SOCIAL MEDIA

search

Thursday, October 31, 2013

Ekspedisi 68

Inginnya sih begitu judul acara jalan santai yang akan diadakan pada Hari Jumat tanggal 1 November 2013 nanti. Jalan santai yang akhirnya disebut “Jalan Sehat” ini diadakan dalam rangka memperingati Hari Listrik Nasional ke 68 tanggal 27 Oktober 2013 lalu. Rutenya cukup pendek, yaitu dari Gedung Serba Guna PT PLN (Persero) Sektor Pembangkitan Bukit Asam menuju ke unit pembangkit yang berjarak 1 Km dan dilanjutkan tawaf mengelilingi area pembangkit yang menurut perkiraan saya berjarak 1 Km. Pesertanya sendiri cukup banyak; yaitu Pegawai dan keluarga, serta Tenaga Alih Daya… yah, prediksi saya sih ada lebih dari 300 orang yang akan berderet menyusuri jalanan pada hari itu. Dalam bayangan saya, keadaan itu seperti sekumpulan penduduk pada jaman berburu dan meramu (pelajaran sejarah SMA) yang sedang mencari lokasi baru untuk menetap :D. Penuh misteri, tantangan dan hal baru… kata ‘ekspedisi’ sangat sesuai menurut saya…

Pengumuman “Jalan Sehat”
Jumat, 1 November 2013 
Program yg digunakan: Microsoft Publisher & CollorZilla
Fonts: Missed Your Exit; Archistico; Another Typewriter
Gambar diambil dari: http://khongthe.com/

Yah, walaupun akhirnya ‘Ekspedisi 68’ akhirnya secara sukarela saya ganti menjadi ‘Jalan Sehat’ untuk mempercepat penangkapan pesan oleh khalayak; ide awal yaitu ‘peta tua’ masih saya pertahankan untuk desain ini. Peta tua, sudah pasti identik dengan warna kertas tua yang krem kecoklatan termakan usia, jadi saya memilih kombinasi warna ini:

Color Stare by Design-Seeds

Hasilnya, sangat memuaskan tentu saja (memuji karya sendiri :D). Kesan tua dan misterius yang saya inginkan cukup kental dalam desain ini. Sekarang tinggal memikirkan akan ikut memeriahkan acara itu atau tidak. Lokasi start di Gedung Serba Guna ini sebenarnya tepat di belakang rumah saya, tapi untuk berangkat jam 06:30 itu berarti saya harus merelakan waktu mandi dan makan pagi Ganesh :(. Hmm, mari kita pikirkan malam ini…

With Love,
Nian Astiningrum
-end-

*Gambar: http://khongthe.com/wallpapers/abstract/old-world-map-n-ship-246398.jpg

Monday, October 21, 2013

Mendidik Seorang Pemimpin: It Takes a Village…

Dulu semasa mengikuti kuliah Psikologi Perkembangan, dosen saya pernah bercerita bahwa untuk mendidik seorang anak menjadi seorang pribadi yang utuh sungguh bukan pekerjaan yang sederhana. Beliau waktu itu menggambarkan untuk mendidik seorang anak membutuhkan ‘penduduk sebuah desa’, sebagaimana buku karangan Hillary Clinton pada tahun 1996; ‘It Takes a Village: And Other Lessons Children Teach Us.’ Waktu itu, saya merasa cukup dapat menangkap pesan yang disampaikan dosen saya tersebut; namun sekarang, pada saat saya menjalani sendiri menjadi seorang ibu, saya bary sadar sepenuhnya bahwa mendidik seorang anak-anak benar-benar bukan pekerjaan yang sederhana. Ini adalah pekerjaan yang melibatkan begitu banyak aspek, it do takes a village dan ini adalah hal yang bersifat holistik.

BAKAT VS LINGKUNGAN
Bagi saya, mendidik anak menjadi seorang pemimpin, berarti mengupayakan segala cara yang mengoptimalkan bakat (aspek genetis) anak saya. Setiap anak itu unik. Sejak masa konsepsi mereka sudah memiliki gen yang membawa potensi masing-masing; potensi pertumbuhan (karakter fisik) dan juga potensi perkembangan (karakter psikologis). Setiap anak, sejak dalam kandungan sudah memiliki blue-print pertumbuhan dan perkembangan masing-masing; bisa menjadi apa kelak pada saat mereka dewasa. ‘Bisa menjadi apa’ bukan ‘akan menjadi apa’ bakat ini hanya bahan baku, sedangkan akan menjadi apa bahan baku ini tergantung bagaimana lingkungan menempanya. Ibaratnya tepung terigu, akan menjadi cake yang lezat atau teronggok begitu saja hingga berbau apek itu tergantung pengolahannya (hanya perumpamaan). Seorang anak bisa saja memiliki bakat untuk memiliki tinggi badan 170 cm, namun karena malnutrisi, bisa jadi dia mentok di 150 cm. Sama halnya dengan seorang anak yang memiliki potensi verbal di atas rata-rata, namun karena kurangnya stimulasi menjadi biasa-biasa saja. Bagaimana, setuju kan dengan pendapat saya? Lalu bagaimana usaha saya mengoptimalkan bakat yang dimiliki Ganesh, berikut yang saya lakukan…

Pertumbuhan. Anak yang sehat dan tumbuh optimal sudah pasti harapan setiap ibu, termasuk juga saya. Karena itu, sejak dinyatakan positif hamil, sejak itu juga saya mulai memberikan perhatian ekstra pada asupan nutrisi. Googling-googling dan mencari tahu apa yang baik dan buruk untuk perkembangan bayi dalam kandungan. Dari hasil googling tersebut, mulailah saya mensortir makanan apa saja yang masuk kategori ‘big no!’, sebaiknya dihindari dan baik untuk dikonsumsi. Berikut adalah daftar contoh makanan yang masuk dalam kategori saya tersebut:

Kategori Makanan/Zat Ibu Hamil Versi Saya
‘Makanan’ termasuk zat yang masuk ke tubuh lainnya

Nah, selanjutnya untuk memastikan kecukupan gizi untuk saya dan bayi dalam kandungan, saya tidak pernah ketinggalan minum susu khusus ibu hamil seperti Lactamil Ibu Hamil. Vitamin dan suplemen yang diberikan dokter kandungan pun, rajin saya konsumsi, namun tentu saja setelah melalui screening dengan bantuan Mr. Google. Jadi konsumen kan harus cerdas ya, jadi sebelum memutuskan untuk mengkonsumsi sesuatu, googling untuk mencari tahu itu harus dilakukan untuk lebih memastikan kebutuhan, keamanan dan efek dari vitamin atau suplemen tersebut.

