SOCIAL MEDIA

search

Tuesday, December 31, 2013

Goodbye 2013, Welcome 2014

Wuih, tidak terasa tahun 2013 tinggal sedikit lagi berlalu, dan sebentar lagi kita sampai di tahun 2014. Bagi saya, perjalanan 1 tahun ini terasa begitu cepat, sama seperti tahun-tahun sebelumnya. Tahun 2013 ini, meskipun tidak semuanya berjalan mulus dan semua harapan terwujud, namun saya cukup bangga dengan pencapaian tahun ini. Berbagai insight dan pemahaman baru telah didapatkan, begitu juga dengan beberapa prestasi yang tidak pernah terbayangkan bisa saya capai sebelumnya. Tahun ini, saya berhasil mendobrak berbagai batasan diri yang ada sebelumnya. Menulis dan bernyanyi, dua hal yang seumur hidup begitu saya cintai dan memuaskan pribadi, ternyata mendapatkan apresiasi di tahun 2013 ini. Maksud saya, lebih dari sebelumnya. Menjadi juara 3 XL Awards 2013 di Bulan November dan mendapatkan apresiasi dari General Manager Pembangkitan Sumatera Bagian Selatan dan Kepala Divisi Pembangkitan karena performa saya di acara Go Live IMAP di Bulan Desember ini benar-benar terasa sebagai ‘sesuatu’. Bukan karena seberapa besar apresiasi ini, tapi karena saya tidak pernah membayangkan bahwa apa yang saya anggap biasa ternyata dianggap 'sesuatu' oleh orang lain. Dan semua ini tidak akan pernah terjadi tanpa suami saya yang selalu dan selalu mengingatkan, bahwa saya punya sesuatu dan harus menampilkan sesuatu itu.

Itu cerita manis tahun 2013 ini, tapi tentu juga ada cerita asam, asin dan pahitnya juga yang melengkapi. Tahun ini, saya masih gagal dalam beberapa hal. Sebut saja kebiasaan ‘motek’ kuku yang belum juga hilang sampai sekarang, kurang disiplin waktu, beberapa kali merasa terlalu emosional pada Ganesh atau pada suami (OK, it’s humanly, but still I want to be better), suka lupa telpon orang-tua, dan banyak lagi. Bismillah, semoga saya bisa memperbaikinya tahun 2014 nanti… Amiin :)

OK, di penghujung tahun 2013 ini, saya kembali bermain-main dengan warna untuk membuat pengumuman dan undangan acara Malam Pergantian Tahun 2014 di kantor, seperti ini:

Pengumuman Acara Malam Pergantian Tahun 2014
Tanggal 31 Desember 2013
Program yg digunakan: Edraw Max; Colorzilla; Microsoft Publisher
Fonts: Special Elite; Stencil; La Unica; Hornswoggled
Undangan Personal Acara Malam Pergantian Tahun 2014
Tanggal 31 Desember 2013
Program yg digunakan: Edraw Max; Colorzilla; Microsoft Publisher
Fonts: Special Elite; Stencil; La Unica; Hornswoggled

Background desain pengumuman dan undangan ini dibuat dengan program Edraw Max, sedangkan penataannya seperti biasa menggunakan Microsoft Publisher. Untuk paduan warnanya, saya menggunakan dua palet dari design-seeds sebagai berikut:

Ranunculus Hues by design-seeds
Thistle Tones by design-seeds

Saya lagi-lagi merasa puas dengan desain ini, menurut saya terlihat cukup eye-catchy. Meski jujur, saya ingin naik level tahun depan. Selama ini saya hanya bermain-main dengan Microsoft Publisher dan sedikit Edraw. Tahun depan saya ingin benar-benar mempelajari Corel Draw :D. Well, dunia desain memang selalu menarik buat saya, walaupun program-program seperti Corel Draw atau bahkan Edraw pun masih terasa rumit bagi saya. Karena itu, saya tidak punya gambaran jika minat ini bisa menjadi sesuatu yang besar. Harapan saya cuma sebatas kepuasan pribadi, yaitu bisa mewujudkan imajinasi saya menjadi desain nyata. That’s all :D.

