SOCIAL MEDIA

search

Monday, September 30, 2019

Inspirasi Rumah Minimalis: Memanfaatkan Sudut di Samping Tangga Sebagai 'Ruang Kerja'

Hayo teman-teman siapa yang rumahnya tergolong minimalis? Udah minimalis, tapi maunya banyak lagi… Hehe, kalau ini sih saya banget… 😂

Yah, sebagaimana generasi milenial pada umumnya yang hidup pada era dimana bumi mulai padat, kita memang harus menghadapi kenyataan bahwa harga tanah dan properti semakin tinggi. Karena ya luas tanah tidak mungkin bertambah, sementara manusia yang membutuhkannya semakin banyak.

Jadi, wajar jika kemudian ukuran rumah menjadi semakin kecil dan lebih berkembang ke atas alias bertingkat untuk mensiasatinya.

Dan itulah yang terjadi pada kami, dalam rumah yang memiliki luas bangunan sekitar 106 m2 dan terbagi terbagi menjadi dua lantai, serta meliputi lima kamar tidur, tiga kamar mandi, dapur, ruang tamu dan ruang keluarga. Memang tantangan kami dalam menata dan memilih interior untuk ruangan di rumah yang minimalis ini… Apalagi, ya itu tadi… kalau maunya banyak seperti saya… ✌

Sudah tahu rumahnya imut-imut… eh kok masih kepengen punya ruang kerja dan juga tempat yang proper untuk meletakkan buku-buku koleksi saya dan suami. Yang karena sudah kami kumpulkan sejak belum menikah, jumlahnya jadi lumayan banyak.

Keinginan ini menurut suami saya sih terlalu muluk-muluk dan kurang rasional sih, karena semua ruangan di rumah sudah memiliki fungsinya masing-masing. Yang ruang tamu lah, yang ruang laundry lah, semuanya lebih penting daripada sekedar ruang kerja yang sejatinya bisa dilakukan dimana saja.

Baiklah, memang benar sih, tapi bukan lantas saya yang mengaku seorang blogger ini menyerah untuk memiliki tempat spesial untuk menulis dan mencari inspirasi kan… Sebuah tempat yang selain fungsional juga nyaman dan juga indah secara visual supaya ide mengalir deras seperti air terjun… 😂


Dan alhamdulillah, harapan saya ini terkabul… Saat pertama kali melihat rumah kami rampung dikerjakan, mata saya tertuju pada satu sudut mati di samping tangga lantai dua. Sebuah sudut yang memang tidak terlalu luas, tapi menurut saya tidak terlalu sempit untuk kemudian tidak dimanfaatkan. 

Tempat yang jelas tidak akan terpakai kecuali untuk meletakkan ornament-ornament penghias rumah… Jadi, daripada sekedar berfungsi secara estetika, langsung terbayang di kepala saya, sudut itu dimanfaatkan untuk mewujudkan mimpi saya memiliki tempat kerja.

It's OK kita switch plan dari ruang kerja ke (sebut saja) sudut kerja kan… Namanya juga rumah minimalis, harus fleksibel dong…


Nah, kemudian setelah sekian lama utak-atik, jadinya seperti ini teman-teman… Bagaimana? Not so bad banget kan?



Konsep Graphical Pop

Penataan sudut kerja impian saya ini dimulai dengan menempatkan sebuah rak buku sederhana dengan dominasi warna putih dan hitam, serta sebuah meja belajar kecil yang saya lihat suka dipakai di sekolah-sekolah di Jepang berwarna abu-abu yang saya beli di Informa.

Saat itu, sesungguhnya belum ada gambaran jelas akan bagaimana penataan selanjutnya… Dan saya pun berbekal feeling dan kebutuhan kemudian menempatkan printilan-printilan lainnya; seperti wall planner, corkboard, kalender, dan lainnya. Yang ternyata didominasi dengan warna pastel dan garis-garis tegas…

Terus lho… lho… lho… kok jadinya keren begini ya… Garis-garis tegas dan warna-warna pastel ini ternyata pas banget dipadukan dengan konsep ruangan minimalis yang memang memiliki luasan terbatas. Warna pastel yang lembut menimbulkan kesan ruangan yang lega, sedangkan garis-garis geometri paduannya menciptakan spot-spot tegas yang unik dan menarik perhatian.

Dan akhir-akhir ini saya baru tahu kalau konsep ini dikenal sebagai gaya 'Graphical Pop' dalam dunia desain interior… yaitu konsep penataan rumah yang didominasi didominasi oleh garis-garis tegas dan geometris, nuansa hitam dan putih (monokrom), warna-warna pastel, serta diperkuat oleh furniture yang menampilkan rangkanya atau bermotif kayu.

Pas banget dengan meja kerja saya yang warnanya biru pastel, rangkanya nampak berbahan besi dan mejanya bermotif kayu… Rak buku berwarna dominan putih yang dipadukan dengan warna hitam… Serta corkboard berwarna kayu, wall planner berwarna pink pastel dengan garis-garis tegas, dan ornamen lainnya.

