SOCIAL MEDIA

search

Tuesday, December 31, 2013

Goodbye 2013, Welcome 2014

Wuih, tidak terasa tahun 2013 tinggal sedikit lagi berlalu, dan sebentar lagi kita sampai di tahun 2014. Bagi saya, perjalanan 1 tahun ini terasa begitu cepat, sama seperti tahun-tahun sebelumnya. Tahun 2013 ini, meskipun tidak semuanya berjalan mulus dan semua harapan terwujud, namun saya cukup bangga dengan pencapaian tahun ini. Berbagai insight dan pemahaman baru telah didapatkan, begitu juga dengan beberapa prestasi yang tidak pernah terbayangkan bisa saya capai sebelumnya. Tahun ini, saya berhasil mendobrak berbagai batasan diri yang ada sebelumnya. Menulis dan bernyanyi, dua hal yang seumur hidup begitu saya cintai dan memuaskan pribadi, ternyata mendapatkan apresiasi di tahun 2013 ini. Maksud saya, lebih dari sebelumnya. Menjadi juara 3 XL Awards 2013 di Bulan November dan mendapatkan apresiasi dari General Manager Pembangkitan Sumatera Bagian Selatan dan Kepala Divisi Pembangkitan karena performa saya di acara Go Live IMAP di Bulan Desember ini benar-benar terasa sebagai ‘sesuatu’. Bukan karena seberapa besar apresiasi ini, tapi karena saya tidak pernah membayangkan bahwa apa yang saya anggap biasa ternyata dianggap 'sesuatu' oleh orang lain. Dan semua ini tidak akan pernah terjadi tanpa suami saya yang selalu dan selalu mengingatkan, bahwa saya punya sesuatu dan harus menampilkan sesuatu itu.

Itu cerita manis tahun 2013 ini, tapi tentu juga ada cerita asam, asin dan pahitnya juga yang melengkapi. Tahun ini, saya masih gagal dalam beberapa hal. Sebut saja kebiasaan ‘motek’ kuku yang belum juga hilang sampai sekarang, kurang disiplin waktu, beberapa kali merasa terlalu emosional pada Ganesh atau pada suami (OK, it’s humanly, but still I want to be better), suka lupa telpon orang-tua, dan banyak lagi. Bismillah, semoga saya bisa memperbaikinya tahun 2014 nanti… Amiin :)

OK, di penghujung tahun 2013 ini, saya kembali bermain-main dengan warna untuk membuat pengumuman dan undangan acara Malam Pergantian Tahun 2014 di kantor, seperti ini:

Pengumuman Acara Malam Pergantian Tahun 2014
Tanggal 31 Desember 2013
Program yg digunakan: Edraw Max; Colorzilla; Microsoft Publisher
Fonts: Special Elite; Stencil; La Unica; Hornswoggled
Undangan Personal Acara Malam Pergantian Tahun 2014
Tanggal 31 Desember 2013
Program yg digunakan: Edraw Max; Colorzilla; Microsoft Publisher
Fonts: Special Elite; Stencil; La Unica; Hornswoggled

Background desain pengumuman dan undangan ini dibuat dengan program Edraw Max, sedangkan penataannya seperti biasa menggunakan Microsoft Publisher. Untuk paduan warnanya, saya menggunakan dua palet dari design-seeds sebagai berikut:

Ranunculus Hues by design-seeds
Thistle Tones by design-seeds

Saya lagi-lagi merasa puas dengan desain ini, menurut saya terlihat cukup eye-catchy. Meski jujur, saya ingin naik level tahun depan. Selama ini saya hanya bermain-main dengan Microsoft Publisher dan sedikit Edraw. Tahun depan saya ingin benar-benar mempelajari Corel Draw :D. Well, dunia desain memang selalu menarik buat saya, walaupun program-program seperti Corel Draw atau bahkan Edraw pun masih terasa rumit bagi saya. Karena itu, saya tidak punya gambaran jika minat ini bisa menjadi sesuatu yang besar. Harapan saya cuma sebatas kepuasan pribadi, yaitu bisa mewujudkan imajinasi saya menjadi desain nyata. That’s all :D.

So, what do you think? Desain saya kali ini cukup lumayan untuk ukuran seorang amatir kan :D

With Love,
Nian Astiningrum
-end-

Friday, December 27, 2013

Pertamax Moral Education

Membicarakan mengenai Pertamax, sebenarnya saya sudah dikenalkan bahwa bahan bakar ini lebih unggul daripada Premium oleh bapak yang seorang montir. Waktu itu, bapak berpesan untuk sebisa mungkin mengosongkan tangki bahan bakar setiap minggu untuk diisi full dengan Pertamax. Menurut beliau, cara itu akan membantu membersihkan organ-organ yang dilewati bahan bakar, sehingga kondisi motor akan lebih prima. Waktu itu, saya sih percaya saja, karena saya memang tidak terlalu tertarik dengan dunia permesinan dan bapak saya anggap cukup mumpuni dalam dunia ini.

Sekarang, saat menulis artikel ini dan googling ke beberapa situs, saya menemukan bahwa memang Pertamax maupun Pertamax Plus memiliki keunggulan dibandingkan dengan Premium sebagai sesama bahan bakar kendaraan bermesin bensin. Berikut data yang saya sarikan dari PertaminaRetail.com dan Motorku.info:

Perbandingan antara Premium, Pertamax dan Pertamax Plus
Sumber data: PertaminaRetail.com1 dan Motorku.info2

Pertamax dan Pertamax Plus memang memiliki keunggulan dibandingkan Premium. Namun demikian, meskipun lebih irit, ramah pada mesin dan ramah pada lingkungan, kedua bahan bakar ini jauh lebih tidak populer dibandingkan Premium. Sebagai gambaran, kita bisa melihat data yang diungkapkan Sales Representatif Pertamina DIY Fanda Chrismianto kepada HarianJogja.com pada 4 November 2013 lalu. Kala itu, Fanda menyebutkan bahwa market share Pertamax waktu itu hanya 2% dibandingkan Premium. Iya, 2% saja! Dan menurut saya itu jumlah itu sangat kecil dari seharusnya, dengan mengamati berapa banyak mobil-mobil baru yang bersliweran di jalan setiap hari. Para pengemudi mobil-mobil ‘bagus’ itu tentu tahu dong, kalau Premium itu adalah bahan bakar bersubsidi yang diperuntukkan khusus bagi masyarakat yang tidak mampu?

Sebenarnya ada banyak kemungkinan penyebab belum banyaknya masyarakat yang mampu secara ekonomi untuk menggunakan Pertamax. Bisa jadi, memang mereka belum mengerti mengenai filosofi penggunaan Premium dan Pertamax. Bahwa Premium sebagai bahan bakar bersubsidi diperuntukkan bagi masyarakat tidak mampu saja, sehingga mereka sekedar memilih Premium dengan alasan ekonomis. Dimana nota bene harga Pertamax memang jauh lebih mahal dibandingkan Premium. Jika memang ini permasalahannya, maka satu-satunya solusi adalah mengadakan sosialisasi yang lebih intensif untuk memastikan pesan ini tersampaikan sampai ke lapisan terdalam masyarakat.

Tapi sayangnya, rendahnya kesadaran untuk menggunakan Pertamax ini tampaknya tidak semuanya sekedar didasari oleh ketidaktahuan, namun sedikit banyak berhubungan dengan kepedulian dan moralitas kita. Permasalahan yang sama yang membuat banyaknya pelanggaran di negara kita; mulai dari yang kecil seperti merokok di tempat umum, hingga yang besar dan sangat merugikan, seperti korupsi. Iya, korupsi yang menempatkan Indonesia dalam urutan 114 dari 175 negara terbersih4 itu, bukankah juga merupakan salah satu bentuk dari ketidakpedulian bahwa tindakan tersebut salah dan tidak seharusnya dilakukan? Hanya saja dalam intensitas yang berbeda tentu saja. Sama halnya dengan ketidakpedulian bahwa sebagai orang yang mampu, seharusnya seseorang menggunakan Pertamax dan bukannya justru ikut mengantri Premium bersama masyarakat yang benar-benar membutuhkan.