So, what do you think? Desain saya kali ini cukup lumayan untuk ukuran seorang amatir kan :D

With Love,
Nian Astiningrum
-end-

Friday, December 27, 2013

Pertamax Moral Education

Membicarakan mengenai Pertamax, sebenarnya saya sudah dikenalkan bahwa bahan bakar ini lebih unggul daripada Premium oleh bapak yang seorang montir. Waktu itu, bapak berpesan untuk sebisa mungkin mengosongkan tangki bahan bakar setiap minggu untuk diisi full dengan Pertamax. Menurut beliau, cara itu akan membantu membersihkan organ-organ yang dilewati bahan bakar, sehingga kondisi motor akan lebih prima. Waktu itu, saya sih percaya saja, karena saya memang tidak terlalu tertarik dengan dunia permesinan dan bapak saya anggap cukup mumpuni dalam dunia ini.

Sekarang, saat menulis artikel ini dan googling ke beberapa situs, saya menemukan bahwa memang Pertamax maupun Pertamax Plus memiliki keunggulan dibandingkan dengan Premium sebagai sesama bahan bakar kendaraan bermesin bensin. Berikut data yang saya sarikan dari PertaminaRetail.com dan Motorku.info:

Perbandingan antara Premium, Pertamax dan Pertamax Plus
Sumber data: PertaminaRetail.com1 dan Motorku.info2

Pertamax dan Pertamax Plus memang memiliki keunggulan dibandingkan Premium. Namun demikian, meskipun lebih irit, ramah pada mesin dan ramah pada lingkungan, kedua bahan bakar ini jauh lebih tidak populer dibandingkan Premium. Sebagai gambaran, kita bisa melihat data yang diungkapkan Sales Representatif Pertamina DIY Fanda Chrismianto kepada HarianJogja.com pada 4 November 2013 lalu. Kala itu, Fanda menyebutkan bahwa market share Pertamax waktu itu hanya 2% dibandingkan Premium. Iya, 2% saja! Dan menurut saya itu jumlah itu sangat kecil dari seharusnya, dengan mengamati berapa banyak mobil-mobil baru yang bersliweran di jalan setiap hari. Para pengemudi mobil-mobil ‘bagus’ itu tentu tahu dong, kalau Premium itu adalah bahan bakar bersubsidi yang diperuntukkan khusus bagi masyarakat yang tidak mampu?

Sebenarnya ada banyak kemungkinan penyebab belum banyaknya masyarakat yang mampu secara ekonomi untuk menggunakan Pertamax. Bisa jadi, memang mereka belum mengerti mengenai filosofi penggunaan Premium dan Pertamax. Bahwa Premium sebagai bahan bakar bersubsidi diperuntukkan bagi masyarakat tidak mampu saja, sehingga mereka sekedar memilih Premium dengan alasan ekonomis. Dimana nota bene harga Pertamax memang jauh lebih mahal dibandingkan Premium. Jika memang ini permasalahannya, maka satu-satunya solusi adalah mengadakan sosialisasi yang lebih intensif untuk memastikan pesan ini tersampaikan sampai ke lapisan terdalam masyarakat.

Tapi sayangnya, rendahnya kesadaran untuk menggunakan Pertamax ini tampaknya tidak semuanya sekedar didasari oleh ketidaktahuan, namun sedikit banyak berhubungan dengan kepedulian dan moralitas kita. Permasalahan yang sama yang membuat banyaknya pelanggaran di negara kita; mulai dari yang kecil seperti merokok di tempat umum, hingga yang besar dan sangat merugikan, seperti korupsi. Iya, korupsi yang menempatkan Indonesia dalam urutan 114 dari 175 negara terbersih4 itu, bukankah juga merupakan salah satu bentuk dari ketidakpedulian bahwa tindakan tersebut salah dan tidak seharusnya dilakukan? Hanya saja dalam intensitas yang berbeda tentu saja. Sama halnya dengan ketidakpedulian bahwa sebagai orang yang mampu, seharusnya seseorang menggunakan Pertamax dan bukannya justru ikut mengantri Premium bersama masyarakat yang benar-benar membutuhkan.