Selanjutnya, setelah lahir, pemberian nutrisi yang baik pun berlanjut baik bagi saya maupun Ganesh. Semua pasti setuju bahwa ASI merupakan makanan terbaik bayi hingga usia enam bulan, dan setelah itu sebisa mungkin dilanjutkan sampai usia dua tahun. Dan saya pun sependapat dengan hal itu. Untuk itu, saya selalu mengupayakan supaya dapat memberikan ASI untuk Ganesh. Caranya, tentu saja dengan memperhatikan kesehatan dan nutrisi saya. Makan makanan bervitamin dan juga ASI booster, seperti daun katuk saya lakukan secara teratur untuk menjaga produksi ASI. Dan saat ini dengan adanya susu untuk ibu menyusui seperti Lactamil Ibu Menyusui cukup membantu saya, karena disamping mengandung berbagai macam nutrisi yang bermanfaat juga mengandung sari daun katuk sebagai ASI booster.

Selepas sukses program ASI Eksklusif selama enam bulan, selanjutnya saya berkomitmen untuk memberikan asupan nutrisi yang baik pada Ganesh melalui menu MPASI-nya. Untuk mengupayakan hal ini, sebisa mungkin saya mengontrol menu makanan Ganesh; baik dari bahan dan pengolahan, yaitu dengan memasak sendiri. Tidak perlu memasak makanan yang rumit untuk Ganesh, yang penting kaya nutrisi, bersih dan bebas dari bahan pengawet, pewarna serta penguat rasa. Karena saya seorang ibu bekerja; saya menggunakan teknik kukus bahan makanan di pagi hari, yang kemudian diracik menjadi tiga porsi sehingga pengasuh tinggal menghaluskan saja dengan blender. Setelah mulai makan bubur, saya mulai menggunakan slow cooker. Dan pada saat Ganesh mulai makan lebih padat lagi saya hanya memasak di pagi hari dan mengajarkan pengasuh saya untuk memasak menu Ganesh siang dan sore hari.

MPASI Ganesh
Sayuran, buah, biji-bijian
yang diolah dengan teknik mengukus atau slow cooker
dan dihaluskan menggunakan blender

Perkembangan. Disamping pertumbuhan fisik yang optimal, aspek psikis, yaitu perkembangan juga menjadi perhatian saya sebagai seorang ibu. Sekali lagi, setiap anak diciptakan dengan unik dengan berbagai potensi mereka masing-masing. Pada dasarnya, saya berpendapat bahwa sebagai orang-tua, kita berkewajiban untuk memberikan ruang perkembangan yang leluasa untuk anak. Cara pertama yang ditempuh adalah dengan memperlakukan anak dengan cara yang aman dan nyaman. Maksudnya adalah memperlakukan anak dengan lembut, hangat, penuh empati dan perhatian; sehingga sang anak merasa aman untuk mengekspresikan dirinya. Ya, sebagai seorang anak yang tergolong sensitif, saya ingat betul bagaimana saya begitu peka dengan bagaimana orang-tua memperlakukan. Bagaimana sebuah pujian tanpa tuntutan bisa membuat saya begitu bersemangat dan sikap acuh yang dingin bisa membuat saya merasa gagal. Hmm, meskipun kenyataannya tidak semua anak punya kepribadian seperti saya, tapi perlakuan yang lembut, hangat, penuh empati dan perhatian akan menciptakan efek positif bagi mereka. Hal inilah yang sebisa mungkin saya berikan pada Ganesh, agar dia tumbuh menjadi anak yang percaya diri dengan segala potensinya.

Lebih lanjut, pemahaman sedini mungkin akan kepribadian anak juga akan membantu kita mengoptimalkan potensinya. Untuk lebih mudahnya, saya menggunakan salah satu Teori Kepribadian Color Code dari Dr. Taylor Hartman2. Teori ini membagi kepribadian menjadi empat kategori; yaitu merah, biru, putih dan kuning; dimana masing-masing kepribadian memiliki karakteristik tersendiri berdasarkan motif perilakunya. Merah motif kekuasaan, biru motif keintiman, putih motif kedamaian dan kuning kesenangan. Setiap karakteristik kepribadian ini memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing, sehingga tidak bisa diperlakukan dengan cara yang sama untuk mencapai hasil yang optimal.

Karakteristik Anak Berdasarkan Teori The Color Code
Pemahaman tentangnya akan mempermudah kita memperlakukan anak dengan tepat

Berdasarkan pemahaman akan karakteristik anak tersebut, kita akan bisa memperkirakan reaksi anak dengan perlakuan kita. Misalnya seorang anak dengan karakteristik merah, sah saja sedikit ‘dihina’ untuk memancing semangatnya. Sementara untuk anak dengan karakteristik biru, hal ini harus dihindari karena akan membuatnya semakin down dan sebaliknya kita harus lebih banyak berempati dan mengurangi tuntutan agar si biru bisa tampil optimal.

Menurut pengamatan saya sebagai seorang ibu, Ganesh termasuk anak dengan karakter merah dengan segala kekerasan kepala, keskeptisan dan pemberontakannya. Hmm, menghadapi hal ini, saya berusaha mengarahkannya dengan memberikan penjelasan-penjelasan logis sederhana yang dapat dipahaminya. Selama tindakannya tidak berbahaya, saya juga cenderung sekedar mengamati karena memang Ganesh selalu ingin melakukan semuanya ‘cendilian!’ daripada dibantu. Selain itu, saya juga berusaha membangun reputasi di mata Ganesh dengan bersikap lembut dan memberikan informasi yang benar agar dia mau lebih mendengarkan nasehat-nasehat saya.

