SOCIAL MEDIA

search

Saturday, January 9, 2021

Thank You 2020!

Tahun ini... lagi-lagi terasa berlalu begitu cepat seperti tahun-tahun sebelumnya. Tahu-tahu besok kita sudah akan merayakan pergantian tahun dan mengucapkan selamat tinggal pada tahun 2020. Woohoo!

Tapi, ada yang beda di tahun 2020 ini... tahun ini benar-benar menghajar kita habis-habisan dan memaksa kita untuk belajar begitu banyak hal untuk sekedar bertahan. Paling tidak, itu yang saya rasakan...

Bulan Agustus 2019 saya resign dari pekerjaan yang sudah memberikan jaminan finansial selama lebih dari sepuluh tahun. Sejak awal, rencana yang tersusun menekuni dunia bisnis untuk menggantikan kesibukan (dan juga income of course). Meski tidak benar-benar merasa itu adalah strength point saya, tapi tidak masalah, cukup yakin bisa menjalaninya. Hidup bukan melulu tentang passion kan? Harus realistis juga... Apalagi jika itu bisa memberikan lebih banyak waktu untuk melakukan hal-hal yang menurut saya penting. Completely worth it!

Sampai akhirnya tibalah Bulan Maret 2020 yang bersejarah itu... Literally speechless mendeskripsikan saat-saat itu. Kemudian semua orang takut keluar rumah, termasuk saya. Bukan hanya terseoknya dunia bisnis yang membuat semua menjadi berat, tapi SEMUANYA! 

Takut keluar rumah, jauh dari keluarga dan suami (literally cuma bertiga dengan anak-anak saat itu), beradaptasi dengan belajar daring, while tentu saja sangat riweuh dengan urusan domestik. Kondisi yang benar-benar menguras energi physically and mentally.

2020 tampaknya jadi tahun tentang (sekedar) bertahan... tapi, saat saya mulai merenung di penghujung 2020 ini... WOW! Ternyata saya justru merasakan begitu banyak progress di tahun 2020 ini...

Lebih mengenal diri sendiri, kekuatan dan kelemahan saya...

Well, saya selalu menyadari kecintaan saya pada dunia kreatif, especially menulis, visual things, and betweens. Tapi sebatas hobi, tidak pernah terlintas untuk menghasilkan materi dari kegiatan ini.

Sejak rencana akan resign semakin nyata, ya, saya mulai berangan-angan akan menggeluti kegiatan ini lebih serius... karena memang saya menyukainya, bukan karena mereka menghasilkan pundi-pundi uang.

Sesaat sebelum resign, saya mulai hunting mic condenser, terinspirasi dari sesi rekaman di studio yang begitu effortful karena waktu. Pengen lah cus rekaman sendiri aja kalo lagi pengen dan ada waktu. Yah, what to expect from a mother of two, right? Kegiatan tidak jauh-jauh dari antar jemput anak, kadang pertemuan orang tua, nemenin berenang, nemenin les, nemenin main, dan lain-lain.

Lalu, lahirlah debut cover pertama saya di Youtube pada 11 Oktober 2011 yang seadanya banget, all by self, dari take video dan sound - termasuk masang tripod 😂

Beberapa cover lahir setelah itu di sela-sela segala kesibukan saya... mostly sih saya take vokal pas pulang anter anak-anak sekolah, terus yang lain-lain ya seadanya waktu di sela-sela wara-wiri ke outlet juga.

Terus breakout-nya itu ya pas satu cover saya kemudian membawa saya menjadi salah satu streamer di Sessions. Not much memang saat itu, tapi ya lumayan banget karena saya suka banget memang namanya nyanyi. 

Dan bahkan semasa pandemi, disaat literally terkurung di rumah bertiga dengan anak-anak, ini salah satu hal yang 'menghasilkan' untuk saya. Demikian juga dengan menulis, yang beberapa kerjasama dan keberuntungan nyangkut jadi pemenang lomba blog semasa pandemi.

Selain itu, ya, saya tetap menekuni dunia conten creator yang ternyata juga saya suka banget karena bersinggungan erat dengan dunia menulis dan visual. 