Infografik: Visualiasi Corruption Perception Index 2013
Didownload dari http://cpi.transparency.org4
Moralitas dapat didefinisikan secara sederhana sebagai ‘prinsip mengenai perbedaan antara tindakan yang benar dan salah atau baik dan buruk’5. Sedangkan, secara psikologis moralitas memiliki definisi yang cukup kompleks yang terdiri dari kemampuan untuk membedakan hal yang benar dan salah, kemampuan untuk bertindak sesuai penalaran benar dan salah tersebut, serta munculnya kebanggaan saat kita melakukan hal yang baik dan rasa bersalah atau malu saat kita melakukan sebaliknya6. Atau dengan kata lain, moralitas sangat mempengaruhi pengambilan keputusan seseorang. Contohnya pada saat seorang siswa tidak bisa mengerjakan soal ujian, moralitas siswa tersebutlah yang akan menentukan apakah dia akan mencontek temannya atau tetap jujur. Demikian juga, pada saat seorang pejabat membutuhkan uang, apakah dia akan melakukan upaya korupsi atau tidak.

Pembentukan moral terjadi sejak usia yang sangat dini, melalui berbagai pengalaman sosial, terakumulasi selama bertahun-tahun, sehingga anak memahami dan terjadi internalisasi nilai moral dan standard6. Karena itulah, pada masa-masa ini, kita harus mulai mengajarkan nilai-nilai kebaikan melalui interaksi sehari-hari. Misalnya, “Jangan Ganesh, itu kan punya Bina…” Dari interaksi tersebut kita mengajarkan mengenai kepemilikan dan bahwa merampas barang milik orang lain adalah sesuatu yang salah. Selanjutnya, sesuai kemampuan penalaran anak, kita dapat mengajarkan nilai-nilai yang lebih kompleks. Misalnya menghormati orang lain, mencintai sesama, kejujuran, dan sebagainya. Dimana nilai-nilai kebaikan ini dapat diajarkan dalam perilaku sehari-hari; seperti tidak menyerobot antrian, membantu teman yang sedang sakit atau mengaku bila melakukan kesalahan. Selanjutnya, setelah nilai itu tertanam dalam diri anak, maka itulah yang akan digunakannya sebagai referensi untuk bertindak dan mengambil keputusan kelak.

Kenyataan bahwa konsep benar dan salah atau moralitas adalah sesuatu yang dibentuk dari berbagai interaksi sejak usia kanak-kanak membuatnya menjadi sesuatu yang relatif. Yaitu tergantung lingkungan yang mempengaruhi seorang individu. Bisa jadi orang-tua, tetangga, teman-teman, guru, orang dewasa lain sampai dengan media cetak maupun elektronik yang dikonsumsi selama perkembangan individu tersebut. Disinilah yang kemudian membuat nilai moralitas kadangkala berbeda pada berbagai negara dan budaya. Dan itu pulalah yang menjadi tantangan bagi pemerintah untuk merubah paradigma yang sudah tercipta terhadap berbagai hal, khususnya penggunaan bahan bakar. Masyarakat kita selama ini sudah terbiasa menggunakan Premium, dan menganggap bahwa tidak ada yang salah dengan hal itu. Maka dari itu, sesungguhnya tugas kita dan pemerintah adalah bagaimana menciptakan kesadaran akan nilai moral dalam filosofi penggunaan Pertamax.