Infografik: Visualiasi Corruption Perception Index 2013
Didownload dari http://cpi.transparency.org4
Moralitas dapat didefinisikan secara sederhana sebagai ‘prinsip mengenai perbedaan antara tindakan yang benar dan salah atau baik dan buruk’5. Sedangkan, secara psikologis moralitas memiliki definisi yang cukup kompleks yang terdiri dari kemampuan untuk membedakan hal yang benar dan salah, kemampuan untuk bertindak sesuai penalaran benar dan salah tersebut, serta munculnya kebanggaan saat kita melakukan hal yang baik dan rasa bersalah atau malu saat kita melakukan sebaliknya6. Atau dengan kata lain, moralitas sangat mempengaruhi pengambilan keputusan seseorang. Contohnya pada saat seorang siswa tidak bisa mengerjakan soal ujian, moralitas siswa tersebutlah yang akan menentukan apakah dia akan mencontek temannya atau tetap jujur. Demikian juga, pada saat seorang pejabat membutuhkan uang, apakah dia akan melakukan upaya korupsi atau tidak.

Pembentukan moral terjadi sejak usia yang sangat dini, melalui berbagai pengalaman sosial, terakumulasi selama bertahun-tahun, sehingga anak memahami dan terjadi internalisasi nilai moral dan standard6. Karena itulah, pada masa-masa ini, kita harus mulai mengajarkan nilai-nilai kebaikan melalui interaksi sehari-hari. Misalnya, “Jangan Ganesh, itu kan punya Bina…” Dari interaksi tersebut kita mengajarkan mengenai kepemilikan dan bahwa merampas barang milik orang lain adalah sesuatu yang salah. Selanjutnya, sesuai kemampuan penalaran anak, kita dapat mengajarkan nilai-nilai yang lebih kompleks. Misalnya menghormati orang lain, mencintai sesama, kejujuran, dan sebagainya. Dimana nilai-nilai kebaikan ini dapat diajarkan dalam perilaku sehari-hari; seperti tidak menyerobot antrian, membantu teman yang sedang sakit atau mengaku bila melakukan kesalahan. Selanjutnya, setelah nilai itu tertanam dalam diri anak, maka itulah yang akan digunakannya sebagai referensi untuk bertindak dan mengambil keputusan kelak.

Kenyataan bahwa konsep benar dan salah atau moralitas adalah sesuatu yang dibentuk dari berbagai interaksi sejak usia kanak-kanak membuatnya menjadi sesuatu yang relatif. Yaitu tergantung lingkungan yang mempengaruhi seorang individu. Bisa jadi orang-tua, tetangga, teman-teman, guru, orang dewasa lain sampai dengan media cetak maupun elektronik yang dikonsumsi selama perkembangan individu tersebut. Disinilah yang kemudian membuat nilai moralitas kadangkala berbeda pada berbagai negara dan budaya. Dan itu pulalah yang menjadi tantangan bagi pemerintah untuk merubah paradigma yang sudah tercipta terhadap berbagai hal, khususnya penggunaan bahan bakar. Masyarakat kita selama ini sudah terbiasa menggunakan Premium, dan menganggap bahwa tidak ada yang salah dengan hal itu. Maka dari itu, sesungguhnya tugas kita dan pemerintah adalah bagaimana menciptakan kesadaran akan nilai moral dalam filosofi penggunaan Pertamax.

Sasaran dari pengubahan paradigma dari menggunakan Premium ke Pertamax memang para konsumen bahan bakar, yaitu masyarakat remaja dan dewasa. Untuk itu dilakukanlah kampanye penggunaan Pertamax yang dilakukan saat ini, seperti sosialisasi melalui media sosial, media cetak maupun elektronik, dan sebagainya sampai dengan kebijakan kewajiban penggunaan Pertamax untuk kendaraan BUMN. Namun, yang tidak boleh dilupakan adalah kampanye pada 'masyarakat kecil' (anak-anak) kita. Karena meskipun dampaknya tidak akan langsung terasa, karena mereka baru akan menjadi konsumen bahan bakar beberapa tahun kedepan; namun pada masa anak-anak inilah kita memiliki kesempatan yang besar untuk membentuk moralitas mereka. Kita memang belum tahu akan seperti apa kebijakan penggunaan bahan bakar di negara kita nantinya, bisa jadi beberapa tahun kedepan subsidi sudah sangat diminimalkan atau bahkan dihilangkan. Namun, tetap tidak ada salahnya mengedukasi anak-anak sejak dini akan nilai-nilai positif dari filosofi penggunaan Pertamax sebagai berikut:
  1. Mencintai sesama. Dengan menggunakan Pertamax, kita secara tidak langsung sudah membantu supaya dana subsidi hanya diberikan pada masyarakat yang membutuhkan. Disinilah letak nilai mencintai sesama tersebut.
  2. Rela berkorban. Kita semua tentu tahu bahwa harga Pertamax jauh lebih tinggi dari Premium, kurang lebih tiga kali lipatnya. Artinya, orang yang bersedia membayar harga tersebut adalah orang yang rela berkorban untuk sesama dan pembangunan bangsa.
  3. Kecintaan pada negara. Premium yang nota bene merupakan bahan bakar bersubsidi merupakan satu bentuk bantuan pemerintah kepada masyarakat kurang mampu. Bayangkan jika, masyarakat kelas menengah keatas sudah cukup sadar untuk menggunakan Pertamax, tentu anggaran untuk keperluan ini bisa dialihkan ke sektor lain. Misalnya untuk pemerataan fasilitas pendidikan di pelosok negeri.
Lalu bagaimana treatment yang tepat untuk menanamkan nilai kebaikan penggunaan Pertamax pada anak-anak ini? Tentu kita tidak bisa memperlakukan mereka sama dengan masyarakat remaja ataupun dewasa, karena memang tingkat penalaran yang berbeda. Supaya lebih efektif, penanaman nilai kebaikan dalam penggunaan Pertamax dapat dilakukan dengan media yang menyenangkan bagi anak-anak; yaitu:
  1. Cerita pendek, cerita bergambar, komik maupun film dengan muatan nilai-nilai kebaikan dalam penggunaan Pertamax.
  2. Diskusi interaktif di sekolah-sekolah yang dibuat seringan dan semenyenangkan mungkin sehingga anak-anak tertarik dan terhibur. Bisa juga menggunakan media boneka untuk mendongeng dan sebagainya.
  3. Mengadakan lomba menulis sederhana untuk anak, misalnya dengan tema ‘Mengapa Aku Memilih Pertamax’.
Contoh Cerita Pendek untuk Menjelaskan Perbedaan Premium dan Pertamax pada Anak-Anak

Melalui cara-cara di atas, kita akan bisa sedikit demi sedikit menanamkan kesadaran pada anak-anak bahwa menggunakan Pertamax adalah sesuatu yang baik. Dampak keberhasilan penanaman nilai kebaikan dalam menggunakan Pertamax mungkin tidak berpengaruh pada pola konsumsi bahan bakar di Indonesia dalam waktu dekat. Namun hal itu akan menjadi aset yang sangat berharga di masa depan; bersama nilai kebaikan yang tertanam di dalamnya seperti mencintai sesama, rela berkorban dan kecintaan pada negara. Sehingga Indonesia akan menjadi bangsa yang jauh lebih baik dan besar dimasa depan. 

Jadi, mari kita gunakan  Pertamax dan ajarkan kebaikan untuk anak-anak kita. Better Life with Pertamax for Better Indonesia!

