM) yang juga berhubungan dengan banyak orang. Sesuatu yang saya percaya cukup sulit, mengingat kemampuan komunikasi saya yang masih jauh dibandingkan saingan lainnya. Setelah belajar melalui kegagalan pada sepuluh kali tahap wawancara lainnya dalam kurun waktu kurang lebih delapan bulan.

Dan dalam kehidupan sehari-hari, akhirnya saya bisa mengekspresikan diri dan keinginan saya ke dunia luar dengan lebih leluasa. Bagi beberapa orang, ini terlihat dari penampilan fisik; yang dulunya super sembarangan, menjadi lebih berani berdandan dan feminin. Bagi beberapa lainnya, ini terlihat dari perubahan sikap menjadi lebih berani tampil dan menunjukkan bakat dan kemampuan dalam diri saya. Jika dulu, saya terlihat sangat pendiam dan pemalu; kini saya tidak segan tampil di depan umum untuk bernyanyi atau menyuarakan pendapat. Walaupun terkadang masih ada rasa takut akan hasil yang tidak sempurna dalam diri, tapi kini saya bisa berdamai dengan perasaan itu.

Menyanyi Sebagai Perwakilan Sektor dalam Acara HUT Unit Induk

Akhirnya, saya mendapatkan ketenteraman batin yang selama ini saya cari… Akhirnya saya merasa begitu memesona bagi diri dan orang di sekitar saya… Dan itu terasa begitu luar biasa!

Dalam Sebuah Presentasi Kerja di Kantor

tulah arti memesona menurut saya… Dalam perjalanan hidup kita, pasti ada masa di mana kita merasa bahwa diri atau situasi kita sangatlah rumit. Ada kalanya kita memiliki sebuah keinginan yang bertentangan dengan diri dan situasi kita, seolah kita tidak akan mampu meraihnya. Sebut saja, saat kita ingin cepat menyelesaikan kuliah, tapi terhambat rasa malas dan suka menunda-nunda waktu. Pada saat kita begitu mencintai anak kita dan ingin membahagiakannya, tapi sering kali justru melukai perasaannya karena sifat temperamental yang membuat kita sulit mengendalikan amarah. Dan banyak lagi…

Diri atau situasi rumit yang hanya bisa kita lewati dan perbaiki dengan sebuah keyakinan yang kuat, usaha yang keras dan komitmen untuk tidak menyerah yang terus kita jaga.


#MemesonaItu adalah saat di mana kita menyadari dan menerima segala diri dan situasi kita, kekurangan dan kelebihannya, berdamai dengan semua itu, berjalan ke depan untuk meraih mimpi-mimpi kita, dan menerima apa pun hasil dari usaha keras kita dengan bangga. 

Jadi, siapa pun kamu, dan bagaimana pun rumitnya diri atau situasimu, kamu bisa menjadi pribadi yang memesona… Jika kau memilih dan berkomitmen untuk itu…

With Love,
Nian Astiningrum
-end-


Tulisan ini diikutsertakan dalam lomba blog #MemesonaItu