Berburu Furniture dan Aksesoris dengan Gaya Graphical Pop

Nah, dari sana saya jadi makin semangat merampungkan proyek sudut kerja favorit saya ini menjadi lebih nyaman secara fungsi dan visual dengan konsep Graphical Pop ini. So, saya pun memulai misi ini dengan browsing produk-produk Informa yang bisa dibeli online di ruparupa.com.

Kenapa pilihan saya jatuh pada Informa… Ya karena store ini mudah ditemui dimana saja, termasuk di Lampung yang notabene bukan kota besar ini. Saya hitung di website-nya sih kalau tidak salah ada 87 store yang tersebar di seluruh Indonesia. Dan lagi, kita bisa lho melakukan pembelian secara online dengan pilihan pengiriman melalui jasa logistik atau diambil di store yang available. Jadi, efisien banget kan… kita tinggal pilih produk yang kita inginkan, transaksi dan ambil di store pilihan kita.


Udah gitu, Informa ini lengkap banget! Mulai dari furniture besar seperti tempat tidur dan bahkan furniture set, sampai printilan kecil macam sendok dan garpu pun ada. Dari produk untuk ruang tidur, kamar mandi, dapur, kantor dan bahkan aksesori rumah tangga, semuanya ada di sini! Jadi, pada saat kita ingin mendesain suatu ruangan dengan look dan kebutuhan tertentu, ya jalan-jalan ke Informa… itu sudah solusi banget. Dijamin ide-ide dalam kepala kita akan ketemu solusinya…

Terus, ada Informa Rewards lagi… Yang benefit bagi member diantaranya adalah fasilitas gratis pengiriman, poin yang bisa digunakan untuk belanja, dan juga berbagai promo khusus untuk member.

Jadi, ya sudah lah… akhirnya saya mulai window shopping dulu melalui website Informa, karena belum punya waktu ke store-nya. Kemudian setelah printilan yang saya inginkan terkumpul, saya ajak suami ke store dan belanja langsung. Alasannya ya karena member Informa kami atas nama suami dan kalo belanjanya ngajak dia, otomatis bakal dibayarin kan… 😁

Suami juga seneng-seneng aja nemenin saya karena belanjanya ga makan waktu lama… Saya cukup tunjukin ke pramuniaga produk yang saya cari, langsung deh dia tunjukin tempatnya, dibantu pembayaran dan bawa pulang barangnya. Ga ada cerita suami bete nemenin istri belanja muter-muter, haha…😂

Dan Finally Hasilnya

Yup… dan finally, setelah menambahkan beberapa aksesoris untuk sudut kerja saya, hasilnya adalah seperti ini…



Make over yang paling mencolok itu ada di bagian sisi kanan dari rak buku yang semula kosong, dan karena inspirasi gaya 'Graphical Pop' kemudian saya tambahkan sebuah hiasan dinding besi hitam berbentuk kotak-kotak yang dipadukan dengan tanaman hias artifisial berwarna lembut dan juga foto-foto pribadi.


Oh ya, saya juga menambahkan sebuah hiasan dinding dengan motif kayu yang dipadukan dengan warna hijau pastel bertuliskan 'Do What You Love'… yang buat orang tipe-tipe melankolis macam saya ini mengena banget. Langsung deh foto yang dipajang adalah foto keluarga, anak-anak, dan juga pencapaian yang bagi saya cukup membanggakan yaitu menjadi pemenang XL Awards 2013 dan buku perdana berjudul Pedas Besai. Jadi deh semacam wall of fame yang membuat saya semangat setiap kali melihatnya.

***

Bagaimana… jadi makin cantik dan bikin semangat kan setelah di-make-over seperti itu… Kalau saya sih iya banget… Serius deh, rasanya makin semangat untuk duduk anteng disana dan menghasilkan tulisan atau membuat rencana-rencana untuk proyek-proyek pribadi saya.

Saya juga amaze ternyata sudut nanggung di samping tangga ini bisa disulap menjadi tempat yang semenyenangkan… Bukan buat saya saja, tapi bahkan suami saya pun hobi nongkrong di sini kalau lagi ada kerjaan yang harus diselesaikan.


Yes, sudut ini sekarang menjadi salah satu tempat favorit saya dan suami untuk berpikir dan menuangkan ide dalam bentuk rencana maupun tulisan. Karena, memang tidak dapat dipungkiri sih, tempat yang nyaman secara fungsi dan visual itu akan mendukung mood dan fokus kita dalam melakukan pekerjaan-pekerjaan kreatif.

Dan terakhir yang ingin saya sampaikan, bahwa kadang kita perlu berpikir out of the box dan juga melakukan riset untuk bisa mengoptimalkan kapasitas rumah minimalis kita supaya tidak hanya tampak cantik, tapi juga fungsional.


