“Big is beautiful”
“Ga papa gendut, yang penting sehat…”
Dst.
Adalah beberapa kalimat yang seringkali kita dengar berkaitan dengan bentuk tubuh besar, ‘gendut’ atau ‘gemuk’. Kalimat yang mungkin adalah bentuk empati agar si pemilik tubuh besar tetap berpikiran positif dan bahagia. Kalimat yang sungguh tidak salah sedikit pun jika ‘big’ yang dimaksud tidak melampaui berat badan ideal seseorang. Namun menjadi salah, jika kalimat ini digunakan sebagai pembenaran atas berat-badan-berlebih yang dialami seseorang, sehingga orang tersebut tidak memperbaiki pola hidupnya menjadi lebih sehat.
Obesitas sebagai dampak dari pola hidup tidak sehat, faktanya bisa menyebabkan berbagai penyakit kronis. Misalnya yang dialami Yunita Maulidia (16 tahun) dengan bobot 125 kg, yang harus menjalani perawatan medis karena komplikasi jantung. So, berat-badan-berlebih bukan hanya masalah penampilan, tapi menyangkut kesehatan!
***
Berbicara mengenai penyakit jantung, pada tahun 1990-an, mungkin banyak dari kita yang sebatas mengenalnya melalui televisi. Mungkin melalui sinetron yang menampilkan adegan seorang paruh baya yang kesakitan memegangi dada sebelah kanannya karena serangan jantung. Kala itu, penyakit jantung masih tergolong langka dan belum masuk ke dalam daftar 10 besar penyakit penyebab kematian di Indonesia. Berbeda dengan sekarang, dimana penyakit jantung telah menempati peringkat kedua!
Ada banyak penyebab penyakit ini. Beberapa memang tidak bisa diubah (seperti bawaan, etnis dan usia), tapi beberapa lagi adalah faktor yang bisa di-treatment atau dicegah, sebagai berikut:
FAKTOR RISIKO
|
TREATMENT/PENCEGAHAN
|
1. Tekanan darah tinggi (hipertensi)
Disebabkan oleh faktor genetik, pola
makan tidak sehat, obesitas dan kurangnya aktivitas.
2. Kadar lemak dalam darah
Kadar
kolesterol total, Trigliserida dan Low-Density Lipoprotein (LDL) yang tinggi;
serta rendahnya kadar High-Density Lipoprotein (HDL) akan meningkatkan risiko
serangan jantung.
3. Pola makan yang tidak sehat
Konsumsi
makanan berlemak jenuh tinggi seperti daging merah, mentega dan keju akan
meningkatkan risiko penyakit jantung dan stroke.
4. Berat badan berlebih (obesitas)
Merupakan
faktor risiko mayor untuk penyakit jantung dan berpotensi menyebabkan
diabetes yang juga meningkatkan risiko penyakit jantung.
5. Diabetes tipe 2
Terjadi saat pankreas tidak mampu
membuat cukup insulin untuk menjaga gula darah pada level normal. Faktor
paling signifikan pada diabetes tipe ini adalah obesitas.
6. Kurang aktivitas fisik
Meningkatkan
risiko stroke dan serangan jantung
sebanyak 50%.
7. Konsumsi alkohol
Secara
berlebihan akan membahayakan otot jantung.
8. Konsumsi tembakau/merokok
Terutama
jika dimulai sejak usia muda, secara berlebihan dan dilakukan oleh wanita.
9.Stress
|
1.Menjaga pola makan
a.
meningkatkan asupan buah dan sayur
b.
mengurangi asupan karbohidrat dan gula, garam, serta
makanan berlemak jenuh tinggi (seperti daging, mentega, dan keju)
2. Olahraga
3. Menghindari atau menjaga konsumsi alkohol pada batas
aman
4. Tidak/berhenti merokok
Berhenti merokok akan menurunkan
risiko penyakit jantung berapa lama pun kebiasaan ini dilakukan.