Nah, disamping memperhatikan kepribadian anak; sedini mungkin kita juga berusaha menggali talenta dan minatnya untuk dapat mengembangkannya sejak dini. Talenta dan minat bisa dilihat dari kebiasaan sehari-hari. Misalnya pada Ganesh yang menurut saya cukup berkembang di bidang verbal yang terlihat sejak usia 13 bulan, dimana dia sudah mampu mengucapkan berbagai kata. ‘Ceriwis’, itulah kata yang tepat untuk menggambarkannya :D. Untuk itu kami selalu berusaha menjadi partner ngobrol-nya setiap waktu, karena Ganesh memang memiliki keinginan yang tinggi untuk berbicara. Selain itu, Ganesh juga sangat menikmati pengamatan di alam; terlihat dari kesukaannya jalan-jalan sembari mengamati berbagai tumbuhan dan hewan. Hmm, saya sempat berpikir mungkin dia nantinya akan menyukai bidang biologi. Yah, talenta dan minat ini memang baru suatu tanda akan talenta dan minat lain yang mungkin lebih spesifik nantinya dan saat ini kami sekedar berusaha memfasilitasinya supaya bisa berkembang optimal.

Ganesh Mengamati Bekicot
Senang mengamati tumbuhan dan binatang disekitarnya
Mungkin dia seorang ahli biologi masa depan :D

PENANAMAN NILAI-NILAI KEBAIKAN
Ingat penggalan syair sebuah lagu qasidah tahun 80-an yang dilantunkan oleh Hj. Nur Asiah Jamil sebagai berikut: “Belajar di waktu kecil bagai mengukir di atas batu, belajar sesudah dewasa laksana mengukir di atas air.” Penggalan syair lagu tersebut mengingatkan saya bahwa masa kecil merupakan waktu yang paling krusial untuk pembelajaran anak, terutama berkaitan dengan nilai-nilai kebaikan. Mendidik seorang anak memang sulit, bagaikan mengukir di atas batu, harus telaten dan tekun, namun setelah nilai tersebut tertanam, maka dia akan menetap dalam diri anak sepanjang hidupnya. Berbeda dengan menasehati orang dewasa, mungkin mudah saja orang tersebut akan merubah perilakunya, namun mudah saja perilakunya kembali berubah seperti semula, bagaikan mengukir di atas air. Karena itulah, saya selalu berupaya menanamkan nilai-nilai kebaikan pada Ganesh sedini mungkin melalui interaksi sehari-hari dan juga dengan berusaha menjadi role model yang baik untuknya.

Pendidikan Moral. Moral yang baik, menurut saya adalah karakteristik pemimpin yang paling penting. Kenapa demikian? Kita tentu melihat betapa banyak permasalahan yang dihadapi masyarakat saat ini; mulai dari masalah sampah, pendidikan, ekonomi dan kawan-kawan, yang nota bene semuanya itu membutuhkan kepedulian atau moral yang baik untuk menyelesaikannya. Keahlian saja tidak akan mampu menyelesaikan permasalahan tersebut, tanpa adanya tujuan yang baik yang berawal dari moralitas kita. Menurut saya, sebuah keahlian tanpa moralitas akhirnya hanya akan berakhir pada penyelesaian masalah sebagai sebuah komoditas bukan dedikasi. Pemimpin seperti itu, tentu tidak akan mampu secara optimal menyelesaikan permasalahan yang dihadapi negeri ini.

Nah, lalu bagaimana mengajarkan moralitas pada anak? Jawabannya adalah melalui interaksi sehari-hari. Dalam kehidupan sehari-hari tentu banyak situasi yang bisa kita manfaatkan untuk membantu mendidik moral anak, misalnya:
  1. Kepedulian pada lingkungan dengan mengajak anak untuk membuang tissue bekasnya di tempat sampah.
  2. Welas asih dengan memintanya berbagi makanan atau mainan dengan temannya. Misalnya seperti ini, “Ganesh, temennya dipinjemin mainannya ya… Kasihan kan, dia ga punya mainan kaya Ganesh.”
  3. Tepa selira, misalnya pada saat dia menjambak saya maka saya katakan, “Ganesh, dijambak itu sakit lho. Ganesh ga mau kan dijambak juga? Kalo gitu jangan jambakin orang ya…”
  4. Menghargai orang lain, misalnya pada saat dia bermain dengan baju yang sudah dilipat oleh ART, saya mengatakan, “Ganesh, kasihan Wawak lho… Kan capek nyetrikanya… Masa sama Ganesh diberantakin gini.”

Selanjutnya, disamping nilai-nilai di atas, akan ada banyak lagi nilai moral yang bisa diajarkan seiring bertambahnya kedewasaan Ganesh. Tugas kita sebagai ibu, adalah untuk bisa peka dengan situasi yang ada di lingkungan untuk bisa memanfaatkannya. Serta juga, kreatif untuk menciptakan situasi yang membantu proses belajar, misalnya melalui permainan. Misalnya permainan mobil mengantri di SPBU untuk mengajarkan anak budaya mengantri.

Kebiasaan Baik. Kebiasaan baik sesungguhnya dekat dengan moral yang baik, hanya saja kebiasaan baik mungkin lebih dangkal karena tidak berkaitan dengan hati nurani (baik/jahat). Kebiasaan baik menurut saya disini misalnya adalah kebiasaan makan makanan sehat, menjaga kebersihan tubuh, menjaga kerapian dan sebagainya. Kebiasaan-kebiasaan baik ini akan menjaga anak untuk hidup sehat dan penampilannya. Misalnya saja jika anak terbiasa untuk makan makanan yang rendah gula dan garam dan terbentuk preferensi citarasa demikian, maka menurunkan resikonya akan penyakit hipertensi dan diabetes di masa depan. 