*tulisan ini diikutsertakan dalam lomba blog #ApaIdemu pada http://pertamina-apaidemu.com/ ; @PertamaxInd dan Facebook Page PertamaxIND

Struk Pembelian Pertamax 15 Liter

With Love,
Nian Astiningrum

Referensi:
  1. PertaminaRetail.com. (2013). Bisnis Fuel Retail PT. Pertamina Retail: Produk. http://web.pertaminaretail.com/Profile/Business/1#tab2. Diakses tanggal 26 Desember 2013.
  2. Motorku.info. (15-02-2013). Apa sih Perbedaan Premium, Pertamax dan Pertamax Plus? http://www.motorku.info/apa-sih-perbedaan-premium-pertamax-dan-pertamax. Diakses tanggal 26 Desember 2013.
  3. HarianJogja.com. (05-11-2013). Jumlah Pengguna Pertamax Naik 20%. http://www.harianjogja.com/baca/2013/11/05/jumlah-pengguna-pertamax-naik-20-462714. Diakses tanggal 23 Desember 2013.
  4. CPI.Transparency.org. 2013. Ideographics: Visualising The Corruption Perceptions Index 2013. http://cpi.transparency.org/cpi2013/infographic/. Diakses tanggal 13 Desember 2013.
  5. OxfordDictionaries.com. 2013. Definition of Morality in English. http://www.oxforddictionaries.com/definition/english/morality. Diakses tanggal 20 Desember 2013.
  6. Sigelman, C.K. & Rider, E.A. 2012. Life-Span Human Development, Seventh Edition. Canada: Wadsworth.

Friday, December 13, 2013

Bersih-Bersih Menyambut Tamu ;)

Iya, tanggal 19 Desember 2013 nanti unit kami akan kedatangan banyak tamu! Dalam rangka Go Live IMAP; diantaranya Direktur Operasi Jawa-Bali-Sumatera, Direktur PT. PJB dan Manajer Sektor dalam satu unit induk. Karena itu, Jumat besok massa akan dikerahkan untuk bersih-bersih kantor dan lingkungannya. Bukannya kami tidak pernah bersih-bersih sih, cuma kalau mau kedatangan tamu seperti ini harus kami harus lebih serius berbenah dong…

Ehem, dan lagi-lagi saya pun kebagian tugas membuat pengumuman :D Seperti ini hasilnya…

Pengumuman Jumat Bersih Menyambut Tamu
Tanggal 13 Desember 2013
Program yg digunakan: Microsoft Publisher; CollorZilla
Fonts: Special Elite; Stencil; Broadway
Gambar diambil http://tanchengling.blogspot.com 

Untuk pengumuman kali ini, karena acara bersih-bersih dilakukan dalam rangka menyambut tamu, maka yang terlintas pertama kali adalah gambar sepasang bapak-ibu yang menggunakan baju adat. Awalnya, ingin menggunakan gambar sepasang bapak-ibu yang menggunakan pakaian adat Jogja; kebaya dan beskap lengkap dengan konde dan blangkonnya. Tapi, setelah dipikir-pikir, ini kan Sumatera Selatan ya… jadi saya mencoba mencari gambar sepasang bapak-ibu dengan pakaian adat Sumsel. Dan ternyata mencari gambar yang saya maksud dalam versi kartun itu cukup sulit. Kebanyakan dalam versi foto asli, yang menurut saya kok agak aneh menempatkan foto orang asli dalam pengumuman seperti ini. setelah googling beberapa menit, akhirnya ketemu gambar yang saya pakai ini.

Selanjutnya tinggal mencari kombinasi warna yang pas untuk gambar tersebut, dan seperti biasa, saya memakai palet dari design-seeds seperti ini:

Dried Hues by design-seeds 

Bagaimana? Cukup OK kan hasilnya? Kalau saya pribadi sih, komentar pengorder, “Pacak pulo bikin kato-katonyo…” itu cukup terasa sebagai apresiasi. Walaupun ada juga yang berkomentar, “Kok ada gambar pengantinnya…”, hihi :D. Baru setelah dijelasin kalau ini menggambarkan PLN Sektor Bukit Asam sebagai warga Sumsel yang menyambut tamu dia manggut-manggut.

OK lah, mari kita bersih-bersih menyambut tamu… But ups, pagi ini saya ke kantor sudah cukup pagi, kok teman-teman cewe malah pada asyik di ruangan. Hmm, mungkin karena area bersih-bersihnya di unit pembangkit, jadi cewe boleh absen ya… Hihi, kalau begitu kita manfaatkan untuk bikin postingan ini aja :D

With Love,
Nian Astiningrum
-end-

Monday, December 9, 2013

Ganesha’s First Durian Season

Sebenarnya bukan musim durian pertama sih, tapi ini adalah pertama kalinya Ganesh ikut menikmati perburuan mencari durian sampai akhirnya mencicip buah fenomenal itu :D

Malam itu sebenarnya sudah cukup larut, pukul 21:00 WIB, kami akhirnya memutuskan keluar untuk mencari durian. Awalnya sih berencana untuk mencari ke Muara Enim, karena malam sebelumnya kami sempat lewat banyak tumpukan durian yang menggiuarkan pada saat makan malam bertiga. Tapi, karena tidak ada tandem yang memadai untuk pesta durian, akhirnya suami memutuskan untuk mencari di pasar dekat rumah saja. Buat tombo kepengen saja, nanti lain kali ada partner baru benar-benar berburu ke Muara Enim. Hihi, kebetulan saya sudah tidak terlalu berminat dengan durian setelah beberapa tahun lalu KKN di wilayah penghasil durian, sehingga hampir tiap hari disuguhi buah itu.

Dari awal perjalanan, seperti biasa Ganesh sudah excited sendiri. Apalagi sampai di tempat dan mencium bau durian yang kuat, langsung dia berkomentar, “Bau duren ya Mama… Coba Mama cium…”, katanya sambil mengendus-endus. Begitu turun dan dihadapkan dengan tumpukan durian, dia beberapa kali ingin memegang dan mencium si buah berduri itu. Dan tentu saja saya larang demi keamanan, hihi, bagaimana kalau si duri itu nancep di hidung Ganesh coba. Karena cuma diijinkan menonton, sepertinya Ganesh sih bosan. Sampai, beberapa kali dia bertanya, “Mama, sudah belum?”, sementara Papanya masih asyik memilih durian yang mau dibeli. Sampai akhirnya dia benar-benar bosan dan menuju ke arah mobil :D. OK Ganesh, mari kita pulang, suami saya pun menyegerakan memilih durian-duriannya.


Papa sibuk milih durian, Ganesh observasi aja :D
No, you can’t touch that Ganesh…
Apalagi mau cium, big no-no ya!

Thursday, December 5, 2013

We Love Performing

Hmm, setelah dua hari penuh benar-benar tidak bisa beralih dari pekerjaan kantor untuk membuka jendela Microsoft Word dan menulis… Akhirnya hari ini ada sedikit waktu luang sebelum, ada deadline lain mendekat. So, saya ingin cerita sedikit tentang kegiatan kami bertiga semalam. Yes, we did some performing last night! Meskipun sedikit mengantuk, we did it great! Or at least we’re happy on that stage :D

Malam itu sebenarnya Ganesh sedang asyik nonton film nomor dua kesukaannya, ‘Finding Nemo’ (film kesukaan nomor satu masih ‘Cars’) dan saya sendiri bermalas-malasan nglungker di belakangnya sambil sesekali mengajak Ganesh ngobrol. Beberapa meter dari rumah, teman-teman saya sedang asyik bernyanyi di studio musik kantor. Oh ya, kami tinggal di komplek perumahan perusahaan, sehingga jarak kantor, rumah dan fasilitasnya relatif dekat. Beberapa kali sahabat saya mengirimkan pesan, merayu kami untuk ikut bergabung. Dan singkat cerita, setelah tarik ulur selama hampir dua jam, kami pun datang dengan bersemangat! Setelah dijanjikan bahwa keyboardisnya bisa main lagu ‘If I Ain’t Got You’-nya Alicia Keys. Ceritanya saya bosan, setiap kali ada acara semacam ini, pasti lagu yang nyambung cuma ‘Hero’-nya Mariah Carey ×_×.