Sasaran dari pengubahan paradigma dari menggunakan Premium ke Pertamax memang para konsumen bahan bakar, yaitu masyarakat remaja dan dewasa. Untuk itu dilakukanlah kampanye penggunaan Pertamax yang dilakukan saat ini, seperti sosialisasi melalui media sosial, media cetak maupun elektronik, dan sebagainya sampai dengan kebijakan kewajiban penggunaan Pertamax untuk kendaraan BUMN. Namun, yang tidak boleh dilupakan adalah kampanye pada 'masyarakat kecil' (anak-anak) kita. Karena meskipun dampaknya tidak akan langsung terasa, karena mereka baru akan menjadi konsumen bahan bakar beberapa tahun kedepan; namun pada masa anak-anak inilah kita memiliki kesempatan yang besar untuk membentuk moralitas mereka. Kita memang belum tahu akan seperti apa kebijakan penggunaan bahan bakar di negara kita nantinya, bisa jadi beberapa tahun kedepan subsidi sudah sangat diminimalkan atau bahkan dihilangkan. Namun, tetap tidak ada salahnya mengedukasi anak-anak sejak dini akan nilai-nilai positif dari filosofi penggunaan Pertamax sebagai berikut:
  1. Mencintai sesama. Dengan menggunakan Pertamax, kita secara tidak langsung sudah membantu supaya dana subsidi hanya diberikan pada masyarakat yang membutuhkan. Disinilah letak nilai mencintai sesama tersebut.
  2. Rela berkorban. Kita semua tentu tahu bahwa harga Pertamax jauh lebih tinggi dari Premium, kurang lebih tiga kali lipatnya. Artinya, orang yang bersedia membayar harga tersebut adalah orang yang rela berkorban untuk sesama dan pembangunan bangsa.
  3. Kecintaan pada negara. Premium yang nota bene merupakan bahan bakar bersubsidi merupakan satu bentuk bantuan pemerintah kepada masyarakat kurang mampu. Bayangkan jika, masyarakat kelas menengah keatas sudah cukup sadar untuk menggunakan Pertamax, tentu anggaran untuk keperluan ini bisa dialihkan ke sektor lain. Misalnya untuk pemerataan fasilitas pendidikan di pelosok negeri.
Lalu bagaimana treatment yang tepat untuk menanamkan nilai kebaikan penggunaan Pertamax pada anak-anak ini? Tentu kita tidak bisa memperlakukan mereka sama dengan masyarakat remaja ataupun dewasa, karena memang tingkat penalaran yang berbeda. Supaya lebih efektif, penanaman nilai kebaikan dalam penggunaan Pertamax dapat dilakukan dengan media yang menyenangkan bagi anak-anak; yaitu:
  1. Cerita pendek, cerita bergambar, komik maupun film dengan muatan nilai-nilai kebaikan dalam penggunaan Pertamax.
  2. Diskusi interaktif di sekolah-sekolah yang dibuat seringan dan semenyenangkan mungkin sehingga anak-anak tertarik dan terhibur. Bisa juga menggunakan media boneka untuk mendongeng dan sebagainya.
  3. Mengadakan lomba menulis sederhana untuk anak, misalnya dengan tema ‘Mengapa Aku Memilih Pertamax’.
Contoh Cerita Pendek untuk Menjelaskan Perbedaan Premium dan Pertamax pada Anak-Anak

Melalui cara-cara di atas, kita akan bisa sedikit demi sedikit menanamkan kesadaran pada anak-anak bahwa menggunakan Pertamax adalah sesuatu yang baik. Dampak keberhasilan penanaman nilai kebaikan dalam menggunakan Pertamax mungkin tidak berpengaruh pada pola konsumsi bahan bakar di Indonesia dalam waktu dekat. Namun hal itu akan menjadi aset yang sangat berharga di masa depan; bersama nilai kebaikan yang tertanam di dalamnya seperti mencintai sesama, rela berkorban dan kecintaan pada negara. Sehingga Indonesia akan menjadi bangsa yang jauh lebih baik dan besar dimasa depan. 