Menu Ganesh
Hasil olahan sendiri
untuk memastikan kebersihan dan nutrisinya

Nah, untuk membiasakan Ganesh dengan hal-hal tersebut caranya tidak lain dengan mengajak anak melakukannya secara rutin dari hari ke hari, misalnya yang saya terapkan pada Ganesh:
  1. Makan makanan sehat, dengan membiasakan Ganesh pada makanan rumahan, dengan kadar gula dan garam yang rendah dan tanpa MSG. Menjaga Ganesh supaya tidak jajan di luar yang tidak terjamin kebersihan dan keamanannya, serta seringkali terlalu manis atau gurih.
  2. Menjaga kebersihan tubuh, dengan membiasakan mandi dua kali sehari, mencuci tangan setelah bermain dengan hewan peliharaan atau akan makan, dan sebagainya.
  3. Menjaga kerapian, misalnya dengan membiasakan Ganesh merapikan mainan setelah digunakan.
Dalam menanamkan kebiasaan baik sesungguhnya sama sekali tidak rumit, hanya saja membutuhkan kesabaran dan konsistensi kita. Karena itulah, peran kita sebagai seorang ibu untuk mengupayakan bahwa anak kita menjalani hari-harinya dengan penuh pembelajaran yang menyenangkan, baik untuk menanamkan moral maupun kebiasaan baik. Saya, sebagai seorang ibu bekerja, cukup beruntung dengan lokasi kantor yang dekat, sehingga memungkinkan saya memantau keseharian Ganesh pagi hari sebelum ke kantor, pada saat istirahat siang dan sepulang kerja. Selebihnya, saya berusaha memberikan pengertian pada pengasuh tentang cara asuh yang saya terapkan pada Ganesh, sehingga ada keselarasan antara perlakuan saya dan pengasuh.

IT TAKES A VILLAGE
Jaman dulu sekali, pada saat lingkungan kita masih sebatas kemana kaki dan kuda dapat mengantarkan kita, kendali kita pada lingkungan yang mempengaruhi pada perkembangan anak terhitung masih besar. Berbeda dengan sekarang, dengan adanya TV, internet, media cetak dan sebagainya; bisa dipastikan bahwa ada semakin banyak hal yang akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak kita; baik secara positif dan negatif. Derasnya arus informasi, di satu sisi akan membuat anak menjadi lebih kritis, karena dia akan cenderung membandingkan informasi-informasi yang ada sebelum memutuskan informasi mana yang akan diikutinya. Sedangkan di sisi lain, ini berarti ada celah bahwa anak akan terpengaruh dengan informasi yang tidak baik. Hmm, lalu bagaimana caranya agar anak kita mendapatkan dampak positif dari lingkungan dan bukan sebaliknya? Berikut yang saya lakukan pada Ganesh…

Memilih Lingkungan yang Supportif. It takes a village, merupakan pepatah Afrika yang menggambarkan bahwa membutuhkan sebuah komunitas untuk membesarkan anak menjadi seorang individu yang utuh. Dengan kata lain, seorang anak akan tumbuh menjadi dewasa secara optimal jika seluruh komunitas mengambil peran untuk membesarkan anak3. Di rumah, bisa saja saya mengontrol buku apa yang dibacanya atau tayangan yang dilihatnya. Namun, hal itu tentu tidak bisa saya lakukan sepenuhnya di luar rumah. Sebagai anggota masyarakat, saya juga tidak terlalu memilih lingkungan yang steril untuk anak saya. Tapi, meskipun demikian, saya masih sedikit banyak menghindarkan Ganesh dari pengaruh negatif, apalagi sekarang usianya masih 2 tahun 3 bulan. Caranya, yaitu dengan mengajak Ganesh bermain ke lingkungan yang supportif untuk perkembangannya; misalnya di sekitar saya adalah TK yang ada di samping rumah, rumah teman sebayanya atau jalan-jalan melihat sapi dan pepohonan. Ya, saya cukup beruntung tinggal di lingkungan yang tergolong pedesaan.

Ganesh Senang Bermain Di Sekolah Dekat Rumah
Beruntung pihak sekolah mengijinkan Ganesh bermain disana
Walaupun tidak belajar,
lingkungan sekolah memberikan pengaruh yang baik untuknya

Selanjutnya, seiring bertambahnya usia Ganesh, hingga memasuki usia sekolah, maka saya pun memiliki keinginan menyekolahkan Ganesh di sekolah yang selain peduli pendidikan akademis, juga fokus terhadap perkembangan moral dan spiritual anak. Sebuah lingkungan sekolah yang sesuai dengan ritme belajar Ganesh nantinya juga, sehingga Ganesh merasa nyaman serta potensinya dapat berkembang optimal. Masa itu mungkin masih cukup lama ya, jadi untuk sekarang saya baru dalam tahap mencari dan membandingkan berbagai sistem yang ditawarkan beberapa sekolah yang ada, sembari juga mengamati perkembangan karakter Ganesh.