OK, sampai disana, kami bertiga langsung disambut hangat oleh sahabat saya tersebut, kami duduk-duduk sebentar menikmati teman-teman yang bernyanyi, sampai akhirnya bisa naik ke panggung. Haha, jangan dibayangin panggung beneran ya, ini cuma studio musik kecil kok :D. Tapi, tidak masalah, we’re just enjoy performing. Yes, me and Ganesh together in that stage, like this


Menghayati sekali si Ganesh ya?
Tetott! Sayang sekali, dia sebenarnya sedang asyik 
mengamati kipas angin yang berputar-putar di atasnya :D

Sunday, December 1, 2013

‘Kudang’: Javanese Jig for Baby?

Karena bingung dengan definisi baku kata ‘kudang’ dari Bahasa Jawa, akhirnya saya beri judul tulisan ini seperti di atas. Saya tidak tahu, apakah pelafalan saya yang salah, ataukah memang kata ini belum terindeks di Kamus Bahasa Jawa yang ada, tapi saya benar-benar tidak menemukan arti kata ini melalui Google Search. Yang saya temukan malah ‘kudang’ itu diterjemahkan menjadi ‘sadly’ dalam Bahasa Inggris…

Bukan ‘kudang’ ini yang saya maksud :(

Dan sayang sekali, bukan ‘kudang’ itu yang saya maksud. ‘Kudang’ yang saya maksud adalah semacam senandung riang yang didendangkan oleh orang untuk bayi-bayi supaya mereka terhibur dan berjingkrak-jingkrak. Kalau menurut @KamusJawaID, 'kudang' itu diterjemahkan ke Bahasa Indonesia menjadi 'timang'. Nah, kalau ini lebih bisa diterima, hanya saja menurut saya 'kudang' itu memiliki melodi yang selalu ceria, sementara 'timang' tidak. Mungkin, teman-teman lain yang berasal dari Jawa khususnya Jogja bisa memberikan definisi yang lebih terbayangkan dari ini ya :D. Lirik dan melodi dalam kudangan sendiri tidak memiliki batas, mulai dari yang memiliki arti sampai yang hanya berupa bunyi-bunyian. Misalnya seperti ini: (dendangkan dengan ceria ya…) “Anak mama pinter banget! Anak mama pinter banget!” atau “Tak kintong kintong! Tak kintong kintong!”. Bagi yang tidak pernah tinggal di lingkungan Jawa kira-kira sudah bisa menangkap apa itu kudang belum ya? Hihi :D

Jadi ceritanya ada cerita spesial tentang kudang yang ingin saya dokumentasikan disni. Iya, karena dulu saya pernah dikudang dan sekarang pun ternyata juga saya seringkali mengkudang Ganesh dengan senandung gubahan saya sendiri. Beberapa waktu yang lalu, seorang paman yang saya panggil Om Dono menulis sebuah pesan melalui akun Google+ nya, seperti ini:

“Dikintong-kintong Mamak”
Kata-kata 'kintong-kintong' seringkali didendangkan
‘Mamak’ (panggilan Bude) untuk menenangkan saya

Wednesday, November 27, 2013

Senam ber-Dresscode!

“Oh ya Mbak, lupa, tadi Pak Rusman pesen minta dibikinin pengumuman senam buat Hari Jumat nanti… Harus pake baju training yang kemarin dibagi Mbak…” Hari sudah tidak bisa disebut pagi lagi saat Mbak Elva, rekan seruangan saya menyampaikan order pengumuman dari Pak Rusman hari ini. Tapi, tidak apa-apa, pekerjaan saya sedang santai dan tidak dikejar deadline, jadi saya bisa santai mengerjakannya. Here we go

Saya mulai desain kali ini dengan mencari gambar yang sesuai. Awalnya sih berpikir untuk mencari gambar orang yang menggunakan training olah raga. Tapi karena tidak kunjung ketemu, akhirnya nyasar ke gambar pria gendut lucu ini, yang ternyata disebut ‘cartoon referee’. Gambarnya ekspresif sekali, saya jadi terbawa mood ingin membuat sesuatu yang terkesan ekspresif dan lain dari biasanya. Maka, jadilah pengumuman ini… Pengumuman dengan bahasa dan tata letak yang sangat santai namun ekspresif :)

Monday, November 25, 2013

XL Awards 2013: First Awarding Moment

Minggu pertama Bulan November 2013 benar-benar minggu yang penuh dengan kejutan, baik yang mengejutkan secara positif maupun sebaliknya. Just shocking, karena tidak ada diantaranya yang berpengaruh secara langsung pada diri saya; it’s about them, not me… Saya cuma penonton saja. Sampai pada Hari Jumat tanggal 8 November 2013, hari masih cukup pagi saat saya mendapatkan telepon dari nomor asing yang mengabarkan bahwa karya saya “Merajut Mimpi Bersama Jaringan 3G” berhasil masuk tiga besar dalam XL Awards 2013! Wow, benarkah?! Benar-benar tidak percaya, karena jujur saja tulisan itu menurut saya tidak terlalu istimewa dan membuatnya pun cukup dadakan. Saking sureprised-nya saya sampai tidak bisa mencerna penjelasan Mas Okta XL Awards tentang lokasi dan waktu acara (benar-benar payah ya!). Dan saya pun minta dikirimkan email saja, yang ternyata emailnya tidak segera datang :(. Bayangkan kegalauan saya saat menunggu email sakti itu, berkali-kali saya berpikir kalau saya salah dengar :(.

Sampai akhirnya sekitar jam 19.00 WIB saya kembali menghubungi Mas Okta dan dia janji akan mengirimkan email undangan 5 menit lagi. Iya, pasti panitia sedang sibuk menghubungi undangan dari 6 kategori yang dilombakan, yang menurut perkiraan saya pihak XL Awards mengundang 10 besar dari masing-masing kategori. Berarti mereka menghubungi 60 orang dalam waktu 1 hari, hmm, memang cukup makan waktu. Apalagi kalau ada banyak orang yang ribet seperti saya, balik telpon untuk memastikan, hehe :D.

Potongan Undangan Pengumuman Pemenang XL Awards 2013

Lima menit berlalu, dan tada! Emailnya benar-benar datang. Hari Senin, jam 11 siang di Jakarta… hmm, ternyata butuh effort yang cukup besar untuk hadir; sebut saja mengurus cuti, tentang Ganesh dan juga teman dating di acara tersebut. Iya, saya ini payah sekali soal navigasi plus suka pelupa, jadi butuh teman sebagai penunjuk arah :D. Ribet, apa lebih baik diwakilkan saja ya? Duh, tapi sayang sekali rasanya harus melewatkan momen seperti ini lagi. Bulan Juli 2013 lalu saya sudah mewakilkan kehadiran saya pada saudara sepupu saya untuk menerima penghargaan sebagai Juara 1 Blog Competition (read the post here) yang diadakan oleh Teach for Indonesia bekerjasama dengan beberapa instansi. Nyatanya menang lomba menulis itu gampang-gampang susah dan unpredictable, entah kapan lagi bisa menang. Yup, saya memutuskan untuk hadir :).

Perjuangan dimulai dengan menghubungi atasan saya untuk minta ijin cuti dua hari and goal! Setelah itu, hunting tiket, yap another goal! Sekarang mulai mencari teman nge-date, hmm, yang ini cukup alot… Karena acara diadakan Hari Senin, sudah pasti kebanyakan teman dan saudara saya masuk kerja. Tapi untungnya saya teringat pada Bude saya, beliau seorang guru. Pengalaman saya, ada kalanya guru tidak banyak mendapat jam pelajaran dalam satu hari, mari kita coba! And.. finally it’s a goal too! Bude saya bilang dia cuma piket di hari itu, jadi bisa ijin untuk mengantar saya. Yuhuu! Soal Ganesh juga solved! Saya akan mengajaknya bersama pengasuh ke Palembang, meninggalkan mereka berdua sementara saya terbang dengan pesawat paling pagi dan kembali dengan pesawat paling malam. Artinya, saya hanya meninggalkannya satu hari saja. Soal keperluan logistik Ganesh dan pengasuh, juga bisa diatur, saya bisa minta tolong dengan penjaga penginapan langganan kami di Palembang.