Jadi, mari kita gunakan  Pertamax dan ajarkan kebaikan untuk anak-anak kita. Better Life with Pertamax for Better Indonesia!

*tulisan ini diikutsertakan dalam lomba blog #ApaIdemu pada http://pertamina-apaidemu.com/ ; @PertamaxInd dan Facebook Page PertamaxIND

Struk Pembelian Pertamax 15 Liter

With Love,
Nian Astiningrum

Referensi:
  1. PertaminaRetail.com. (2013). Bisnis Fuel Retail PT. Pertamina Retail: Produk. http://web.pertaminaretail.com/Profile/Business/1#tab2. Diakses tanggal 26 Desember 2013.
  2. Motorku.info. (15-02-2013). Apa sih Perbedaan Premium, Pertamax dan Pertamax Plus? http://www.motorku.info/apa-sih-perbedaan-premium-pertamax-dan-pertamax. Diakses tanggal 26 Desember 2013.
  3. HarianJogja.com. (05-11-2013). Jumlah Pengguna Pertamax Naik 20%. http://www.harianjogja.com/baca/2013/11/05/jumlah-pengguna-pertamax-naik-20-462714. Diakses tanggal 23 Desember 2013.
  4. CPI.Transparency.org. 2013. Ideographics: Visualising The Corruption Perceptions Index 2013. http://cpi.transparency.org/cpi2013/infographic/. Diakses tanggal 13 Desember 2013.
  5. OxfordDictionaries.com. 2013. Definition of Morality in English. http://www.oxforddictionaries.com/definition/english/morality. Diakses tanggal 20 Desember 2013.
  6. Sigelman, C.K. & Rider, E.A. 2012. Life-Span Human Development, Seventh Edition. Canada: Wadsworth.

Friday, December 13, 2013

Bersih-Bersih Menyambut Tamu ;)

Iya, tanggal 19 Desember 2013 nanti unit kami akan kedatangan banyak tamu! Dalam rangka Go Live IMAP; diantaranya Direktur Operasi Jawa-Bali-Sumatera, Direktur PT. PJB dan Manajer Sektor dalam satu unit induk. Karena itu, Jumat besok massa akan dikerahkan untuk bersih-bersih kantor dan lingkungannya. Bukannya kami tidak pernah bersih-bersih sih, cuma kalau mau kedatangan tamu seperti ini harus kami harus lebih serius berbenah dong…

Ehem, dan lagi-lagi saya pun kebagian tugas membuat pengumuman :D Seperti ini hasilnya…

Pengumuman Jumat Bersih Menyambut Tamu
Tanggal 13 Desember 2013
Program yg digunakan: Microsoft Publisher; CollorZilla
Fonts: Special Elite; Stencil; Broadway
Gambar diambil http://tanchengling.blogspot.com 

Untuk pengumuman kali ini, karena acara bersih-bersih dilakukan dalam rangka menyambut tamu, maka yang terlintas pertama kali adalah gambar sepasang bapak-ibu yang menggunakan baju adat. Awalnya, ingin menggunakan gambar sepasang bapak-ibu yang menggunakan pakaian adat Jogja; kebaya dan beskap lengkap dengan konde dan blangkonnya. Tapi, setelah dipikir-pikir, ini kan Sumatera Selatan ya… jadi saya mencoba mencari gambar sepasang bapak-ibu dengan pakaian adat Sumsel. Dan ternyata mencari gambar yang saya maksud dalam versi kartun itu cukup sulit. Kebanyakan dalam versi foto asli, yang menurut saya kok agak aneh menempatkan foto orang asli dalam pengumuman seperti ini. setelah googling beberapa menit, akhirnya ketemu gambar yang saya pakai ini.