Membangun Kredibilitas. Faktanya, meskipun berusaha memilih lingkungan yang supportif untuk perkembangan anak, kita tetap tidak bisa memblokir sepenuhnya informasi yang diterima anak. Apalagi nanti jika anak kita sudah menginjak usia sekolah. Lalu bagaimana solusinya? Menurut saya, sebagai ibu, kita harus membangun kredibilitas di mata anak. Kita harus bisa membuat anak berpikir bahwa kita adalah ibu yang bisa dipercayai dan bisa memberikan informasi yang dapat diterimanya. Caranya adalah (lagi-lagi) dengan memperlakukan anak dengan penuh empati dan pengertian, serta juga selalu meng-up-grade pengetahuan, sehingga bisa menjadi sumber informasi yang menarik dan terpercaya bagi anak. Untuk saat ini usaha konkret yang saya lakukan untuk Ganesh diusianya saat ini adalah:
  1. Bersikap lembut, penuh empati dan pengertian agar Ganesh merasa nyaman berinteraksi dan berkomunikasi dengan saya.
  2. Banyak membaca dan mencari informasi berkaitan dengan tumbuh kembang anak dan juga bagaimana ‘dunia luar’ saat ini.
  3. Mencari tahu lingkungan bermain Ganesh, sehingga pada saat bersama kami bisa bercerita tentang kegiatan Ganesh hari itu, yang saya lewatkan karena bekerja.
  4. Bercerita kepada Ganesh tentang cerita-cerita ringan yang membuatnya tertarik dan ingin tahu, supaya dia merasa bahwa saya adalah ibu yang banyak tahu :D
  5. Menjawab pertanyaan Ganesh dengan informasi yang benar dan dapat diterima oleh logikanya.
OK, begitulah kira-kira jawaban saya akan pertanyaan “Peran Ibu Untuk Si Pemimpin Kecil.” Hmm, ternyata cukup panjang juga ya… dan akan semakin panjang dengan perkembangan Ganesh nantinya. Iya, menjadi ibu memang sebuah peran yang penuh tanggung-jawab, karena kitalah orang terdekat bagi seorang anak sejak dia masih ada dalam kandungan. Idealnya, kita dapat mempertahankan kondisi ini seterusnya, agar dapat mengawal anak kita menjadi pribadi yang dewasa dan utuh, dengan memberikan kebutuhan fisik dan psikis yang terbaik untuk perkembangannya. Tidak berlebihan rasanya saya berpendapat bahwa ibu memiliki peran penting dalam kemajuan suatu bangsa, karena di tangan ibulah anak-anak dapat tumbuh menjadi pemimpin-pemimpin yang hebat. Saya bangga menjadi seorang ibu :)

*Tulisan ini diikutsertakan dalam blog writing competition dengan tema “Peran Ibu Untuk Si Pemimpin Kecil” yang diselenggarakan oleh Nutrisi Untuk Bangsa.



With Love,
Nian Astiningrum

Referensi:
  1. Tabloid-Nakita.com. (07-08-2013). Kosmetik Aman untuk Ibu Hamil. http://www.tabloid-nakita.com/read/1755/kosmetik-aman-untuk-ibu-hamil. Diakses tanggal 18 Oktober 2013.
  2. Hartman, T. 2007. The People Code. New York: Simon & Schuster.
  3. Wikipedia.com. 2013. It Takes A Village. http://en.wikipedia.org/wiki/It_takes_a_village. Diakses tanggal 20 Oktober 2013.

Friday, October 18, 2013

Ganesha’s ‘Bye Bye Nenen’ Moment…

Dulu, setiap kali memandangi Ganesh berusaha ‘nenen’ pada saya yang waktu itu masih kaku memberikan ASI untuknya; saya selalu berpikir, jika dia sedang merasa kesepian dan rindu dengan kenyamanannya semasa dalam kandungan… tempat dimana dia mendapatkan segala yang dibutuhkannya tanpa perlu ‘berusaha’. Sedih dan terharu rasanya… (sambil menarik nafas panjang). Setelah itu, kembali perasaan yang sama muncul saat harus kembali bekerja dan mulai melatih Ganesh untuk minum ASI dengan media lain (waktu itu akhirnya menggunakan soft cup feeder karena Ganesh menolak menggunakan botol dot). Dia lagi-lagi harus beradaptasi untuk belajar melepaskan rasa nyamannya saat nenen pada waktu-waktu tertentu, dan tentu saja itu membuatnya protes dan menangis…

“Dalam perjalanan hidup manusia, belajar meninggalkan kenyamanan terkadang harus dilakukan untuk sampai pada titik nyaman yang lain,” itulah yang saya rasakan waktu itu dan itu pula yang kemudian membuat saya menguatkan hati untuk menghadapi tangis-tangis lain Ganesh dalam proses belajarnya. Hmm, tapi tentu saja bukan lantas main kejam-kejaman kaya ibu tiri di cerita Cinderella ya… :D. Maksud saya adalah bahwa dalam perkembangan hidup anak, mau tidak mau, dia harus terus berkembang, dan di dalamnya terkadang membutuhkan perubahan yang terasa tidak nyaman pada awalnya. Nah, tugas kita sebagai orang-tua adalah membimbing dan membantu anak melalui proses itu… proses beradaptasi setelah dilahirkan, proses penyapihan, proses berada di sekolah sendiri, dan seterusnya sampai akhirnya dia menjadi seorang anak yang mandiri. Panjang ya… Tapi percaya deh, perlahan-lahan tanpa kita sadari satu demi satu masa itu akan sampai juga.

Foto Ganesh dari Usia 4 Bulan Hingga 2 Tahun 2 Bulan
Kalau dibandingin begini, baru keliatan kalau dia memang semakin besar :*

KAPAN MULAI MENYAPIH
Rasanya baru kemarin melahirkan Ganesh, beberapa bulan yang lalu (24 Juni 2013) tahu-tahu harus menyadari bahwa usia anak lanang ini sudah tepat dua tahun, dan bisa mulai disapih. ‘Bisa’, karena sebenarnya dua tahun bukanlah titik mutlak seorang anak berhenti nenen, tapi usia dimana seorang anak tidak bergantung lagi pada nutrisi ASI, sehingga kalau sekiranya ASI masih berlimpah pemberiannya masih bisa dilanjutkan. Dan sebaliknya, jika ASI mulai menipis, ada baiknya anak mulai disapih…

Saya sendiri adalah tipe yang kedua, ASI saya mulai sangat menipis saat Ganesh berusia dua tahun. Jadi, saya memilih untuk memulai proses penyapihan pada usia ini, dengan pertimbangan menghindari Ganesh menggunakan nenen sekedar untuk ngempeng untuk mendapatkan rasa nyaman… meskipun jujur, rasanya berat… Moment breastfeeding yang intim; sambil bercanda-bercanda, sambil elus-elus rambut Ganesh, sambil menimang dan memeluk Ganesh itu benar-benar hal berat untuk dilepaskan. Menjadi penenangnya pada saat galau, membuatnya merasa benar-benar diperhatikan dan dimengerti itu juga hal agung dari prosesi nenen yang segera harus diakhiri. Sedih; tapi harus dilakukan, demi kebaikan Ganesh juga, supaya dia lebih mandiri.

