SOCIAL MEDIA

search

Wednesday, April 23, 2014

Pretend Play si Bermain Pura-pura yang ‘Mencerdaskan’

Sore itu, saat kami duduk-duduk di halaman belakang rumah, tiba-tiba Ganesh mengambil tas belanjaan, memakai sandal jepit Angry Bird-nya dan terjadilah percakapan ini:

Ganesh
:
“Mama, Anesh ambilin mangga dulu ya…” (Sambil berjalan dan mengamati daun mangga yang berserakan, seolah mencari-cari sesuatu).
Saya
:
“Emang ada mangga jatuh Anesh?” (Saya berpikir, Ganesh sedang mencari buah mangga muda yang terjatuh, padahal sekarang kan sedang tidak musim mangga).
Ganesh
:
“Ada, bentar ya Anesh pilihin… banyak yang mateng Mama!” (Katanya sambil mengambil daun mangga, mengamati, dan beberapa dimasukkannya ke dalam tas belanjaan).
Saya
:
“Wah, iya ya Anesh, Mama mau dong… (Akhirnya sadar bahwa Ganesh sedang ‘berimajinasi’ dan ‘berpura-pura’ mencari mangga).

Dalam hati, saya senyum-senyum sendiri, selain karena merasa lucu dengan tingkah Ganesh, hal ini juga mengingatkan masa kecil saya dulu. Dulu, seperti halnya Ganesh, saya pun suka sekali berfantasi, membayangkan sedang berjalan-jalan ke hutan (padahal cuma di kebon :D) untuk mencari tanaman untuk membuat ramuan obat,  sebagai efek kesukaan saya akan cerita bergambar ‘Cerita dari Negeri Dongeng’ di Majalah Bobo. (Masih dengan setting kebon) membayangkan bahwa ada harta karun di bawah pohon pisang yang ditebang Bapak. Membayangkan saya adalah tokoh cerita telenovela Maria Mercedes,  kemudian berbincang-bincang dengan Nyonya Filo (yang juga saya perankan sendiri) lengkap dengan logat dan mimik bicaranya, serta banyak lagi. Hihi, benar-benar menggelikan bukan :D. Dan ini juga pelajaran untuk saya berhati-hati dengan benda bernama televisi.

Ganesh memilih daun mangga, berpura-pura bahwa itu adalah buah mangga
dan mengumpulkannya dalam keranjang belanja
Serius banget menaruh buah mangganya, pelan-pelan biar tidak rusak :D

Berfantasi dan ‘bermain pura-pura’ (pretend play) rasanya adalah hal yang biasa dilakukan anak-anak, seperti halnya Ganesh dan saya waktu itu. Tapi, sebenarnya apa sih makna dua kegiatan itu dalam perkembangan anak? Apakah keduanya adalah hal yang baik dan bermanfaat? Mengingat keduanya melibatkan kemampuan berpikir untuk memanipulasi gambaran kondisi yang ada sesuai dengan gambaran yang diinginkan. Apakah hal itu tidak akan berbahaya dalam frekuensi dan intensitas tertentu? Mengingat bahwa sebagai individu dewasa, kita selalu dituntut untuk menghadapi realitas yang ada dan bukan asyik dengan pikiran kita sendiri. Hihi, kalau untuk kita yang jelas bukan anak-anak lagi memang begitu sih, tapi ini kan anak-anak, pasti lain dong :D

Monday, April 7, 2014

Optimisme, Ketekunan & Keikhlasan untuk ‘Indonesia Hebat’

Indonesia itu hebat lho… Maksud saya benar-benar ‘hebat’, sebagaimana definisi dalam ‘Kamus Bahasa Indonesia’, yaitu “terlampau; amat; sangat (dahsyat, ramai, kuat, seru, bagus, menakutkan, dsb)”. Iya, Indonesia benar-benar hebat dalam artian positif…

***

Indonesia memiliki generasi muda yang cerdas dalam bidang sains dan diakui dalam skala internasional. Tidak percaya? Baru-baru ini, siswa-siswi Indonesia berhasil meraih 7 medali emas dalam ajang ‘The 3rd Asian Science and Mathematics Olympiad for Primary Schools’ (ASMOPS)2. Tahun 2014 ini, dari ajang yang berbeda, IPhO (International Physics Olympiad), Indonesia berhasil menyabet 4 emas dan 1 perak3. Dan nyatanya, Indonesia memang sudah biasa memenangi berbagai olimpiade sains dunia, hingga dalam waktu 20 tahun Indonesia telah mengantongi 103 medali emas, 86 medali perak dan 129 medali perunggu4.