Demikian cerita saya ya… semoga bisa menjadi inspirasi rumah minimalis teman-teman semua…

With Love,
Nian Astiningrum
-end-

Thursday, September 19, 2019

Pengalaman Merawat Anak Muntaber dan Dehidrasi di Rumah

Weekend ini, rencana liburan memang belum tersusun jelas… hanya terselip rencana bahwa sore saya akan arisan ke sebuah resto yang ada kolam renangnya, sehingga suami berencana pun mengantar dan membawa anak-anak untuk sekalian berenang.

Sampai akhirnya, sore hari sepulang melayat dan anak-anak pulang dari main, kok dikabarin bude kalo barusan Mahesh muntah-muntah banyak dan badannya jadi agak demam… Duh, fixed ini, segala rencana buyar dan saya pun sibuk nungguin Mahesh yang jadi super manja kalau lagi sakit.

Baca:

Benar-benar seharian saya nungguin dia tidur, karena anaknya suka kebangun dan minta minum atau sekedar minta saya ngelonin. Huhu, bukan ga ikhlas, tapi sungguh gempornya nungguin sambil mikirin kerjaan-kerjaan yang belum beres itu bikin jenuh juga. Pikiran saya terbang kemana-mana dan teringat kejadian serupa sekitar 6 tahun yang lalu saat Ganesh mengalami muntaber parah hingga dehidrasi sedang.

Waktu itu, usia Ganesh masih menjelang 2 tahun dan kami masih tinggal di sebuah kota kecil (sekali) bernama Muara Enim. Yang rumah sakitnya cuma ada dua, dan yang satu malahan ga ada dokternya, terus satunya lagi kamarnya penuh.

Duh, sukses bikin kami stress tingkat tinggi… sampai-sampai saya dan suami bertengkar karena sama-sama pusing dan panik. Saya berusaha tenang untuk merawat Ganesh di rumah; sementara suami saking khawatirnya tetep keukeuh Ganesh harus masuk rumah sakit dan diinfus karena memang sudah lemes banget dan setiap minum langsung muntah.

Dan terkenang paniknya kami, kok jadi kepikiran untuk berbagi informasi ini pada kawan-kawan semua… Siapa tahu bermanfaat… So, kita mulai saja ceritanya ya… 

Kondisi Ganesh dan Diagnosa Dokter

Seperti yang saya ceritakan di atas, kala itu kondisi Ganesh sudah lemas karena berak cair berkali-kali dan muntah setiap kali makan atau minum. Anaknya sudah menampakkan gejala dehidrasi, seperti ingin minum terus-menuerus dan juga lemas. Yang ternyata pada saat kami bawa ke dokter, beliau mengatakan bahwa Ganesh mengalami muntaber yang mengakibatkan dehidrasi sedang.

Yup, 'sedang' kawan-kawan… belum berat, karena pada saat kulitnya ditekan masih kembali dengan cepat.

Menurut dokter, kondisi seperti ini memang lebih baik dirawat di rumah sakit dan dibantu infus… Tapi, berhubung rumah sakit penuh dan cuma ada kelas satu kamar isi 6 orang, yang menurutnya tidak baik untuk anak-anak, dia menyarankan untuk di rawat di rumah saja tapi tetap siaga.

Kemudian dokter meresepkan beberapa obat, menyarankan untuk menjaga asupan cairan, melarang minum susu dulu, dan memperbanyak istirahat untuk mempercepat pemulihan.

Sesuatu yang kedengarannya sederhana, tapi lumayan bikin tegang juga… karena dari 'sedang' akan menjadi dehidrasi 'berat' dengan cepat jika penanganan tidak berhasil… Apalagi ini batita, masih susah diatur buat minum obat, minum sedikit, dan sebagainya kan. Jadi, ya memang sedikit deg-degan juga…

Perawatan Ganesh di Rumah

Waktu itu, karena tidak mendapatkan kamar, kami sempat menelepon seorang teman yang bekerja di RS tersebut dengan harapan bisa dibantu untuk mendapatkan kamar. Namun, apa mau dikata, kamarnya memang benar-benar tidak ada, jadi kami tetap harus kembali ke plan B untuk merawat Ganesh di rumah saja.

Nah, teman kami (Tante Euis) ini lah yang kemudian menyempatkan diri menjenguk Ganesh di rumah, memeriksanya dan memberikan saran-saran bagaimana merawatnya.

Secara beliau ini kan perawat ya, sudah pasti biasa menangani kasus-kasus muntaber seperti ini… jadi tidak perlu diragukan lah ya validitas saran-sarannya, sehingga kami pun cukup percaya diri merawat Ganesh yang waktu itu perutnya sampai tipis banget saking setiap kali makan dan minum langsung muntah.

Nah, beberapa poin yang diajarkan pada kami oleh Tante Euis terkait penanganan pasien muntaber yang kami terapkan pada Ganesh adalah sebagai berikut…

➤ Memberikan air sedikit-sedikit secara berkala

Yup, inti dari perawatan kasus seperti muntaber seperti Ganesh adalah kesabaran. Anaknya memang memiliki hasrat untuk minum yang sangat tinggi, tapi kita tidak boleh serta merta menurutinya, karena justru akan menimbulkan mual dan muntah.