Ulang Tahun Ganesh yang Kedua
“Ganesh kan udah gede, umurnya sudah dua tahun,
kalo anak gede itu mimiknya ga nenen lagi” 

CARA MENYAPIH
OK, menurut saya, para ibu bisa memilih dua cara untuk menyapih anaknya; pertama dengan cara ‘terselubung’ dan yang kedua dengan cara ‘terang-terangan’ (istilah pribadi :D). Cara ‘terselubung’ yang saya maksud adalah dengan mengoleskan brotowali atau minyak kayu putih supaya anak menolak nenen; dengan menempelkan plester atau mengoleskan obat merah kemudian mengatakan bahwa payudara kita sedang sakit dan sebagainya. Sedangkan cara ‘terang-terangan’ yang saya maksud adalah dengan memberikan penjelasan yang benar pada anak dengan cara yang sederhana dan dapat dipahaminya. Hmm, mana yang bagus ya?

Kalau menurut saya sih ini tergantung opini masing-masing… Menyapih dengan cara ‘terselubung’ sepertinya memang lebih mudah dan effortless. Mengoleskan brotowali pada puting sehingga anak enggan menyusu dengan sendirinya tentu lebih mudah daripada berkali-kali menjelaskan kepada anak bahwa dia sudah cukup dewasa sehingga tidak perlu nenen lagi. Akan tetapi beberapa sumber berpendapat bahwa cara ini tidak baik, karena sama dengan kita mengambil paksa ‘kepemilikannya’ yang dapat menimbulkan luka batin1. Hmm, bisa jadi ya, karena proses menyapih yang drastis, tanpa memberi pengertian dan pilihan membuat anak merasa dipaksa meninggalkan nenen yang nota bene adalah sumber rasa nyamannya selama ini.

Saya sendiri memilih menyapih Ganesh dengan cara kedua karena menurut saya dengan cara ini ada nilai yang bisa kita ajarkan pada anak. Menanamkan rasa tanggung-jawab, bangga dan mengendalikan keinginan adalah beberapa hal yang bisa didapatkan saat kita memberikan pemahaman padanya pada saat proses penyapihan. Oh ya, cara penyapihan seperti ini seringkali disebut menyapih dengan cinta atau weaning with love.

HERE WE GO…
Teori untuk melakukan penyapihan dengan cinta memang sederhana (bisa lihat disini), namun dalam prosesnya seringkali terjadi drama yang menguras air mata. Saya sudah mulai sounding pada Ganesh bahwa dia sudah cukup besar dan itu saatnya berhenti nenen sejak beberapa minggu mulai mengurangi frekuensi nenen-nya. Awalnya semua berjalan mulus, saya melihat Ganesh cukup mengerti dan bisa menerima dengan jawaban-jawabannya dan kesukarelaannya untuk nenen sebentar saja. Tapi ritme yang sudah berjalan, jadi rusak pada saat kami harus mudik maraton ke Jogja dan Probolinggo dari Tanjung Enim Sumatera Selatan. Perjalanan yang memakan waktu minimal dua hari untuk satu tujuan itu banyak mempengaruhi mood Ganesh… alhasil, di perjalanan jadwal nenen menjadi semaunya :(. Setiba di tujuan pun, karena perubahan lingkungan akhirnya hal ini berlanjut hingga total tiga minggu Ganesh kembali ke ritme awal.

Baru setelah satu minggu berada di rumah kami kembali, saya mulai lagi proses penyapihan ini. Dan tentu saja hal ini menjadi lebih sulit, karena dalam semangat Ganesh sendiri mungkin sudah memudar. Tapi tentu saja, itu bukan alasan untuk menyerah dan kemudian menggunakan cara ‘terselubung’ untuk mempermudah… Big no! :D. OK, let’s start againSounding-sounding-sounding! Singkirkan dulu benda-benda yang membuat Ganesh teringat dengan nenen (selimut kesayangan diumpetin di lemari dulu). Lebih intensif bermain supaya lupa pada nenen. Pokoknya segala cara untuk mengurangi frekuensi nenen Ganesh sampai akhirnya siap untuk benar-benar stop.

Ganesh & Selimut Kesayangannya
“Nenen pake celimut,”
katanya setiap minta nenen

Karena sudah menetapkan target bahwa meskipun prosesnya lambat, minimal jeda nenen Ganesh terus meningkat dari waktu ke waktu. Untuk itu, ada kalanya kami harus berhadapan dengan rengekan Ganesh yang minta nenen yang sangat meluluhkan perasaan. Menghadapi hal seperti itu, kami harus pantang menyerah sekaligus sabar. Pelukan dan kata-kata lembut bahwa Ganesh sudah besar dan harus belajar berhenti nenen seringkali bisa menenangkannya, meskipun ada kalanya akhirnya saya mengalah dan memberikan syarat, “Boleh nenen tapi sebentar aja ya…” Terus dan terus, sampai akhirnya saya merasa bahwa Ganesh sudah cukup beradaptasi, jeda nenen-nya terkadang sudah lebih dari 24 jam. Saat itu, saya merasa sudah saatnya saya lebih tegas, pada saat Ganesh ngotot meminta nenen; saya bertekad untuk terus menjelaskan, menenangkan dan tidak luluh untuk kemudian menurutinya. Menurut ingatan saya, ada dua kali Ganesh menangis hingga tantrum. Pada saat seperti itu, ada satu sisi hati yang ingin mengalah; namun di sisi lain saya sadar, jika saya maju-mundur Ganesh akan menjadi bingung dan proses ini akan menjadi lebih panjang dan menyakitkan baginya.

Dan akhirnya, pada usia ± 2 tahun 2 bulan, Ganesh benar-benar lepas dari nenen, meskipun waktu itu kami belum berani mengajaknya bepergian dengan mobil karena takut mengingatkannya pada nenen. Baru sekitar dua minggu kemudian kami berani mengajaknya kembali.