5. Manajemen stress
Curhat pada teman atau buku harian,
serta berserah diri kepada Tuhan adalah beberapa cara meredakan stress
|
Ya, salah satu cara mencegah penyakit jantung adalah dengan menjalani hidup sehat…
Menjalani hidup sehat sendiri, memang ada suka dukanya, hingga terkadang orang lebih suka mengabaikannya. Namun, mengingat semua itu penting, lebih dari sekedar untuk mendapatkan penampilan yang menarik secara estetik, tapi agar kita terhindar dari berbagai penyakit, termasuk penyakit jantung. Yang notabene adalah penyakit yang tidak hanya akan merenggut kenikmatan hidup kita, tapi bahkan bisa menimbulkan korban jiwa. Maka alangkah baiknya jika kita mulai memantapkan hati, membuang jauh-jauh doktrinasi pembenaran yang melenakan dan segera menjalani hidup yang lebih sehat.
“Big is beautiful.” Bisa jadi… karena kecantikan itu sifatnya relatif. Tapi ingat, faktanya obesitas bisa menimbulkan berbagai masalah kesehatan kronis, termasuk penyakit jantung.
“Ga papa gendut, yang penting sehat.” Normalnya gendut dan sehat adalah hal yang bertentangan. Si A berat badannya ideal, tapi sakit-sakitan, sementara si B obesitas tapi lebih sehat… bisa saja… Karena banyak faktor lain yang menentukan kesehatan seseorang, bukan masalah berat badan saja. Tapi, diingat-ingat pada diri sendiri, lebih sehat mana saat memiliki berat badan ideal atau berlebihan…
Jadi, hati-hati ya menggunakan kalimat-kalimat tersebut sebagai bentuk empati. Ada baiknya, kita pun menyertakan edukasi di dalamnya sebagai penyeimbang, supaya tidak ‘menjerumuskan’ seseorang pada kesalahan yang bisa berdampak fatal. Misalnya, “Gendut itu cantik kok, tapi kamu harus tetap jaga berat badan ideal lho… karena itu bisa membahayakan kesehatan.”
Trend pola hidup yang berkembang, banyak diikuti dan dinilai keren saat ini memang cenderung kurang bersahabat dengan kesehatan; sebut saja kuliner yang tinggi lemak dan kalori, merokok serta minum minuman beralkohol. They may cool; tapi ingat, faktanya semua itu akan membahayakan tubuh kita… dan menderita penyakit kronis seperti itu tentu bukan sesuatu yang cool bukan?
Jadi, jika kebetulan kita merasa memiliki pola hidup yang kurang sehat, act now! Be bold untuk memulai dan tetap menjalani hidup sehat:
- Berani mengambil risiko yang mungkin terjadi, termasuk saat dianggap aneh atau tidak keren karenanya,
- Percaya diri meskipun harus menjadi minoritas,
- Bertekad kuat untuk menjalani hidup sehat dengan segala tantangan dan godaannya.
Tetap jalani pola hidup sehat, demi kesehatan kita, demi menjaga kesehatan jantung yang menyokong hidup kita.
With Love,
Nian Astiningrum
-end-
Readings:
- Net.Z. 2016. Yunita, Gadis 16 Tahun Berbobot 125 kg. https://netz.id/news/2016/09/16/00516-01316/1012160916/yunita-gadis-16-tahun-berbobot-140-kg. Diakses tanggal 20 September 2016.
- Pikiran Rakyat. 2016. Hasil Survey, Stroke Sebagai Pembunuh Nomor 1.http://www.pikiran-rakyat.com/nasional/2016/04/07/hasil-survei-stroke-sebagai-pembunuh-nomor-1-366081. Diakses tanggal 9 September 2016.
- World Heart Federation. 2016. Cardiovascular Disease Risk Factors. http://www.world-heart-federation.org/cardiovascular-health/cardiovascular-disease-risk-factors/. Diakses tanggal 9 September 2016.
- World Heart Federation. 2016. Hypertension. http://www.world-heart-federation.org/cardiovascular-health/cardiovascular-disease-risk-factors/hypertension/. Diakses tanggal 22 September 2016.
- World Heart Federation. 2016. Diabetes. http://www.world-heart-federation.org/cardiovascular-health/cardiovascular-disease-risk-factors/diabetes/. Diakses tanggal 22 September 2016.