Karena itu, sebagaimana saran Tante Euis, saya memberikan cairan kepada Ganesh hanya 1 sendok makan saja setiap kurang lebih 5 menit.

Anaknya masih kecil kala itu, jadi pada saat terbangun langsung saya gendong dan ditelatenin diberi air putih setiap 5 menit sebanyak 1 sendok makan.

Benar-benar harus sesabar itu dan buang jauh-jauh yang namanya ambisi supaya anak minum banyak agar cepat sembuh. No… no… Fokus kita sekarang adalah berusaha memasukkan dan mempertahankan sebanyak mungkin cairan dalam tubuh anak, sembari dia recovery dan semakin kuat untuk menerima lebih banyak air.

Dokter sempat bilang, kalau cairan adalah hal yang sangat utama bagi manusia daripada makanan. Anak-anak bisa tahan tidak makan seharian (atau lebih), tapi dua jam saja kekurangan cairan akan langsung mengalami demam.

Jadi, kalo soal makan sih memang kami tidak terlalu merasa urgent untuk pemuliah pertama ini… Kalau anaknya pengen makan pun, ya kami berikan yang ringan-ringan saja macam biskuit marie. Baru beberapa saat setelah kondisi membaik, kami cobakan makan nasi sesendok atau dua sendok saja.

Oh ya, by the way… untuk kasus Mahesh, karena anaknya minta makan buah terus, setelah browsing artikel dari theasianparent.com, kami mencoba memberikan apel dan pisang yang alhamdulillah buah ini cukup ramah untuk perutnya dan tidak dimuntahkannya. Tapi, tetap ya, dengan jumlah kecil terlebih dahulu.

➤ Meminumkan obat pengurang mual dan obat yang diresepkan

Waktu itu, dokter meresepkan obat pengurang mual untuk Ganesh yang harus diminum beberapa kali sehari sebelum minum atau makan. Tujuannya, ya tentu saja supaya cairan atau makanan yang kita berikan tidak dimuntahkan lagi. Dan, ini cukup membantu kok… meski tetap ya, minum atau makannya harus dalam jumlah kecil tapi sering.


Satu lagi, Lacto-b… ini saya lupa sih memang diresepkan atau beli sendiri atas saran seorang teman. Yang saya baca sih Lacto-b ini adalah probiotik berbentuk bubuk yang berfungsi utama untuk mempercepat penyembuhan diare pada anak-anak. Dan untuk kasus Ganesh maupun Mahesh, memang serbuk dalam kemasan sachet kecil ini cukup membantu menguragi diare mereka.

Dulu, pertama kali yakin memberikan Lacto-b karena testimoni teman yang bilang kalau pas muntaber anak jangan dikasih susu dulu, tapi ganti dengan Lacto-b saja. Jadi semacam pengganti susu gitu…

Laku, pas baca komposisinya yang ada vitamin C, B1, B2, Protein, Lemak, dan kawan-kawan… kok merasa kalau dia layak dicoba untuk menggantikan asupan nutrisi-nutrisi tersebut, sementara anaknya tidak bisa makan seperti biasa.

Bukan iklan atau endorse ya… murni testimoni pribadi, hahaha…

➤ Memaksimalkan istirahat anak supaya tubuh lebih cepat pulih

Yes, and last but not least… langkah terakhir adalah berupaya memaksimalkan istirahat anak untuk memberi kesempatan tubuh memulihkan diri.

Dalam pengalaman saya, terkadang itu berarti harus menggendong anak selama tidur atau menemaninya sepanjang tidur supaya tidak gelisah dan mudah terbangun.

Ya memang lumayan repot sih… untuk kasus Mahesh, praktis saya seharian ga bisa ngapa-ngapain karena harus nemenin dia even pada saat tidur. Lima belas menit saja ditinggal, pasti anaknya sudah manggil lagi dan baru akan tidur kembali saat saya di sampingnya.

Capek memang… Tapi, make sense to do banget lah… karena dengan kita berada di sampingnya otomatis istirahatnya akan lebih berkualitas dan mempercepat penyembuhannya kan. Apalagi mengingat, nanti anaknya makin dewasa juga momen kaya gitu akan hilang dengan sendirinya. So, sisi melankolisnya adalah, ya kapan lagi kan kita nemenin anak kaya gitu kalau enggak sekarang pas dia masih kecil.

Progress Penyembuhan

Dalam kasus Ganesh maupun Mahesh, kemudian penyembuhan pun berjalan perlahan-lahan… Anak mulai berkurang intensitas diarenya, kemudian hari berikutnya mulai bisa makan yang lembek-lembek tanpa muntah, lalu makan nasi sedikit asal dikunyah lembut, dan akhirnya pulih seperti sedia kala.