Wednesday, November 6, 2013

Pesta, Ajak si Kecil atau Tidak ya…

Hari ini, Selasa 1 Muharram 1435H… Mungkin karena libur, ternyata ada undangan resepsi pernikahan dari seorang teman. Seperti biasa, pagi ini kembali terjadi perbincangan antara saya dan suami dengan tema, ‘Ajak Ganesh atau ga ya?’. Pertanyaan ini selalu ada sejak Ganesh berusia kurang lebih 6 bulan, karena sejak usia ini kami mulai berpikir bahwa dia sudah bisa diajak ke acara semacam itu, just like his peers.

Entah kami yang terlalu khawatir atau apa, tapi mengajak Ganesh ke acara ‘semacam itu’ bukanlah sesuatu yang bisa dilakukan tanpa pertimbangan matang sebelumnya.

‘Semacam itu’ refers to situasi yang ramai dengan ratusan tamu, suara sound system yang menggelegar dan tentunya suhu udara yang kadangkala tidak nyaman; well itu jelas bukan situasi yang nyaman, apalagi untuk seorang anak menurut saya. Iya, karena anak belum bisa mengkomunikasikan dengan jelas ketidaknyamanannya atau melakukan tindakan tertentu untuk mengurangi rasa tidak nyamannya. Misalnya nih, kalau kita kepanasan lalu cari kipas, atau kalau merasa berisik kemudian menutup telinga atau menjauh.

Itu pertimbangan pertama, selain itu, hal kedua yang membuat saya ragu untuk mengajak Ganesh adalah karena karakter dan perangainya. Ganesh adalah anak yang punya ide dan kemauannya sendiri, artinya kalau mengajak dia ya harus siap dengan kemungkinan terburuk; yaitu dia meninggalkan lokasi resepsi dan memilih untuk bermain di halaman gedung (misalnya). Yah, kalau acaranya tidak terlalu formal dan lokasinya memungkinkan untuk hal semacam itu, baru Ganesh bisa diajak, kalau tidak ya berdua lagi deh :D.

Pertimbangan ketiga adalah lamanya acara dan lamanya Ganesh akan ditinggalkan. Ada kalanya kami kondangan keluar kota dan harus menginap… Nah, kalau begini sih, saya sudah pasti tidak bisa dikompromi lagi akan mengajak Ganesh dengan segala konsekuensinya. Saya paling tidak bisa meninggalkan anak sampai malam, jadi meskipun ribet, saya akan mengajaknya. Titik! :D. Tapi, kalau acaranya masih di dalam kota dan tidak terlalu lama, maka tergantung poin satu dan dua.

Seperti kondangan hari ini; karena acaranya cuma sekitar 3 jam termasuk perjalanan (kami sengaja datang mepet acara selesai :D), tempatnya semi outdoor (pasti sound system-nya kenceng) dam perkiraan tamu bakalan banyak. Acaranya sendiri meskipun formal sebenarnya masih memungkinkan Ganesh untuk keluar arena dan bermain, tapi lokasinya yang panas dan di pinggir jalan, sepertinya tidak terlalu pas untuk bermain. Jadi, akhirnya kami sepakat untuk pergi berdua saya… Biarkan Ganesh di rumah bersama simbah pengasuh, toh hanya 3 jam kan…

“Lalu, kalau Ganesh tidak diajak, di rumah sama siapa dong?” Alhamdulillah kami mempunyai pengasuh yang sangat sabar. Jadi, Ganesh aman di rumah sementara kami kondangan. Dia bisa bermain, bisa makan menu rumahan kesukaannya tepat waktu dan tidak perlu rewel karena suasana yang tidak nyaman. 

“Ganesh di rumah dulu ya…
Mama sama Papa cuma sebentar kok :*”


Saturday, November 2, 2013

Keluarga ‘Si Bolang’ Pergi ke Mal

Ya, ‘Si Bolang’ rasanya sebuah julukan yang tepat untuk Ganesh karena kesehariannya… Iya, benar, setiap hari memang Ganesh ngebolang kok :D. Kami memang tinggal di sebuah kota kecil bernama Tanjung Enim, sebuah kota yang dibelah oleh sebuah Jalan Lintas Sumatera. Hmm, jangan membayangkan jalan ini sebesar jalan lintas propinsi di Jawa ya… Jalan ini sama sekali tidak bisa dibandingkan dengan Jalur Pantura, meskipun kendaraan yang melintas tidak kalah besar. Secara Tanjung Enim terkenal dengan tambang barubaranya, jadi otomatis banyak truk pengangkut batubara dan alat berat yang melintas di jalan kelas III ini.Lho… ini kok malah jadi curhat soal kota kami ya :D.

Kembali ke topik awal… Dengan keadaan kota yang cukup lengang ini, otomatis Ganesh punya banyak tempat yang bisa dijelajahi setiap harinya; sebut saja TK Electrina yang berada tepat di sebelah rumah kami, sapi yang suka parkir di gerbang komplek, tanaman putri malu yang tumbuh liar di kanan kiri jalan dekat rumah, rumah tetangga kecil temannya main, dan banyak lagi. Berikut ini adalah beberapa foto aktifitas Ganesh sehari-hari:

Main Tanah & Ngobrol sama Kucing
Main Air & Kemah-kemahan
Jemput Mama Pulang Kantor & Observasi Bekicot
‘Berangkat Sekolah’

Thursday, October 31, 2013

Ekspedisi 68

Inginnya sih begitu judul acara jalan santai yang akan diadakan pada Hari Jumat tanggal 1 November 2013 nanti. Jalan santai yang akhirnya disebut “Jalan Sehat” ini diadakan dalam rangka memperingati Hari Listrik Nasional ke 68 tanggal 27 Oktober 2013 lalu. Rutenya cukup pendek, yaitu dari Gedung Serba Guna PT PLN (Persero) Sektor Pembangkitan Bukit Asam menuju ke unit pembangkit yang berjarak 1 Km dan dilanjutkan tawaf mengelilingi area pembangkit yang menurut perkiraan saya berjarak 1 Km. Pesertanya sendiri cukup banyak; yaitu Pegawai dan keluarga, serta Tenaga Alih Daya… yah, prediksi saya sih ada lebih dari 300 orang yang akan berderet menyusuri jalanan pada hari itu. Dalam bayangan saya, keadaan itu seperti sekumpulan penduduk pada jaman berburu dan meramu (pelajaran sejarah SMA) yang sedang mencari lokasi baru untuk menetap :D. Penuh misteri, tantangan dan hal baru… kata ‘ekspedisi’ sangat sesuai menurut saya…

Pengumuman “Jalan Sehat”
Jumat, 1 November 2013 
Program yg digunakan: Microsoft Publisher & CollorZilla
Fonts: Missed Your Exit; Archistico; Another Typewriter
Gambar diambil dari: http://khongthe.com/

Yah, walaupun akhirnya ‘Ekspedisi 68’ akhirnya secara sukarela saya ganti menjadi ‘Jalan Sehat’ untuk mempercepat penangkapan pesan oleh khalayak; ide awal yaitu ‘peta tua’ masih saya pertahankan untuk desain ini. Peta tua, sudah pasti identik dengan warna kertas tua yang krem kecoklatan termakan usia, jadi saya memilih kombinasi warna ini:

Color Stare by Design-Seeds

Hasilnya, sangat memuaskan tentu saja (memuji karya sendiri :D). Kesan tua dan misterius yang saya inginkan cukup kental dalam desain ini. Sekarang tinggal memikirkan akan ikut memeriahkan acara itu atau tidak. Lokasi start di Gedung Serba Guna ini sebenarnya tepat di belakang rumah saya, tapi untuk berangkat jam 06:30 itu berarti saya harus merelakan waktu mandi dan makan pagi Ganesh :(. Hmm, mari kita pikirkan malam ini…