Akhir 2020, saya tersadar bahwa memang kekuatan saya adalah di dunia kreatif yang telah membuat saya jatuh cinta bertahun-tahun lamanya. Dan, ternyata sangat tidak salah mengembangkan kapasitas kita disana, somehow itu pun bisa menjadi jalan rejeki kita.

Finally merasa mengambil keputusan terbaik untuk resign saat itu...

Jujur, pada awal pandemi, ada satu sudut hati saya yang berkata bahwa mungkin akan lebih baik jika kala itu saya menunda keputusan resign. Karena toh semua menjadi tidak pasti karena pandemi, termasuk bisnis yang kami rintis pun mengalami masa sulit. Meski, alhamdulillah saking sibuknya saat itu karena tidak ada ART, justru membuat saya tidak pnya banyak waktu untuk merenung, sehingga tidak terlalu menghiraukannya.

But, then dengan segala keyakinan hanya untuk terus bergerak dan bergerak, ya sedikit demi sedikit titik terang menghampiri. Dari rejeki yang Tuhan alamatkan kepada saya melalui kecintaan saya pada dunia menulis, menyanyi dan visual. Bukan sekedar materi, tapi manfaat dari karya-karya saya yang disampaikan bahkan dari orang-orang yang tidak saya kenal.

That is so amazing...

Dan, titik kebahagiaan itu adalah pada saat anak pertama saya mendapat rekognisi dari sekolahnya karena kreatifitasnya. Ibu-ibu pasti tahu bangganya kreativitas anaknya kemudian direpost pihak sekolah dan bahkan diwawancarai karena dinilai bisa memberi inspirasi pada anak-anak lain tentang mengisi waktu luang di masa pandemi.

That turning point mengingatkan saya salah satu alasan terbesar saya memilih resign, karena menyadari keunikan anak-anak saya dan merasa bahwa bekerja full time benar-benar tidak menyisakan energi dan sumberdaya yang cukup untuk meng-handle mereka seperti yang mereka butuhkan.

Dulu, pada suatu hari anak saya pernah berkata, "Aku kan bukan anak pinter... Juga bukan anak baik..."  Saat itu, benar-benar hancur hati saya, dan kemudian berjanji dalam hati, "Kita buktikan sama-sama ya Nak, kalo kamu anak yang hebat..." Karena saya tahu jika dia adalah anak yang hebat, hanya mungkin respon lingkungannya kurang apresiatif, sehingga dia merasa rendah diri.

Akhir 2020... saya benar-benar terharu melihat anak saya finally mendapatkan rasa percaya dirinya dan mendapat apresiasi yang layak didapatkannya.

Tetap bergerak, meski jalan yang biasa dilalui tertutup... Kadang Tuhan menuntun, tanpa kita sadari...

Ini bukan lah kali pertama saya hanya tahu bahwa harus terus bergerak, meski tujuan tampak begitu abstrak. Dan kali ini, saya kembali membuktikan bahwa terkadang Tuhan selalu menuntun kita kepada tujuan dengan caranya sendiri. Apa yang perlu kita lakukan adalah terus bergerak dan berusaha apa yang kita bisa.

Jika lelah berlari, kita bisa berjalan... tapi jangan berhenti...

***

Yes, 2020 is huge... me personally see this year as a testing faith year. Diawali dengan optimisme, diikuti dengan big shake yang menghancur leburkan segala optimisme itu, kemudian benar-benar berjalan bergantung pada keyakinan kita, dan diakhiri dengan perasaan betapa Tuhan tidak pernah meninggalkan kita.

Exactly! Faktanya... kita tidak pernah punya kendali akan apa yang akan terjadi pada hidup kita. Berencana, berdoa dan berusaha adalah satu hal yang manusia lakukan, tapi Tuhan selalu punya rencananya sendiri.

"When we busy making our plan, God laughs..."

So, thank you 2020 untuk mengingatkan sekali lagi semua itu. Somehow, memahami semua itu membuat saya merasa lebih kuat. So, bismillah untuk 2021...

With Love,
Nian Astiningrum
-end-