Berapa lama… yah, kurang lebih semingguan lah proses recovery-nya…

Yah pasti ya sabar aja ya dan singsingkan lengan untuk memontokkan anak lagi setelahnya, karena sudah pasti badan anak-anak jadi lumayan tipis. Jangan sedih mengingat jerih payah membuat anak tampak berisi yang perlu waktu berbulan-bulan dan susutnya cukup waktu seminggu saja. Puk-puk… I feel you… Nanti setelah sembuh juga makannya beringas lagi kok…

Disclaimer

Dan kurang lebih seperti itu sih cerita kami menghadapi muntaber pada anak hingga dehidrasi sedang di rumah saja.

Dan sebelum mengakhiri cerita ini, saya ingin menegaskan bahwa maksud dari tulisan ini adalah semata untuk sharing pengalaman kami terkait penanganan anak muntaber… bukan untuk menggantikan peran dokter ya…

Lah, kami juga ke dokter kok sebelum akhirnya pulang karena kamar di RS penuh dan merawat Ganesh di rumah saja…

Siapa tahu, pun ada teman-teman yang mengalami kejadian dan kesempitan (tidak bisa dirawat di RS) yang sama, sehingga tulisan ini bisa membantu. Tapi, tentu saja kita pun harus benar-benar melakukan observasi pada kondisi anak selama perawatan…

Apakah intensitas diare dan muntahnya berkurang? Apakah asupan cairannya aman? Dan apakah gejala dehidrasinya semakin membaik?

Jika jawabannya 'tidak', tentu saja teman-teman harus kudu lari bawa anaknya ke dokter atau RS terdekat untuk ditangani dengan lebih intensif.

Kira-kira begitu ya teman-teman… semoga bermanfaat…

With Love,
Nian Astiningrum
-end-

Tuesday, September 10, 2019

Wisata Bersama Anak ke Hutan Pinus Mangunan Yogyakarta

Baiklah… seperti yang (mungkin) teman-teman tau, ini sebenarnya cerita lama… Judulnya sudah mengendap di draft lebih dari sebulan, tapi baru hari ini deh bisa dieksekusi. Hehe… Permasalahan klise emak-emak lah, super rempong dengan printilan family things, nulis blog gini harus niat banget ngadain waktu, baru deh kesampaian… Maaf, jadi curhat… 😅

OK… OK… kembali ke judul ya…

Jadi, sehari pasca Hari Raya Idul Fitri kemarin, saya dan anak-anak akhirnya bertandang ke Jogja untuk liburan. Liburan yang agak di luar rencana sebenarnya, karena sedari awal saya dan suami sepakat untuk stay di Lampung saja pada saat libur Lebaran dengan pertimbangan toko kue yang baru kami buka masih butuh pengawasan.

Namun, apa boleh buat… anak-anak ribut bener kenapa liburan ga kemana-mana, kapan ke rumah simbah dan sebangsanya… Kami pun memutuskan untuk liburan ke tempat simbah anak-anak bertiga saja; saya dan anak-anak.

Dan karena cuma bertiga, maka opsi yang dipilih ke Jogja tempat orang tua saya, bukan Probolinggo tempat mertua. Perjalanan ke Jogja yang hanya satu kali pesawat dan satu jam saja perjalanan darat dari bandara ke rumah… Jauh lebih ringan dari pada ke Probolinggo yang harus transit pesawat dan perjalanan darat dari bandara ke rumah masih sekitar empat jam. Sungguh tak sanggup rasanya saya sendirian membawa dua bocah tengil nan lasak itu…

Lalu… di Jogja kemana aja?

Hmm, di hari pertama jalan-jalan, saya memilih mengajak anak-anak ke Hutan Pinus Mangunan Yogyakarta.

Alasan pertama sih karena dua anak laki-laki saya ini hobi kegiatan fisik, petualangan dan penuh imajinasi… Jadi 'hutan' rasanya akan menjadi tempat yang penuh excitement bagi mereka. Biasanya kan mereka hanya mendengar gambaran hutan dari cerita kancil dan binatang kawan-kawannya, sekarang saatnya mereka tahu secara langsung rumah hewan-hewan dalam cerita ini. Yah, walaupun mereka ga akan benar-benar ketemu kancil disini sih…

Alasan kedua, mengenai budget… Yap, bayangannya sih berwisata kesini akan mensukseskan program penghematan yang saya canangkan… Tapi, benarkah demikian? Mari kita lanjutkan cerita jalan-jalan kami ke Hutan Pinus Mangunan ini…

Transport

Karena tidak ada mobil pribadi, kami pun memutuskan menggunakan jasa Grab Car sesuai rekomendasi adik saya… Ya, saya sih percaya saja, secara dia pasti lebih tahu perkembangan Jogja daripada saya yang sudah hengkang sejak sepuluh tahun lalu bukan. Yang, hmm, ternyata dalam kasus saya, terlalu percaya itu tidak baik… haha…

Driver Grab bisa sih mengantar sampai Hutan Pinus Mangunan, tapi menurutnya di atas akan sulit untuk mendapatkan mobil turun… Jadi, dia menawarkan untuk offline saja untuk perjalanan pulangnya. Untung abang drivernya nawarin, kalo enggak, bisa terlunta-lunta kami mau pulang kan…

Sang driver juga menyarankan supaya lain kali menggunakan opsi Grab Rent saja untuk keperluan wisata seperti ini… lebih nyaman karena tidak perlu cari ojol berkali-kali untuk pindah lokasi dan juga lebih ekonomis dibandingkan menggunakan rental mobil konvensional.