With Love,
Nian Astiningrum
-end-

*Gambar: http://khongthe.com/wallpapers/abstract/old-world-map-n-ship-246398.jpg

Monday, October 21, 2013

Mendidik Seorang Pemimpin: It Takes a Village…

Dulu semasa mengikuti kuliah Psikologi Perkembangan, dosen saya pernah bercerita bahwa untuk mendidik seorang anak menjadi seorang pribadi yang utuh sungguh bukan pekerjaan yang sederhana. Beliau waktu itu menggambarkan untuk mendidik seorang anak membutuhkan ‘penduduk sebuah desa’, sebagaimana buku karangan Hillary Clinton pada tahun 1996; ‘It Takes a Village: And Other Lessons Children Teach Us.’ Waktu itu, saya merasa cukup dapat menangkap pesan yang disampaikan dosen saya tersebut; namun sekarang, pada saat saya menjalani sendiri menjadi seorang ibu, saya bary sadar sepenuhnya bahwa mendidik seorang anak-anak benar-benar bukan pekerjaan yang sederhana. Ini adalah pekerjaan yang melibatkan begitu banyak aspek, it do takes a village dan ini adalah hal yang bersifat holistik.

BAKAT VS LINGKUNGAN
Bagi saya, mendidik anak menjadi seorang pemimpin, berarti mengupayakan segala cara yang mengoptimalkan bakat (aspek genetis) anak saya. Setiap anak itu unik. Sejak masa konsepsi mereka sudah memiliki gen yang membawa potensi masing-masing; potensi pertumbuhan (karakter fisik) dan juga potensi perkembangan (karakter psikologis). Setiap anak, sejak dalam kandungan sudah memiliki blue-print pertumbuhan dan perkembangan masing-masing; bisa menjadi apa kelak pada saat mereka dewasa. ‘Bisa menjadi apa’ bukan ‘akan menjadi apa’ bakat ini hanya bahan baku, sedangkan akan menjadi apa bahan baku ini tergantung bagaimana lingkungan menempanya. Ibaratnya tepung terigu, akan menjadi cake yang lezat atau teronggok begitu saja hingga berbau apek itu tergantung pengolahannya (hanya perumpamaan). Seorang anak bisa saja memiliki bakat untuk memiliki tinggi badan 170 cm, namun karena malnutrisi, bisa jadi dia mentok di 150 cm. Sama halnya dengan seorang anak yang memiliki potensi verbal di atas rata-rata, namun karena kurangnya stimulasi menjadi biasa-biasa saja. Bagaimana, setuju kan dengan pendapat saya? Lalu bagaimana usaha saya mengoptimalkan bakat yang dimiliki Ganesh, berikut yang saya lakukan…

Pertumbuhan. Anak yang sehat dan tumbuh optimal sudah pasti harapan setiap ibu, termasuk juga saya. Karena itu, sejak dinyatakan positif hamil, sejak itu juga saya mulai memberikan perhatian ekstra pada asupan nutrisi. Googling-googling dan mencari tahu apa yang baik dan buruk untuk perkembangan bayi dalam kandungan. Dari hasil googling tersebut, mulailah saya mensortir makanan apa saja yang masuk kategori ‘big no!’, sebaiknya dihindari dan baik untuk dikonsumsi. Berikut adalah daftar contoh makanan yang masuk dalam kategori saya tersebut:

Kategori Makanan/Zat Ibu Hamil Versi Saya
‘Makanan’ termasuk zat yang masuk ke tubuh lainnya

Nah, selanjutnya untuk memastikan kecukupan gizi untuk saya dan bayi dalam kandungan, saya tidak pernah ketinggalan minum susu khusus ibu hamil seperti Lactamil Ibu Hamil. Vitamin dan suplemen yang diberikan dokter kandungan pun, rajin saya konsumsi, namun tentu saja setelah melalui screening dengan bantuan Mr. Google. Jadi konsumen kan harus cerdas ya, jadi sebelum memutuskan untuk mengkonsumsi sesuatu, googling untuk mencari tahu itu harus dilakukan untuk lebih memastikan kebutuhan, keamanan dan efek dari vitamin atau suplemen tersebut.

Selanjutnya, setelah lahir, pemberian nutrisi yang baik pun berlanjut baik bagi saya maupun Ganesh. Semua pasti setuju bahwa ASI merupakan makanan terbaik bayi hingga usia enam bulan, dan setelah itu sebisa mungkin dilanjutkan sampai usia dua tahun. Dan saya pun sependapat dengan hal itu. Untuk itu, saya selalu mengupayakan supaya dapat memberikan ASI untuk Ganesh. Caranya, tentu saja dengan memperhatikan kesehatan dan nutrisi saya. Makan makanan bervitamin dan juga ASI booster, seperti daun katuk saya lakukan secara teratur untuk menjaga produksi ASI. Dan saat ini dengan adanya susu untuk ibu menyusui seperti Lactamil Ibu Menyusui cukup membantu saya, karena disamping mengandung berbagai macam nutrisi yang bermanfaat juga mengandung sari daun katuk sebagai ASI booster.

Selepas sukses program ASI Eksklusif selama enam bulan, selanjutnya saya berkomitmen untuk memberikan asupan nutrisi yang baik pada Ganesh melalui menu MPASI-nya. Untuk mengupayakan hal ini, sebisa mungkin saya mengontrol menu makanan Ganesh; baik dari bahan dan pengolahan, yaitu dengan memasak sendiri. Tidak perlu memasak makanan yang rumit untuk Ganesh, yang penting kaya nutrisi, bersih dan bebas dari bahan pengawet, pewarna serta penguat rasa. Karena saya seorang ibu bekerja; saya menggunakan teknik kukus bahan makanan di pagi hari, yang kemudian diracik menjadi tiga porsi sehingga pengasuh tinggal menghaluskan saja dengan blender. Setelah mulai makan bubur, saya mulai menggunakan slow cooker. Dan pada saat Ganesh mulai makan lebih padat lagi saya hanya memasak di pagi hari dan mengajarkan pengasuh saya untuk memasak menu Ganesh siang dan sore hari.

MPASI Ganesh
Sayuran, buah, biji-bijian
yang diolah dengan teknik mengukus atau slow cooker
dan dihaluskan menggunakan blender

Perkembangan. Disamping pertumbuhan fisik yang optimal, aspek psikis, yaitu perkembangan juga menjadi perhatian saya sebagai seorang ibu. Sekali lagi, setiap anak diciptakan dengan unik dengan berbagai potensi mereka masing-masing. Pada dasarnya, saya berpendapat bahwa sebagai orang-tua, kita berkewajiban untuk memberikan ruang perkembangan yang leluasa untuk anak. Cara pertama yang ditempuh adalah dengan memperlakukan anak dengan cara yang aman dan nyaman. Maksudnya adalah memperlakukan anak dengan lembut, hangat, penuh empati dan perhatian; sehingga sang anak merasa aman untuk mengekspresikan dirinya. Ya, sebagai seorang anak yang tergolong sensitif, saya ingat betul bagaimana saya begitu peka dengan bagaimana orang-tua memperlakukan. Bagaimana sebuah pujian tanpa tuntutan bisa membuat saya begitu bersemangat dan sikap acuh yang dingin bisa membuat saya merasa gagal. Hmm, meskipun kenyataannya tidak semua anak punya kepribadian seperti saya, tapi perlakuan yang lembut, hangat, penuh empati dan perhatian akan menciptakan efek positif bagi mereka. Hal inilah yang sebisa mungkin saya berikan pada Ganesh, agar dia tumbuh menjadi anak yang percaya diri dengan segala potensinya.