Rahmat Waluyo, Siswa kelas IX SMP 2 Semarang, peraih medali Emas dan Perak
Olimpiade Sains Junior tingkat Internasional (IJSO)
Foto dari: TEMPO/Budi Purwanto2

Indonesia juga memiliki Ricky Elson, seorang teknokrat yang ahli dalam teknolog motor penggerak listrik, yang tidak main-main, dia telah menemukan belasan teknologi motor penggerak listrik yang sudah dipatenkan oleh pemerintah Jepang selama 14 tahun dia bekerja disana4. Setelah itu, kembali ke Indonesia, Ricky dipercaya untuk menjadi pelaksana penugasan pengembangan teknologi listrik nasional dan juga aktif melakukan penelitian mengenai Pembangkit Listrik Tenaga Angin di Ciheras Tasikmalaya. Luar biasa bukan? Dan hebatnya lagi, kini kincir angin rancangan Ricky adalah yang terbaik di dunia untuk kelas 500 watt peak!5

“Selo” si mobil listrik karya Ricky Elson bersama tim
Foto dari: Koran Jakarta6

Lalu tentu saja, yang begitu melegenda di bidang sains Indonesia adalah B.J. Habibie, perancang pesawat N-250, pesawat kedua pengguna teknologi fly by wire di dunia yang dipamerkan pada Indonesian Air Show 1996 di Cengkareng. Pesawat dalam negeri yang dibuat oleh putra-putra Indonesia dalam wadah PT IPTN (sekarang berganti nama menjadi PT Dirgantara Indonesia). Dan sekarang, B.J. Habibie kembali  meneruskan cita-citanya membangun pesawat produksi dalam negeri yang pernah pupus karena krisis ekonomi dengan R-80 yang direncanakan akan mengudara tahun 2016 atau 20177.

Pesawat N250 buatan Indonesia
Foto dari: Liputan6.com8

Selain itu, masih banyak lagi prestasi Indonesia di bidang sains… Jadi, percaya kan kalau Indonesia hebat di bidang sains? Kalau Indonesia memiliki Sumber Daya Manusia yang cerdas dan berprestasi. Tapi, mengapa Indonesia tidak pernah menonjol di bidang teknologi? Ribuan (atau bahkan puluhan ribu) mobil yang bersliweran di jalanan tiap hari, semuanya adalah produk luar negeri. Begitu juga dengan pesawat terbang, pembangkit listrik dan produk teknologi lainnya, hampir semua harus kita import dari luar negeri. Sesuatu yang aneh bukan? Dan bukan hanya itu, berdasarkan hasil survey Programme for International Student Assessment (PISA) di bawah Organization Economic Cooperation and Development (OECD) pada tahun 20129, malah menyebutkan pelajar Indonesia berada di peringkat paling bawah dari 65 negara dalam pemetaan kemampuan matematika, membaca dan sains. Sampai-sampai Elisabeth, seorang WNA yang tinggal dan menaruh perhatian besar pada Indonesia menulis dalam artikel blognya, “Indonesian Kids Don’t Know How Stupid They Are”!10

Sebuah judul yang provokatif memang, tapi rasanya saya lebih setuju dengan kalimat, “Indonesian Kids Don’t Know How Smart They Are”. Iya, karena menurut saya, kegagalan sistem pendidikan kita saat inilah yang membuat potensi generasi muda kita tidak dapat berkembang secara optimal. Selain juga karena permasalahan rendahnya kualitas guru, kesenjangan kualitas pendidikan di daerah pelosok (luar Jawa) dan juga wabah korupsi yang membuat 20% anggaran pendidikan dari APBN banyak salah sasaran. Oh ya, dan sistem negara kita yang masih kurang menghargai riset membuat para ilmuan kita memilih mengepak tasnya dan berkarya di negara lain. Yang akibatnya, tentu saja kita kehilangan penemuan-penemuan yang mampu membuat negara kita berada di garis depan perkembangan teknologi, sehingga luar negeri menjadi konsumen teknologi kita dan bukan sebaliknya.

***

Indonesia itu hebat… Daratan dan lautan kita membentang dari Sabang sampai Merauke, dan disana tersimpan berbagai potensi, mulai dari pertanian, peternakan dan juga barang tambang.