Untuk tarif Grab Rent dalam kota sendiri adalah 250K (4 jam), 350K (6 jam), dan 450K (8 jam). Sedangkan untuk tarif luar kota, Grab mematok harga 750K untuk 12 jam. Silakan dinilai, apakah ini memang lebih ekonomis, soalnya, saya sendiri belum pernah memesan rental mobil konvensional… alias yang mesenin selalu suami, hihi… *Dasar istri manja*

Kami sendiri untuk berangkat terkena tarif 150K karena memang lokasi cukup jauh, dan selanjutnya sampai di lokasi kami dikenakan tarif 350K untuk 6 jam selanjutnya. Jadi, setelah sampai puncak, driver pun stand by untuk mengantar kami ke lokasi-lokasi lain selama 6 jam.

Oh ya, mengenai jalan yang kami lalui… medan menuju Hutan Pinus Mangunan ternyata cukup menantang. Banyak tanjakan, turunan, belokan, dan kombinasi dua diantaranya. Jadi, kalau menurut saya sih, kalau driving skill teman-teman belum terlalu baik alias masih belajar, mending memang menggunakan jasa driver saja.

Wisata yang Tersedia

Saya pikir, Hutan Pinus Mangunan itu hanya satu tempat wisata. Tapi ternyata saya salah, di sini ada beberapa tempat wisata yang dikelola terpisah, dalam artian tiket masuknya berbeda dan lokasinya cukup berjauhan kalau ditempuh jalan kaki. Thanks God, tadi abang Grab-nya nyaranin offline sama dia, jadi kami bisa datangin lokasi lainnya tanpa ribet.

Nah, pertama, kami sepakat untuk mencapai lokasi wisata yang paling atas dulu, jadi, setelahnya kami tinggal turun. Sesuai dengan prinsip 'berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian' lah pokoknya. Kami pilih yang perlu lebih banyak usaha dulu…

Kawasan Hutan Pinus Dlingo

First stop alias tempat yang paling tinggi tadi dinamakan 'Kawasan Hutan Pinus Dlingo'…


Di sini, seperti yang saya bayangkan lah… ya hutan pinus gitu… sebuah area yang cukup berbukit-bukit dan ditumbuhi banyak pohon pinus. Dan as predicted kemudian anak-anak pun asyik mengumpulkan bunga pinus yang berjatuhan, hahaha… ga sia-sia jadinya bawa kresek gede. Meskipun akhirnya kegiatan mengumpulkan bunga pinus ini menjadi ajang kompetisi oleh anak-anak, dan kami bertiga (saya dan dua adik saya) pun harus ikhlas membantu mereka mengumpulkan bunga pinus. Hadeeeh…


Tapi, meskipun riweuh dengan permintaan anak-anak, tetep lah saya sempet untuk ambil beberapa foto dan main bunga tiup-tiup… *Itu lho, bunga rumput yang kalau ditiup akan beterbangan*

Kemudian… setelah sekian lama muter-muter dengan membawa kresek, akhirnya, kami pun berhasil membujuk anak-anak untuk menyudahi kompetisi mengumpulkan bunga pinus ini dan berpindah ke lokasi berikutnya.

Oh ya, tapi sebelumnya, sambil menunggu driver dari tempat parkir, kami sempat beli bakso tusuk di pinggir jalan, yang rasanya lumayan enak dan harganya juga murah, cuma 10K satu porsi.

Jadi, di pinggir jalan dekat parkir itu ada sebuah area terbuka yang ga terlalu luas, dan di sanalah banyak pedagang makanan. Mulai dari bakso tusuk, siomay, dan apa lagi ya… saya lupa, saking riweuhnya sama anak-anak 😅. Intinya, urusan perut, tidak perlu dikhawatirkan… Ada kok jualan makanan dengan harga yang relatif terjangkau di sekitar lokasi, meski pilihannya memang tidak terlalu banyak.

Seribu Batu Songgo Langit

Dan… pemberhentian selanjutnya adalah Kawasan Seribu Batu Songgo Langit…


Kenapa disebut seperti itu, tampaknya karena di area ini memang banyak sekali batu besar (dan juga kecil), lebih mendominasi dibandingkan pohon pinusnya. Selain juga bangunan-bangunan unik yang disebut rumah hobbit dan juga wahana flying fox melintasi bebatuan.



Jadi, yang bisa kita lakukan di sini adalah (tentu saja) jalan-jalan menikmati pemandangan yang begitu alami dan hijau, mengambil foto di tempat-tempat yang unik, dan tentu saja main flying fox

Bayar permainan flyng fox-nya juga ga mahal kok, cuma Rp. 15.000,- satu kali angkut yang berat maksimalnya 180 kg. Jadi kalo anak-anak takut sendirian, bisa tandem sama orang-tua atau orang dewasa lainnya. Karena tidak ada batasan umur dalam wahana ini, asalkan berani akan diangkut…

Di sini, karena sudah terlalu capek, kami tidak mengeksplore seluruh area yang ada… benar-benar cuma jalan-jalan menuju tempat pemberhentian flying fox untuk menunggu Ganesh yang meluncur dari tebing seberang.


