SOCIAL MEDIA

search

Wednesday, March 25, 2015

Mahesha's 2nd Month: Halo Dunia, Ini Mahesha…

Yeay! Bulan pertama Mahesha si bayi baru akhirnya terlewati. Kalau di aplikasi 'my baby today', sekarang Mahesha bukan lagi newborn tapi bayi 1 bulan. Fiuhh, benar-benar melegakan, dan sejak saat itu hari-hari menjadi lebih menyenangkan, tidak ada lagi acara menghitung hari berakhir jam demi jam :D.

Memasuki bulan keduanya, Mahesha sudah lebih gendut sehingga terlihat lebih lucu dan tidak ringkih seperti dulu. Jadi, kami pun lebih bersemangat mengajaknya bermain, meski pada awalnya dia belum bisa merespon. But, still it's fun ;). Paling tidak bisa menjadi pengimbang kegalauan kami karena permasalahan Mahesh yang tidak bisa tidur siang di tempat tidur masih berlanjut saat itu. Jadi, acara gendong-gendong masih berlanjut *_*.

Masalah Tidur Siang, Closed! Berbagai cara sudah kami coba untuk mengajarkan Mahesh untuk tidur siang di tempat tidur, tapi tetap, tempat tidur siang favoritnya adalah di dalam gendongan. Setiap kali diletakkan di tempat tidur, pasti dia akan ngulet-ngulet (menggeliat) dan kemudian terbangun. Jika sudah tidak mengantuk, selanjutnya kami bisa bermain sebengar, tapi jika dia rewel karena masih ingin tidur, maka kami kembali menggendongnya. Bau tangan? Hmm, mungkin, meskipun menurut saya istilah itu tidak terlalu tepat. Menurut saya, Mahesh memang memiliki kecenderungan suka bergerak dan menggeliat, namun belum bisa sepenuhnya mengontrol gerakan tangan, kaki dan tubuhnya; sehingga semua itu justru membuatnya tidak bisa tidur nyenyak di siang hari, karena banyaknya rangsang yang membuatnya tidak bisa tidur sepulas di malam hari.

Monday, March 23, 2015

Mahesha's 1st Month: Beradaptasi

Perkembangan anak itu selalu seru dan ditunggu-tunggu. Iya, melihat anak bayi yang dulu ada di rahim kita selama 9 bulan kemudian setelah dilahirkan perlahan-lahan bisa tersenyum, memasukkan tangan ke mulut, tengkurap, dst. itu sangat menyenangkan bukan? Atau lebih tepatnya menyenangkan dan tidak akan terulang, sehingga mendokumentasikan pertumbuhan dan perkembangan anak tentu akan menjadi hal yang berharga bagi kita. Ah, sesuatu yang belum terpikirkan oleh saya saat memiliki anak pertama dulu. Tapi sekarang, belajar dari pengalaman, saya bertekad akan berusaha mendokumentasikan pertumbuhan dan perkembangan Mahesh bulan demi bulan sampai usia 1 tahun. Supaya menjadi kenangan di masa depan dan siapa tahu bisa memberikan informasi bagi para ibu dan orang-tua yang lain (pede :D).

Dan berikut adalah cerita Mahesha pada bulan pertama. (Ceritanya dirapel karena bulan pertama belum bisa bagi waktu untuk menulis sepenuhnya).

***


Cerita Mahesh di dunia dimulai pada Hari Minggu tanggal 18 Januari 2015 pulul 12:03 WIB. Begitu dilahirkan di dunia, seperti bayi pada umumnya beberapa hari kehidupannya Mahesh menjadi bayi yang tenang, mudah diasuh dan ditidurkan. Hal ini terjadi sampai sekitar seminggu, hmm, baguslah karena seminggu pertama emaknya masih dalam pemulihan fisik dan psikis.

Wednesday, March 18, 2015

Ganesha the Big Brother: Membantu Anak Menjalani Peran Baru sebagai Kakak

“Ganesh kalo udah gede mau jadi apa?”
“Mau jadi kakak!” Itu jawaban Ganesh setiap saya menanyakan pertanyaan di atas.


Beberapa waktu lalu, pasca kelahiran Mahesha adiknya, sempat terlintas di pikiran saya bahwa Ganesh telah berubah pikiran karena dia terlihat jetlag dengan peran barunya. Jika dulu dia mendapatkan begitu banyak perhatian dari semua orang, maka setelah Mahesh lahir, dia menjadi harus sering mendenar jawaban, “Sebentar ya, mama lagi nenenin adek…” dan sejenisnya. Waktu itu, Ganesh sempat tampak begitu menuntut perhatian. Apa-apa; mulai dari makan, ganti baju, sampai pipis; minta sama mama dan papanya, padahal dulu biasa saja dibantu oleh simbah pengasuhnya. Waktu itu, sempat terpikir, apakah Ganesh belum siap memiliki adik dan apakah situasi ini terlalu berat baginya, ditambah baru beberapa hari kami pindah sehingga dia masih asing dengan lingkungannya. Dan kami pun tidak bisa mengelakkan rasa bersalah karena situasi yang dihadapinya ini.

