SOCIAL MEDIA

search

Thursday, December 25, 2014

Aplikasi Pemantau Perkembangan Bayi dalam Kandungan

Kehamilan sudah pasti merupakan momen yang begitu membahagiakan bagi banyak pasangan. Bagaimana tidak, setelah kurang lebih sembilan bulan sepuluh hari masa kehamilan itu, nantinya akan hadir seorang makhluk kecil yang ditunggu-tunggu. Iya, sembilan bulan sepuluh hari, atau 40 minggu adalah waktu yang kurang lebih dibutuhkan untuk bayi kita untuk berkembang di dalam rahim, sebelum akhirnya lahir dan hidup di dunia luar. Sembilan bulan sepuluh hari, yang dinanti dan kadang menimbulkan rasa penasaran akan apa yang terjadi di dalam kandungan kita bukan? Sudah sebesar apa bayi kita, seperti apa pertumbuhannya, mengapa kita mengalami kondisi-kondisi fisik tertentu serta apa yang perlu dilakukan saat ini; tentu adalah hal yang menjadi perhatian seorang calon ibu (dan juga ayah).

Untuk menjawab rasa penasaran tersebut, kita bisa mendapatkan informasi dari berbagai sumber; memanfaatkan sesi konsultasi dengan Dokter Spesialis Kandungan, informasi dari berbagai media (terutama internet yang menyediakan informasi nyaris tanpa batas) maupun sharing dengan teman yang lebih berpengalaman. Dan sekarang, selain cara tersebut, dengan perkembangan teknologi, kita pun bisa mendapatkan informasi dengan mudah mengenai perkembangan bayi kita di dalam kandungan minggu demi minggu dan saran harian sesuai usia kandungan kita melalui sebuah aplikasi yang sangat informatif, bernama ‘My Pregnancy Today’.

Thursday, December 18, 2014

Baju Hamil Ibu Bekerja

Hamil itu… disamping penuh tantangan; seperti morning sickness bagi beberapa orang, perut yang semakin membesar dan berat yang kadang berimbas pada kenyamanan, serta bahwa kita harus lebih berhati-hati dalam hal makanan dan kosmetik yang digunakan. Tapi, menurut saya ada banyak kesenangan dibalik momen selama kurang lebih sembilan bulan itu. Yang paling utama tentu merasakan pertumbuhan anak kita dari hari kehari di dalam rahim kita; lalu  perhatian suami, keluarga dan teman-teman di sekitar kita yang semakin hangat; dan juga lebih longgarnya peraturan berpakaian pada masa ini, hehe :D. Lagi-lagi ini menurut saya sih :p.

Pada saat hamil, seiring bertambah besarnya perut, saya boleh-boleh saja dan tanpa rasa bersalah pergi ke kantor dengan berbagai variasi baju dan tanpa seragam untuk Hari Senin dan Kamis! :D. Oh ya, tentu saja, itu bukan berarti bisa pakai baju yang biasa kita pakai di rumah atau ke mall ya :D. Tapi, dengan tetap memperhatikan kaidah kesopanan dan kesan profesional, rasanya pada saat hamil kita menjadi lebih leluasa memakai baju-baju yang ‘tidak biasa’. Baju-baju yang pada saat tidak hamil akan membuat orang berpikir kalau kita salah kostum, sekarang mereka malahan berkomentar, “Anaknya cewe ya… bajunya cantik deh…” Hihi, iyalah, bajunya aja yang cantik :D. Ah, tapi terlepas dari komentar orang dan apakah kostum kerja saya pada saat hamil memang terlihat eye catchy, saya jelas sangat menikmati kesempatan ini.

***

Bagi beberapa orang, mungkin berpikir kalau beli baju hamil itu sedikit mubadzir ya… “Kita kan ga hamil terus, jangan banyak-banyak beli baju hamil…” itu adalah pesan seorang teman dulu, dan saya sedikit banyak setuju dengan pendapat itu. Saya hanya membeli item esensial seperti celana hamil sebanyak empat buah dan dua buah baju hamil yang kebetulan sedang sale saat itu, sehingga harganya cukup ‘miring’. Selebihnya, saya lebih suka menggunakan baju-baju dengan cutting besar dan loose di bagian dada ke bawah (semoga istilahnya benar :D), jadi baju-baju ini masih bisa dipakai pada saat tidak lagi hamil. Lebih irit dan tidak mubadzir kan? Apalagi, baju hamil yang lucu-lucu itu mahal! Sayang kalau cuma dipakai sembilan bulan saja :D.

Thursday, December 11, 2014

Tentang Marah Pada Anak

Malam itu rasanya sedih sekali :(. Baru saja, saya terpancing dengan kerewelan Ganesh dan memarahinya. Sampai akhirnya dia menangis, dan saya semakin terpancing hingga mencubitnya dan dia berteriak, “Sakit…”. Kemudian setelah itu, saya lihat jelas, air matanya bercucuran… betapa sakit hatinya dia, mama yang dicintainya, memarahinya dan kemudian mencubitnya! Di matanya terlihat jelas bagaimana hatinya hancur, dan semua itu pun serta-merta membuat hati saya pun hancur, “Kenapa harus se-ekstrim itu reaksinya? Harusnya aku bersabar, dia kan hanya seorang anak kecil, dia bahkan tidak berniat membuatmu susah, sedih atau marah seperti tadi…” Tapi semuanya sudah terlanjur… Dan saat akhirnya dia tertidur, memandangnya, membuat penyesalan itu semakin membuncah,  “Maafkan Mama Nak…”

***

Secara psikologis, 'marah' (anger) didefinisikan sebagai emosi yang ditandai dengan sikap antagonis kepada seseorang atau sesuatu yang mengganggu kita. Sesungguhnya marah sendiri, bukan sesuatu yang selalu negatif, hanya saja emosi marah yang berlebihan atau terlalu kuat memang akan relatif berdampak negatif, karena membuat kita kesulitan berpikir secara logis dan berpengaruh pada kondisi fisik kita; misalnya detak jantung semakin kencang1.

Nah, karena definisi di atas, menurut saya marah pada anak sendiri dapat dibedakan menjadi dua macam; pertama adalah marah dengan intensitas yang wajar berisikan pesan ketegasan dan kedua adalah marah dengan intensitas yang berlebihan yang berisikan pesan emosional, kebencian dan ketidakpedulian pada perasaan anak. (Seramnya marah yang kedua ini ya x_x). Marah dalam intensitas yang wajar sebagai wujud reaksi tegas mungkin ada kalanya diperlukan dalam proses mendidik anak, karena lebih banyak melibatkan logika dan sangat minimal melibatkan aspek emosi. Dengan demikian, diharapkan akan membuat anak menyadari perilakunya yang tidak baik, namun tidak sampai membuatnya kecewa dan sedih. Sedangkan marah yang berlebihan sehingga mengurangi kemampuan kita berpikir secara logis, sebisa mungkin harus dihindari. Karena rawan membawa kita pada tindakan yang cenderung tidak terkendali dan ekstrim, dengan demikian dapat menyakiti perasaan anak.