LESSON LEARNED
Hmm, berdasarkan pengalaman yang saya alami, ada beberapa hal yang harus diperhatikan pada saat menyapih anak:
  1. Sounding secara intensif dengan bahasa yang dimengerti anak-anak. “Ganesh kan sudah gede, harus belajar ga nenen lagi, kan nanti mau sebentar lagi sekolah, nanti kalo di sekolahan kan ga bisa nenen Mama,” itu yang seringkali saya katakan waktu itu.
  2. Tunjukkan perhatian dan kasih sayang lebih, untuk sebisa mungkin menggantikan rasa nyaman yang terenggut karena anak tidak boleh nenen. Hal ini juga untuk menghindari anak merasa diacuhkan dan tidak disayangi seperti dulu. Kata-kata yang lembut, pelukan dan sentuhan lainnya pada saat dia gelisah akan sangat berarti.
  3. Hindarkan benda-benda atau situasi yang akan mendorong anak meminta nenen. Kalau pengalaman kami, selimut kucel yang selalu dipakainya untuk nenen dan bepergian dengan mobil adalah dua hal yang harus dihindari.
  4. Jangan menyapih pada saat anak harus menghadapi perubahan situasi yang cukup drastis yang mengurangi kenyamanannya. Misalnya sakit, atau dalam pengalaman kami misalnya adalah dalam perjalanan yang cukup panjang dan tinggal di lokasi yang asing baginya.
  5. Percaya diri dan konsisten setelah kita yakin bahwa anak sudah siap untuk benar-benar lepas dari nenen. Misalnya jeda nenen-nya sudah cukup panjang. Tetap sabar menenangkan pada saat anak tantrum dan jangan luluh, karena pada saat kita akhirnya tidak tega dan menuruti keinginan anak yang tantrum; hal itu akan membuatnya bingung. Dan membuatnya berpikir bahwa keinginannya akan dituruti dengan tantrum.

Kini Ganesh Bisa Tidur Tanpa Nenen
Dan selimut kesayangannya pun tidak membuatnya ingin nenen lagi

Begitulah kira-kira pengalaman kami menyapih Ganesh. Saya sendiri merasa ada banyak hal yang seharusnya bisa diperbaiki dan dieksekusi dengan lebih smooth, tapi semoga saja cerita ini bisa bermanfaat, paling tidak sebagai pengingat bagi saya pribadi kalau nanti menyapih anak kedua :). Finally, sekali lagi ingin cium si anak lanang yang sudah gede ini, “You did great son.”

With Love,
Nian Astiningrum
-end-

Readings:
  1. AyahBunda.com. Tips Menyapih dengan Cinta. http://www.ayahbunda.co.id/Artikel/Tips/tips.menyapih.dengan.cinta/001/005/575/2/4. Diakses tanggal 16 Oktober 2013.
  2. AyahAsi.org. (07-02-2013). Weaning with Love = Menyapih dengan Cinta. http://www.ayahasi.org/2013/02/weaning-with-love-menyapih-dengan-cinta.html. Diakses tanggal 17 Oktober 2013.
  3. TabloidNova.com. (10-04-2010). Saat dan Cara Tepat Menyapih si Kecil. http://www.tabloidnova.com/Nova/Keluarga/Anak/Saat-Dan-Cara-Tepat-Menyapih-Si-Kecil. Diakses tanggal 17 Oktober 2013. 

Sunday, October 13, 2013

Kebijaksanaan dalam Sebuah Kecantikan

Arimbi
Tokoh Wayang Istri dari Werkudara
Dalam Cerita Kuno Jawa [1]

“Bathuke nyela cendhani, alise nanggal sepisan; kulite ngulit langsep; mripate ndamar kanginan; pipine nduren sajuring; irunge ngudhup mlathi; lambene manggis karengat…”

Semua wanita pasti ingin cantik. Tapi, cantik itu sebenarnya seperti apa sih? Hmm, kalau secara normatif sih, cantik itu berarti memiliki penampilan sesuai dengan gambaran ideal yang ada di masyarakat. Contohnya ya seperti istilah Jawa untuk menggambarkan wajah yang ideal di atas; dahi yang indah, proporsional, dan bercahaya seperti terbuat dari pualam; alis yang sempit memanjang, tipis dan rapi seperti bulan pada tanggal satu; kulit yang kekuningan seperti buah langsat; mata yang bercahaya seperti nyala lampu minyak yang bergerak-gerak tertiup angin, pipi yang montok, halus, putih kekuningan seperti buah durian; hidung yang mancung runcing seperti kuncup bunga melati; dan bibir yang merah merekah seperti buah manggis2. Wah, tidak terbayang cantiknya seorang wanita dengan wajah seperti itu, mungkin penggambarannya seperti tokoh pewayangan wanita Srikandi atau Arimbi ya… Kira-kira ada kah seorang wanita yang begitu beruntung memiliki wajah sempurna seperti itu? Saya yakin ada! Meskipun mungkin dalam interpretasi yang berbeda-beda.

KEBIJAKSANAAN DALAM SEBUAH KECANTIKAN
Menjadi cantik sudah barang tentu merupakan impian setiap wanita, sama halnya dengan saya. Hal inilah yang mendorong (hampir) setiap wanita berusaha untuk tampil cantik sesuai dengan definisinya masing-masing. Apakah ini hal yang negatif? Hmm, bisa ‘ya’, bisa juga ‘tidak’… Ada banyak hal yang terkandung dalam usaha kita untuk tampil cantik yang bisa membawa kepada kebaikan maupun keburukan; berikut pendapat saya…

Niat dan Alasan yang Baik. Segala sesuatu, insyaallah akan menjadi baik jika didasari oleh niat dan alasan yang baik, begitu juga usaha untuk tampil cantik. Berusaha tampil cantik untuk kepentingan profesional pekerjaan yang halal menurut saya adalah alasan yang sangat tepat, apalagi tampil cantik untuk suami kita, itu wajib dilakukan! Meskipun suami menerima kita (istrinya) apa adanya, tapi adalah hal yang positif bukan untuk membuatnya kagum dan bangga karena istrinya selalu berusaha tampil cantik :). Demikian juga dalam dunia kerja, misalnya saja saya yang mengemban amanah perusahaan sebagai HR & Admin Officer; yang nota bene banyak berhubungan dengan pegawai lain, tentu penampilan merupakan hal yang penting. Karena dalam pekerjaan, saya bertugas merepresentasikan perusahaan kepada pegawai di dalamnya; dan tidak mempedulikan penampilan merupakan suatu bentuk ketidaksetiaan saya pada amanah yang diberikan perusahaan.