Selanjutnya tinggal mencari kombinasi warna yang pas untuk gambar tersebut, dan seperti biasa, saya memakai palet dari design-seeds seperti ini:

Dried Hues by design-seeds 

Bagaimana? Cukup OK kan hasilnya? Kalau saya pribadi sih, komentar pengorder, “Pacak pulo bikin kato-katonyo…” itu cukup terasa sebagai apresiasi. Walaupun ada juga yang berkomentar, “Kok ada gambar pengantinnya…”, hihi :D. Baru setelah dijelasin kalau ini menggambarkan PLN Sektor Bukit Asam sebagai warga Sumsel yang menyambut tamu dia manggut-manggut.

OK lah, mari kita bersih-bersih menyambut tamu… But ups, pagi ini saya ke kantor sudah cukup pagi, kok teman-teman cewe malah pada asyik di ruangan. Hmm, mungkin karena area bersih-bersihnya di unit pembangkit, jadi cewe boleh absen ya… Hihi, kalau begitu kita manfaatkan untuk bikin postingan ini aja :D

With Love,
Nian Astiningrum
-end-

Monday, December 9, 2013

Ganesha’s First Durian Season

Sebenarnya bukan musim durian pertama sih, tapi ini adalah pertama kalinya Ganesh ikut menikmati perburuan mencari durian sampai akhirnya mencicip buah fenomenal itu :D

Malam itu sebenarnya sudah cukup larut, pukul 21:00 WIB, kami akhirnya memutuskan keluar untuk mencari durian. Awalnya sih berencana untuk mencari ke Muara Enim, karena malam sebelumnya kami sempat lewat banyak tumpukan durian yang menggiuarkan pada saat makan malam bertiga. Tapi, karena tidak ada tandem yang memadai untuk pesta durian, akhirnya suami memutuskan untuk mencari di pasar dekat rumah saja. Buat tombo kepengen saja, nanti lain kali ada partner baru benar-benar berburu ke Muara Enim. Hihi, kebetulan saya sudah tidak terlalu berminat dengan durian setelah beberapa tahun lalu KKN di wilayah penghasil durian, sehingga hampir tiap hari disuguhi buah itu.

Dari awal perjalanan, seperti biasa Ganesh sudah excited sendiri. Apalagi sampai di tempat dan mencium bau durian yang kuat, langsung dia berkomentar, “Bau duren ya Mama… Coba Mama cium…”, katanya sambil mengendus-endus. Begitu turun dan dihadapkan dengan tumpukan durian, dia beberapa kali ingin memegang dan mencium si buah berduri itu. Dan tentu saja saya larang demi keamanan, hihi, bagaimana kalau si duri itu nancep di hidung Ganesh coba. Karena cuma diijinkan menonton, sepertinya Ganesh sih bosan. Sampai, beberapa kali dia bertanya, “Mama, sudah belum?”, sementara Papanya masih asyik memilih durian yang mau dibeli. Sampai akhirnya dia benar-benar bosan dan menuju ke arah mobil :D. OK Ganesh, mari kita pulang, suami saya pun menyegerakan memilih durian-duriannya.


Papa sibuk milih durian, Ganesh observasi aja :D
No, you can’t touch that Ganesh…
Apalagi mau cium, big no-no ya!

Thursday, December 5, 2013

We Love Performing

Hmm, setelah dua hari penuh benar-benar tidak bisa beralih dari pekerjaan kantor untuk membuka jendela Microsoft Word dan menulis… Akhirnya hari ini ada sedikit waktu luang sebelum, ada deadline lain mendekat. So, saya ingin cerita sedikit tentang kegiatan kami bertiga semalam. Yes, we did some performing last night! Meskipun sedikit mengantuk, we did it great! Or at least we’re happy on that stage :D