Budgetary

Biaya di kawasan wisata ini sebenarnya sangat terjangkau. Tiket masuk masing-masing area hanya Rp. 3.000,- saja, tiket flying fox hanya Rp. 15.000,- saja setiap kali main, dan jajanan di sekitar area juga cukup terjangkau.

Adapun yang sebenarnya cukup menguras kantong itu sebenarnya transport menunju ke lokasi. Sebenarnya kalau punya kendaraan sendiri dan driver yang handal, selesai sih permasalahan… Tapi, jika tidak, ya harus menyiapkan budget sendiri untuk menyewa mobil, baik konvensional maupun online, karena jika tidak diminta menunggu ya kita bakalan repot kalau mau pindah lokasi atau pulang… secara di atas tidak ada kendaraan umum dan ojek online pun kabarnya sulit ditemukan.

Ya kalau lagi beruntung, bisa jadi bisa dapet karena ada ojol yang habis ngedrop penumpang terus nyangkut ke kita sih… Tapi, ya tentu kita ga mau gambling lah ya…

Nah, sebagai gambaran, budget yang diperlukan untuk menyewa mobil via Grab Rent itu sekitar 250K (4 jam), 350K (6 jam), dan 450K (8 jam). Beda lagi dengan sewa mobil konvensional ya… bisa jadi lebih mahal atau lebih murah tergantung dengan tipe mobilnya.

Kesimpulan

Over all, saya dan anak-anak suka sekali tempat wisata ini… Anak-anak super excited dengan wisata alam yang disajikan di sini; berjalan menyusuri hutan pinus, mengumpulkan bunga pinus, mencari dan bermain dengan bunga tiup-tiup, sampai main flying fox.

Next time ke Jogja, kayaknya bakalan ke sini lah pokoknya… Masih banyak area-area, terutama di Seribu Batu Songgo Langit yang belum kami jelajahi. Dan nanti kalau kesini lagi, saya pastikan deh pakai sneakers yang nyaman, karena kemarin itu pakai loafer, rasanya masih kurang nyaman karena medannya yang memang cukup berat.

Dan satu lagi… harus pakai celana, biar bisa manjat-manjat ke rumah pohon yang dibuat untuk tempat berfoto.

***

Yap, kurang lebih seperti itu cerita saya bersama anak-anak bertandang ke kawasan Hutan Pinus Mangunan Yogyakarta beberapa waktu lalu. Semoga bermanfaat untuk teman-teman semua ya…

With Love,
Nian Astiningrum
-end-

Tuesday, September 3, 2019

Two Days Staycation di Hotel Radisson Bandar Lampung

"Mama, kapan sih kita berenang?" tanya Ganesh berkali-kali… Yang berkali-kali juga saya jawab, "Nanti ya Anesh, nunggu Papa… soalnya Mama itu ga bisa berenang, kalo nanti Anesh kenapa-kenapa Mama ga bisa nolongin…"

Yup, ini adalah tahun kedua Ganesh ikut ekskul renang di sekolahnya, dan beberapa kali dia bercerita kalau dia sudah bisa berenang, sudah bisa tiduran di air, atau menahan napas di dalam air sampai 100 detik. Itu kenapa dia ingin sekali kami menyaksikan kemampuan barunya ini. Dan sedihnya, kami belum bisa mewujudkan keinginan Ganesh ini dengan dalih kesibukan… teman-teman tahulah yang sibuk siapa dari cerita saya ya…

Hingga, akhirnya kemarin, sekitar sebulan setelah pertama kali request Ganesh, rencana untuk berenang pun terealisasi, lengkap dengan bonusnya… Yeay, suami ngajak staycation sehari di Hotel Radisson Bandar Lampung!

About The Hotel

Hotel Radisson Bandar Lampung yang baru soft launching pada tanggal 2 Mei 2018 ini terletak di daerah Kedaton, tepat di sebelah Mall Boemi Kedaton, yang notabene adalah salah satu dari dua mall terbesar di Lampung.

Mengenai fasilitas, yah, tidak diragukan lagi ya… dengan label bintang empat bertaraf internasionalnya; hotel ini dilengkapi dengan kolam renang, restaurant, Ballroom, Settings Room, Fitnes Center, Sky bar, dan sebagainya. Jadi, bisa dibilang ini hotel yang sangat ideal untuk staycation alias males-malesan ngendon di hotel ya…

Mau santai di kamar hayuk, mau berenang atau olah-raga bisa, mau window shopping ke mall juga tinggal jalan kaki aja karena emang ada connecting-nya.

The Room


Karena ini di Lampung, interior di setiap kamar bernuansa khas kain tapis dengan warna yang berbeda-beda.