Didasarkan pada Kebutuhan Penampilan Kita. Cantik memang berhubungan erat dengan preferensi seseorang; ada kalanya seseorang menganggap wanita berkulit putih itu cantik, tapi ada pula yang lebih suka memiliki kulit sawo matang yang eksotis. Menurut saya pribadi, sesungguhnya setiap wanita memiliki potensi cantiknya masing-masing, dimana potensi inilah yang harus kita maksimalkan dengan berbagai cara yang ada. Mengenai make up misalnya; kita harus selalu merujuk pada kondisi kulit dan kebutuhan penampilan kita, untuk itulah kita harus mengenali karakteristik wajah dan kulit kita sebelum memilih make up. Ada kalanya seorang wanita perlu membuat shading tertentu agar hidungnya tampak lebih mancung, dimana hal ini tentu tidak perlu dilakukan oleh wanita yang sudah memiliki hidung mancung alami. Demikian juga dengan blush on untuk membuat rona segar di pipi, jika pipi Anda sudah merona alami tentu hal ini tidak perlu dilakukan. Memang cantik itu persoalan preferensi pribadi, tapi saat seseorang mengaplikasikan kosmetik dengan berlebihan atau tidak tepat, menurut saya itu sama sekali tidak cantik :D

Mempercantik dan Melindungi. Selain berfungsi untuk mempercantik penampilan, sesungguhnya juga dapat berfungsi sebagai pelindung kulit kita dengan penggunaan yang bijak. Mengenali ingredient dan memastikan kosmetik yang kita gunakan tidak mengandung zat berbahaya merupakan langkah awal yang harus dilakukan sebelum menggunakan suatu kosmetik. Pastikan tidak ada hydroquinon, merkuri dan zat berbahaya lainnya. Selain itu, pastikan juga kandungan kosmetik tersebut baik untuk jenis kulit kita. Jika kulit Anda berminyak dan mudah berjerawat seperti saya, sangat disarankan untuk mencari produk kosmetik yang bebas minyak atau oil free supaya tidak memicu munculnya jerawat karena penyumbatan pori-pori.

Halal. Sebagai seorang muslim, ‘halal’ merupakan hal yang harus senantiasa diupayakan dalam berbagai hal, termasuk dalam kosmetik yang kita gunakan. Sebenarnya, awalnya saya pun beranggapan bahwa kosmetik yang penggunaannya hanya dioleskan di permukaan kulit tidak perlu terlalu dipertanyakan ke-halal-annya. Namun, semenjak hamil dan menyadari bahwa selalu ada kemungkinan bahwa apapun yang kita aplikasikan di permukaan kulit akan masuk ke dalam pori-pori dan masuk ke dalam aliran darah, saya menjadi lebih berhati-hati.

Sebenarnya apa sih yang dimaksud dengan kosmetik halal? Menurut penjelasan Direktur Pelaksana LPPOM MUI Lukmanul Hakim pada Metronews.com; kosmetik halal adalah kosmetik yang dalam proses pembuatannya memenuhi persyaratan halal; yaitu menggunakan bahan yang halal dan suci, serta diproduksi dengan menggunakan fasilitas produksi yang bebas dari kontaminasi bahan haram dan najis3. Untuk menjaga diri dari zat dan proses yang haram dan najis tersebut, kita harus selektif memilih kosmetik yang akan digunakan; misalnya dengan membaca ingredient dan mencari tahu profil perusahaan untuk mengetahui seberapa perusahaan tersebut peduli pada issue ini. Adanya sertifikasi halal dalam hal ini merupakan salah satu bentuk kepedulian perusahaan untuk memberikan rasa aman pada konsumennya. Jika suatu produk sudah memperoleh sertifikasi halal dari lembaga yang terpercaya (di Indonesia LPPOM MUI), artinya produk tersebut sudah lolos pengujian menyeluruh dari lembaga tersebut; baik dari bahan dan alat produksinya.

Thursday, October 10, 2013

Jumat Bersih Edisi Anjing Mandi

Hari ini Ganesh agak rewel sehingga saya datang cukup siang ke kantor. Duh, malu dan ga enak juga sebenarnya, tapi harus bagaimana lagi, saya paling ga bisa mengabaikan rengekan Ganesh :(.

Pagi ini di lorong depan ruangan, saya sudah dihadang oleh ‘Mr. One Stop Solution’-nya kantor saya… Yup, ini Hari Kamis teman-teman, dan besok adalah Jumat, waktunya kami melakukan kegiatan di luar rutinitas. Jumat ini tidak ada Senam Pagi seperti biasa, karena itu saya kembali didaulat untuk membuat pengumuman Jumat Bersih ;).

Pengumuman Jumat Bersih
Tanggal 11 Oktober 2013
Program yang digunakan: Microsoft Publisher; Picsay; CollorZilla
Fonts: SF Wonder Comic
Gambar diambil disini*
Saya tidak terlalu banyak berpikir dalam desain pengumuman kali ini… Entah kenapa kata ‘grooming’ langsung muncul dan begitu saya googling, saya langsung jatuh cinta dengan gambar anjing yang sedang mandi di dalam bak mandi ini. Dan langsung saja saya comot, edit dengan picsay dan biarkan dia duduk di bagian bawah pengumuman ini. Selanjutnya tinggal mencari warna yang pas, dan itu pun langsung dari awal sudah terpikir warna biru telur asin sebagai berikut:

Color Fresh By Design-Seeds
Hasilnya… Terkesan cool bukan? Dan (seperti biasa) saya menyukainya ;). Bagaimana menurut teman-teman?

With Love,
Nian Astiningrum
-end-

*Gambar: http://doggroominggardiner.com/wp-content/uploads/2012/06/dog-grooming-gardiner.jpg