Malam itu sebenarnya Ganesh sedang asyik nonton film nomor dua kesukaannya, ‘Finding Nemo’ (film kesukaan nomor satu masih ‘Cars’) dan saya sendiri bermalas-malasan nglungker di belakangnya sambil sesekali mengajak Ganesh ngobrol. Beberapa meter dari rumah, teman-teman saya sedang asyik bernyanyi di studio musik kantor. Oh ya, kami tinggal di komplek perumahan perusahaan, sehingga jarak kantor, rumah dan fasilitasnya relatif dekat. Beberapa kali sahabat saya mengirimkan pesan, merayu kami untuk ikut bergabung. Dan singkat cerita, setelah tarik ulur selama hampir dua jam, kami pun datang dengan bersemangat! Setelah dijanjikan bahwa keyboardisnya bisa main lagu ‘If I Ain’t Got You’-nya Alicia Keys. Ceritanya saya bosan, setiap kali ada acara semacam ini, pasti lagu yang nyambung cuma ‘Hero’-nya Mariah Carey ×_×.

OK, sampai disana, kami bertiga langsung disambut hangat oleh sahabat saya tersebut, kami duduk-duduk sebentar menikmati teman-teman yang bernyanyi, sampai akhirnya bisa naik ke panggung. Haha, jangan dibayangin panggung beneran ya, ini cuma studio musik kecil kok :D. Tapi, tidak masalah, we’re just enjoy performing. Yes, me and Ganesh together in that stage, like this


Menghayati sekali si Ganesh ya?
Tetott! Sayang sekali, dia sebenarnya sedang asyik 
mengamati kipas angin yang berputar-putar di atasnya :D

Sunday, December 1, 2013

‘Kudang’: Javanese Jig for Baby?

Karena bingung dengan definisi baku kata ‘kudang’ dari Bahasa Jawa, akhirnya saya beri judul tulisan ini seperti di atas. Saya tidak tahu, apakah pelafalan saya yang salah, ataukah memang kata ini belum terindeks di Kamus Bahasa Jawa yang ada, tapi saya benar-benar tidak menemukan arti kata ini melalui Google Search. Yang saya temukan malah ‘kudang’ itu diterjemahkan menjadi ‘sadly’ dalam Bahasa Inggris…

Bukan ‘kudang’ ini yang saya maksud :(

Dan sayang sekali, bukan ‘kudang’ itu yang saya maksud. ‘Kudang’ yang saya maksud adalah semacam senandung riang yang didendangkan oleh orang untuk bayi-bayi supaya mereka terhibur dan berjingkrak-jingkrak. Kalau menurut @KamusJawaID, 'kudang' itu diterjemahkan ke Bahasa Indonesia menjadi 'timang'. Nah, kalau ini lebih bisa diterima, hanya saja menurut saya 'kudang' itu memiliki melodi yang selalu ceria, sementara 'timang' tidak. Mungkin, teman-teman lain yang berasal dari Jawa khususnya Jogja bisa memberikan definisi yang lebih terbayangkan dari ini ya :D. Lirik dan melodi dalam kudangan sendiri tidak memiliki batas, mulai dari yang memiliki arti sampai yang hanya berupa bunyi-bunyian. Misalnya seperti ini: (dendangkan dengan ceria ya…) “Anak mama pinter banget! Anak mama pinter banget!” atau “Tak kintong kintong! Tak kintong kintong!”. Bagi yang tidak pernah tinggal di lingkungan Jawa kira-kira sudah bisa menangkap apa itu kudang belum ya? Hihi :D

Jadi ceritanya ada cerita spesial tentang kudang yang ingin saya dokumentasikan disni. Iya, karena dulu saya pernah dikudang dan sekarang pun ternyata juga saya seringkali mengkudang Ganesh dengan senandung gubahan saya sendiri. Beberapa waktu yang lalu, seorang paman yang saya panggil Om Dono menulis sebuah pesan melalui akun Google+ nya, seperti ini:

“Dikintong-kintong Mamak”
Kata-kata 'kintong-kintong' seringkali didendangkan
‘Mamak’ (panggilan Bude) untuk menenangkan saya