Lebih lanjut, pemahaman sedini mungkin akan kepribadian anak juga akan membantu kita mengoptimalkan potensinya. Untuk lebih mudahnya, saya menggunakan salah satu Teori Kepribadian Color Code dari Dr. Taylor Hartman2. Teori ini membagi kepribadian menjadi empat kategori; yaitu merah, biru, putih dan kuning; dimana masing-masing kepribadian memiliki karakteristik tersendiri berdasarkan motif perilakunya. Merah motif kekuasaan, biru motif keintiman, putih motif kedamaian dan kuning kesenangan. Setiap karakteristik kepribadian ini memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing, sehingga tidak bisa diperlakukan dengan cara yang sama untuk mencapai hasil yang optimal.

Karakteristik Anak Berdasarkan Teori The Color Code
Pemahaman tentangnya akan mempermudah kita memperlakukan anak dengan tepat

Berdasarkan pemahaman akan karakteristik anak tersebut, kita akan bisa memperkirakan reaksi anak dengan perlakuan kita. Misalnya seorang anak dengan karakteristik merah, sah saja sedikit ‘dihina’ untuk memancing semangatnya. Sementara untuk anak dengan karakteristik biru, hal ini harus dihindari karena akan membuatnya semakin down dan sebaliknya kita harus lebih banyak berempati dan mengurangi tuntutan agar si biru bisa tampil optimal.

Menurut pengamatan saya sebagai seorang ibu, Ganesh termasuk anak dengan karakter merah dengan segala kekerasan kepala, keskeptisan dan pemberontakannya. Hmm, menghadapi hal ini, saya berusaha mengarahkannya dengan memberikan penjelasan-penjelasan logis sederhana yang dapat dipahaminya. Selama tindakannya tidak berbahaya, saya juga cenderung sekedar mengamati karena memang Ganesh selalu ingin melakukan semuanya ‘cendilian!’ daripada dibantu. Selain itu, saya juga berusaha membangun reputasi di mata Ganesh dengan bersikap lembut dan memberikan informasi yang benar agar dia mau lebih mendengarkan nasehat-nasehat saya.

Nah, disamping memperhatikan kepribadian anak; sedini mungkin kita juga berusaha menggali talenta dan minatnya untuk dapat mengembangkannya sejak dini. Talenta dan minat bisa dilihat dari kebiasaan sehari-hari. Misalnya pada Ganesh yang menurut saya cukup berkembang di bidang verbal yang terlihat sejak usia 13 bulan, dimana dia sudah mampu mengucapkan berbagai kata. ‘Ceriwis’, itulah kata yang tepat untuk menggambarkannya :D. Untuk itu kami selalu berusaha menjadi partner ngobrol-nya setiap waktu, karena Ganesh memang memiliki keinginan yang tinggi untuk berbicara. Selain itu, Ganesh juga sangat menikmati pengamatan di alam; terlihat dari kesukaannya jalan-jalan sembari mengamati berbagai tumbuhan dan hewan. Hmm, saya sempat berpikir mungkin dia nantinya akan menyukai bidang biologi. Yah, talenta dan minat ini memang baru suatu tanda akan talenta dan minat lain yang mungkin lebih spesifik nantinya dan saat ini kami sekedar berusaha memfasilitasinya supaya bisa berkembang optimal.

Ganesh Mengamati Bekicot
Senang mengamati tumbuhan dan binatang disekitarnya
Mungkin dia seorang ahli biologi masa depan :D

PENANAMAN NILAI-NILAI KEBAIKAN
Ingat penggalan syair sebuah lagu qasidah tahun 80-an yang dilantunkan oleh Hj. Nur Asiah Jamil sebagai berikut: “Belajar di waktu kecil bagai mengukir di atas batu, belajar sesudah dewasa laksana mengukir di atas air.” Penggalan syair lagu tersebut mengingatkan saya bahwa masa kecil merupakan waktu yang paling krusial untuk pembelajaran anak, terutama berkaitan dengan nilai-nilai kebaikan. Mendidik seorang anak memang sulit, bagaikan mengukir di atas batu, harus telaten dan tekun, namun setelah nilai tersebut tertanam, maka dia akan menetap dalam diri anak sepanjang hidupnya. Berbeda dengan menasehati orang dewasa, mungkin mudah saja orang tersebut akan merubah perilakunya, namun mudah saja perilakunya kembali berubah seperti semula, bagaikan mengukir di atas air. Karena itulah, saya selalu berupaya menanamkan nilai-nilai kebaikan pada Ganesh sedini mungkin melalui interaksi sehari-hari dan juga dengan berusaha menjadi role model yang baik untuknya.

Pendidikan Moral. Moral yang baik, menurut saya adalah karakteristik pemimpin yang paling penting. Kenapa demikian? Kita tentu melihat betapa banyak permasalahan yang dihadapi masyarakat saat ini; mulai dari masalah sampah, pendidikan, ekonomi dan kawan-kawan, yang nota bene semuanya itu membutuhkan kepedulian atau moral yang baik untuk menyelesaikannya. Keahlian saja tidak akan mampu menyelesaikan permasalahan tersebut, tanpa adanya tujuan yang baik yang berawal dari moralitas kita. Menurut saya, sebuah keahlian tanpa moralitas akhirnya hanya akan berakhir pada penyelesaian masalah sebagai sebuah komoditas bukan dedikasi. Pemimpin seperti itu, tentu tidak akan mampu secara optimal menyelesaikan permasalahan yang dihadapi negeri ini.

Nah, lalu bagaimana mengajarkan moralitas pada anak? Jawabannya adalah melalui interaksi sehari-hari. Dalam kehidupan sehari-hari tentu banyak situasi yang bisa kita manfaatkan untuk membantu mendidik moral anak, misalnya:
  1. Kepedulian pada lingkungan dengan mengajak anak untuk membuang tissue bekasnya di tempat sampah.
  2. Welas asih dengan memintanya berbagi makanan atau mainan dengan temannya. Misalnya seperti ini, “Ganesh, temennya dipinjemin mainannya ya… Kasihan kan, dia ga punya mainan kaya Ganesh.”
  3. Tepa selira, misalnya pada saat dia menjambak saya maka saya katakan, “Ganesh, dijambak itu sakit lho. Ganesh ga mau kan dijambak juga? Kalo gitu jangan jambakin orang ya…”
  4. Menghargai orang lain, misalnya pada saat dia bermain dengan baju yang sudah dilipat oleh ART, saya mengatakan, “Ganesh, kasihan Wawak lho… Kan capek nyetrikanya… Masa sama Ganesh diberantakin gini.”

Selanjutnya, disamping nilai-nilai di atas, akan ada banyak lagi nilai moral yang bisa diajarkan seiring bertambahnya kedewasaan Ganesh. Tugas kita sebagai ibu, adalah untuk bisa peka dengan situasi yang ada di lingkungan untuk bisa memanfaatkannya. Serta juga, kreatif untuk menciptakan situasi yang membantu proses belajar, misalnya melalui permainan. Misalnya permainan mobil mengantri di SPBU untuk mengajarkan anak budaya mengantri.

Kebiasaan Baik. Kebiasaan baik sesungguhnya dekat dengan moral yang baik, hanya saja kebiasaan baik mungkin lebih dangkal karena tidak berkaitan dengan hati nurani (baik/jahat). Kebiasaan baik menurut saya disini misalnya adalah kebiasaan makan makanan sehat, menjaga kebersihan tubuh, menjaga kerapian dan sebagainya. Kebiasaan-kebiasaan baik ini akan menjaga anak untuk hidup sehat dan penampilannya. Misalnya saja jika anak terbiasa untuk makan makanan yang rendah gula dan garam dan terbentuk preferensi citarasa demikian, maka menurunkan resikonya akan penyakit hipertensi dan diabetes di masa depan. 