Kok tahu kalau warnanya beda-beda, yah karena di hari kedua kami sempat pindah kamar karena lantai tempat kami menginap akan di fogging.

Nah, di kamar pertama, tapisnya warna biru seperti di atas… Sedang di hari kedua, warna tapisnya orange.

Saya pribadi suka banget sih dengan konsep interior kamar terutama sofa besar yang cukup luas untuk dijadikan tempat tidur… Maklum ya, soalnya kami berempat, jadinya tempat tidur ukuran king pun masih kurang luas…

Dan juga lighting-nya… Jadi, di setiap titik-titik strategis, seperti meja kerja dan tempat tidur (bagian kepala) itu ada lampu sorot dari atas yang berguna untuk memudahkan membaca atau bekerja, meskipun orang-orang sudah mau tidur dan lampu utama sudah dimatikan.

Untuk kebersihan, sudah tidak perlu komentar ya… untuk kelas hotel bintang empat, kebersihan sudah pasti menjadi perhatian, ditambah hotel ini masih sangat baru, tak ada komplain sama sekali tentang kebersihan.



Restaurant


OK, sebenarnya ini bukan lah pengalaman pertama kami… Pada saat Bulan Ramadhan bulan Juni lalu, kami pernah mengundang teman-teman untuk buka puasa bersama sekaligus acara farewell suami yang pindah dari tempat kerjanya. Secara baru saja dibuka, jadi waktu itu masih ada diskon lumayan yang bisa dimanfaatkan… jadi, kenapa tidak kan…

Dan sebagaimana pengalaman kami sebelumnya, over all kami cukup puas dengan pelayanan dan (terutama) hidangan yang disajikan di restaurant Hotel Radisson Lampung ini. Makanannya enak dan variasinya pun banyak.

Untuk sarapan, beberapa menu yang sempat saya amati adalah masakan dasar Indonesia (nasi putih, nasi goreng, ayam sambel, dendeng sapi, dan sebagainya), roti dan pastry, buah-buahan, serta yang paling terlihat bling-bling itu adalah counter dimsum, steam boat dan bakpao… Sebagaimana hotel-hotel berbintang lain pun memiliki ciri khas tersendiri, tampaknya counter ini adalah ciri khas dari Hotel Radisson Bandar Lampung ini.

Mengenai rasanya, menurut subjektif saya sih enak… saya suka baksonya yang lembut serta bakpaonya yang empuk dan disajikan hangat.




Lobby Bar and Lounge


Hihi, kalo bagian ini, saya ga bisa komentar banyak soalnya cuma liat sembari nunggu suami yang baru mau nyusul.

Yang jelas, kalau dari sisi visual sih kelihatan sangat klasik dan nyaman sekali… Cocok untuk tempat nongkrong dan ngobrol dengan teman sejawat.

Kolam Renang


Ini nih tujuan utama kami… berenang! Dan alhamdulillah, kolam renangnya cukup memuaskan…

Konsepnya memang bukan yang wow banget macam di roof top atau gimana gitu sih… tapi tempatnya cukup nyaman dan child friendly kok. Tuh, liat kan ada pancuran bentuk jamur di area kolam renang pendek yang diperuntukkan untuk anak-anak.

Dan dengan setting kolam renang yang seperti ini, saya jadi tidak terlalu was-was sih membawa anak umur 4 tahun dan 8 tahun sekaligus. Si Adik bahagia main air di kolam renang yang dangkal, sementara sang Kakak heboh berenang di kolam renang yang dalam… Yah, di pinggirannya aja sih, soalnya saya takut dia kenapa-kenapa, berhubung saya tidak bisa berenang.

Tapi, setelah paginya anak-anak berenang dengan papanya, baru saya tahu, ternyata Ganesh memang belum berani berenang jauh ke tengah, hahaha… "But. it's OK, little by little Anesh… Sekarang otak bagian atas Anesh masih dibajak sama otak bagian bawah, kita sama-sama bantu otak bagian atas mengendalikan otak bagian bawah Anesh ya…"

Bingung kita ngobrolin apa… boleh baca post di bawah ini…

Baca juga:


Yess… mission complete… Misi Ganesh untuk berenang dan Mahesh untuk main air beres, misi mamanya untuk santai sejenak tanpa mikirin rumah berantakan dan masak tuntas, dan papanya pun bisa nyambi kerja sembari kami liburan. Hehe… yah gitu deh, kadang memang hidup itu harus serba berstrategi kan supaya banyak yang bisa dibereskan dan diselesaikan…

Daan… kembali ke Hotel Radisson Bandar Lampung, kami sih puas banget… Nanti-nanti kalo ada promo lagi, pengen deh liburan kesini lagi. Tapi, tentunya juga tidak dalam waktu dekat lah, nanti jadi males balik ke dunia nyata kalo kebanyakan liburan…

Yah, itu sih saya… hihi… kelamaan santai biasanya terus butuh waktu buat tune in lagi ngurusin keriweuhan sehari-hari.

With Love,
Nian Astiningrum
-end-