Menu Ganesh
Hasil olahan sendiri
untuk memastikan kebersihan dan nutrisinya

Nah, untuk membiasakan Ganesh dengan hal-hal tersebut caranya tidak lain dengan mengajak anak melakukannya secara rutin dari hari ke hari, misalnya yang saya terapkan pada Ganesh:
  1. Makan makanan sehat, dengan membiasakan Ganesh pada makanan rumahan, dengan kadar gula dan garam yang rendah dan tanpa MSG. Menjaga Ganesh supaya tidak jajan di luar yang tidak terjamin kebersihan dan keamanannya, serta seringkali terlalu manis atau gurih.
  2. Menjaga kebersihan tubuh, dengan membiasakan mandi dua kali sehari, mencuci tangan setelah bermain dengan hewan peliharaan atau akan makan, dan sebagainya.
  3. Menjaga kerapian, misalnya dengan membiasakan Ganesh merapikan mainan setelah digunakan.
Dalam menanamkan kebiasaan baik sesungguhnya sama sekali tidak rumit, hanya saja membutuhkan kesabaran dan konsistensi kita. Karena itulah, peran kita sebagai seorang ibu untuk mengupayakan bahwa anak kita menjalani hari-harinya dengan penuh pembelajaran yang menyenangkan, baik untuk menanamkan moral maupun kebiasaan baik. Saya, sebagai seorang ibu bekerja, cukup beruntung dengan lokasi kantor yang dekat, sehingga memungkinkan saya memantau keseharian Ganesh pagi hari sebelum ke kantor, pada saat istirahat siang dan sepulang kerja. Selebihnya, saya berusaha memberikan pengertian pada pengasuh tentang cara asuh yang saya terapkan pada Ganesh, sehingga ada keselarasan antara perlakuan saya dan pengasuh.

IT TAKES A VILLAGE
Jaman dulu sekali, pada saat lingkungan kita masih sebatas kemana kaki dan kuda dapat mengantarkan kita, kendali kita pada lingkungan yang mempengaruhi pada perkembangan anak terhitung masih besar. Berbeda dengan sekarang, dengan adanya TV, internet, media cetak dan sebagainya; bisa dipastikan bahwa ada semakin banyak hal yang akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak kita; baik secara positif dan negatif. Derasnya arus informasi, di satu sisi akan membuat anak menjadi lebih kritis, karena dia akan cenderung membandingkan informasi-informasi yang ada sebelum memutuskan informasi mana yang akan diikutinya. Sedangkan di sisi lain, ini berarti ada celah bahwa anak akan terpengaruh dengan informasi yang tidak baik. Hmm, lalu bagaimana caranya agar anak kita mendapatkan dampak positif dari lingkungan dan bukan sebaliknya? Berikut yang saya lakukan pada Ganesh…

Memilih Lingkungan yang Supportif. It takes a village, merupakan pepatah Afrika yang menggambarkan bahwa membutuhkan sebuah komunitas untuk membesarkan anak menjadi seorang individu yang utuh. Dengan kata lain, seorang anak akan tumbuh menjadi dewasa secara optimal jika seluruh komunitas mengambil peran untuk membesarkan anak3. Di rumah, bisa saja saya mengontrol buku apa yang dibacanya atau tayangan yang dilihatnya. Namun, hal itu tentu tidak bisa saya lakukan sepenuhnya di luar rumah. Sebagai anggota masyarakat, saya juga tidak terlalu memilih lingkungan yang steril untuk anak saya. Tapi, meskipun demikian, saya masih sedikit banyak menghindarkan Ganesh dari pengaruh negatif, apalagi sekarang usianya masih 2 tahun 3 bulan. Caranya, yaitu dengan mengajak Ganesh bermain ke lingkungan yang supportif untuk perkembangannya; misalnya di sekitar saya adalah TK yang ada di samping rumah, rumah teman sebayanya atau jalan-jalan melihat sapi dan pepohonan. Ya, saya cukup beruntung tinggal di lingkungan yang tergolong pedesaan.

Ganesh Senang Bermain Di Sekolah Dekat Rumah
Beruntung pihak sekolah mengijinkan Ganesh bermain disana
Walaupun tidak belajar,
lingkungan sekolah memberikan pengaruh yang baik untuknya

Selanjutnya, seiring bertambahnya usia Ganesh, hingga memasuki usia sekolah, maka saya pun memiliki keinginan menyekolahkan Ganesh di sekolah yang selain peduli pendidikan akademis, juga fokus terhadap perkembangan moral dan spiritual anak. Sebuah lingkungan sekolah yang sesuai dengan ritme belajar Ganesh nantinya juga, sehingga Ganesh merasa nyaman serta potensinya dapat berkembang optimal. Masa itu mungkin masih cukup lama ya, jadi untuk sekarang saya baru dalam tahap mencari dan membandingkan berbagai sistem yang ditawarkan beberapa sekolah yang ada, sembari juga mengamati perkembangan karakter Ganesh.

Membangun Kredibilitas. Faktanya, meskipun berusaha memilih lingkungan yang supportif untuk perkembangan anak, kita tetap tidak bisa memblokir sepenuhnya informasi yang diterima anak. Apalagi nanti jika anak kita sudah menginjak usia sekolah. Lalu bagaimana solusinya? Menurut saya, sebagai ibu, kita harus membangun kredibilitas di mata anak. Kita harus bisa membuat anak berpikir bahwa kita adalah ibu yang bisa dipercayai dan bisa memberikan informasi yang dapat diterimanya. Caranya adalah (lagi-lagi) dengan memperlakukan anak dengan penuh empati dan pengertian, serta juga selalu meng-up-grade pengetahuan, sehingga bisa menjadi sumber informasi yang menarik dan terpercaya bagi anak. Untuk saat ini usaha konkret yang saya lakukan untuk Ganesh diusianya saat ini adalah:
  1. Bersikap lembut, penuh empati dan pengertian agar Ganesh merasa nyaman berinteraksi dan berkomunikasi dengan saya.
  2. Banyak membaca dan mencari informasi berkaitan dengan tumbuh kembang anak dan juga bagaimana ‘dunia luar’ saat ini.
  3. Mencari tahu lingkungan bermain Ganesh, sehingga pada saat bersama kami bisa bercerita tentang kegiatan Ganesh hari itu, yang saya lewatkan karena bekerja.
  4. Bercerita kepada Ganesh tentang cerita-cerita ringan yang membuatnya tertarik dan ingin tahu, supaya dia merasa bahwa saya adalah ibu yang banyak tahu :D
  5. Menjawab pertanyaan Ganesh dengan informasi yang benar dan dapat diterima oleh logikanya.
OK, begitulah kira-kira jawaban saya akan pertanyaan “Peran Ibu Untuk Si Pemimpin Kecil.” Hmm, ternyata cukup panjang juga ya… dan akan semakin panjang dengan perkembangan Ganesh nantinya. Iya, menjadi ibu memang sebuah peran yang penuh tanggung-jawab, karena kitalah orang terdekat bagi seorang anak sejak dia masih ada dalam kandungan. Idealnya, kita dapat mempertahankan kondisi ini seterusnya, agar dapat mengawal anak kita menjadi pribadi yang dewasa dan utuh, dengan memberikan kebutuhan fisik dan psikis yang terbaik untuk perkembangannya. Tidak berlebihan rasanya saya berpendapat bahwa ibu memiliki peran penting dalam kemajuan suatu bangsa, karena di tangan ibulah anak-anak dapat tumbuh menjadi pemimpin-pemimpin yang hebat. Saya bangga menjadi seorang ibu :)

*Tulisan ini diikutsertakan dalam blog writing competition dengan tema “Peran Ibu Untuk Si Pemimpin Kecil” yang diselenggarakan oleh Nutrisi Untuk Bangsa.



With Love,
Nian Astiningrum

Referensi:
  1. Tabloid-Nakita.com. (07-08-2013). Kosmetik Aman untuk Ibu Hamil. http://www.tabloid-nakita.com/read/1755/kosmetik-aman-untuk-ibu-hamil. Diakses tanggal 18 Oktober 2013.
  2. Hartman, T. 2007. The People Code. New York: Simon & Schuster.
  3. Wikipedia.com. 2013. It Takes A Village. http://en.wikipedia.org/wiki/It_takes_a_village. Diakses tanggal 20 Oktober 2013.