Hari pertama Ganesh dijemput ke rumah sakit untuk menengok saya dan adiknya mungkin adalah kekecewaannya yang pertama. Saat itu, begitu melihat adiknya dan perut saya sudah mengempis, dia langsung minta gendong. Mungkin saat itu dia berpikir bahwa karena mamanya sudah tidak hamil, maka bisa minta gendong. Dan semua itu salah saya, karena sewaktu hamil selalu berkata bahwa setelah adiknya lahir, dia bisa minta gendong lagi. “Ganesh, maafkan mama ya nak… Mamamu ini memang kadang-kadang oon…”

Monday, March 16, 2015

Hiperlaktasi, am I?

Hari ini (Jumat, 27/02/2015) Mahesha tepat berumur 40 hari, dan berikut adalah penampakan freezer kulkas saya yang diakuisisi oleh ASI Perah yang saya kumpulkan pada saat payudara terasa bengkak karena intensitas Mahesh minum masih lebih rendah dibanding produksi ASI saya.

Penampakan Freezer hari ke-40
Full, definitely need a new one!
*saat tulisan ini mulai dibuat*

Dulu pada saat usia Mahesh  kurang dari 2 minggu, saya harus memerah 3 x @100 ml/hari. Lalu setelah itu menurun menjadi 2 x @ 100 ml/hari seiring meningkatnya konsumsi ASI Mahesh. Nah, lalu, beberapa hari ini, pasca Mahesh mulai dilatih minum ASIP dengan soft cup feeder menggunakan satu kali waktu nenennya, intensitas memerah meningkat lagi menjadi 3 x @100 ml/hari.

Total ada 64 botol ASIP @100 ml dan sekitar 40 kantong ASIP dengan rata-rata volume @60 ml. Jumlah yang menurut saya sih banyak sekali, walaupun banyak ibu yang memiliki persediaan ASIP lebih banyak sampai membutuhkan 1 (atau bahkan lebih) freezer khusus ASIP. Iyah, paling tidak jumlah itu sudah membuat kami memutar otak dan mempertimbangkan untuk juga membeli freezer khusus ASIP karena di kota kami tidak ada persewaan freezer. Haruskah? Iya, sepertinya demikian atau ASIP yang saya kumpulkan setetes demi setetes terpaksa dibuang '_'.

Dan malam itu, saat hendak memerah botol ke 64 di hari ke 40, mendadak saya berpikir, “Apakah produksi ASI saya masih dalam ambang batas yang wajar? Ataukah memang terlalu banyak? Dimana segala sesuatu yang berlebihan tentu tidak baik bukan?” Karena itulah malam itu saya kemudian browsing dengan kata kunci ‘air susu berlebihan’ dan menemukan sebuah istilah baru, yaitu ‘hyperlactation’ atau ‘hiperlaktasi’.

Tuesday, March 10, 2015

Lika-Liku Mencari Bra Menyusui yang ‘Pas’

Waktu itu, masih hitungan beberapa bulan sebelum perkiraan kelahiran Mahesh, saya sudah mulai sibuk mencari perlengkapan untuk Mahesh maupun saya pasca melahirkan nanti. Dan salah satu barang wajib yang kala itu sedikit sulit didapatkan adalah bra menyusui! Sampai-sampai seorang teman saya membantu hunting saat sedang berjalan-jalan ke mall di kotanya (walaupun akhirnya tidak membuahkan hasil karena pertimbangan ongkir).

Jika tinggal di kota besar, mungkin hal itu tidak perlu terjadi, karena saya bisa dengan mudah menjelajahi pusat-pusat perbelanjaan untuk menemukan bra menyusui yang pas dari sisi ukuran, kenyamanan dan juga harga. Tapi sayangnya lokasi saya yang cukup pelosok, membuat semua itu menjadi hal yang sulit dilakukan. Dan akhirnya, saya pun mengandalkan toko-toko di dunia maya untuk menemukan bra menyusui yang pas.

Oh ya, sebelum melanjutkan cerita perburuan ini, saya ingin bercerita pentingnya sebuah bra menyusui menurut saya, diantaranya sebagai berikut:
  1. Membantu melalui masa-masa pembengkakan payudara dengan lebih nyaman. Beberapa hari pasca melahirkan hampir semua wanita akan mengalami pembengkakan payudara dalam upaya tubuh untuk menghasilkan ASI untuk bayinya (rasanya bisa baca disini). Nah, menurut pengalaman saya, bra menyusui yang fleksibel dan nyaman sangat membantu melewati masa-masa itu dengan nyaman. Kebayang kan 'repotnya' merasakan payudara yang cenat-cenut dan harus disusukan, jika menggunakan bra yang tidak pas bisa dipastikan rasanya akan sangat menyiksa. 
  2. Membuat ASI lebih cepat 'disajikan' saat bayi membutuhkan. Jadi, salah satu hal yang perlu dipertimbangkan adalah kemudahan membuka kancing bra pada saat akan menyusui. 
  3. Memudahkan pada saat harus menyusui di tempat umum. Dengan bra menyusui yang mudah dibuka dan dikancingkan, maka 'kehebohan' untuk menyusui akan dapat diminimalkan sehingga tidak terlalu mencolok. 
Jadi, setuju kan, kalau bra menyusui itu memang hal yang penting dan essential pasca melahirkan.

Kembali ke perburuan untuk menemukan bra menyusui yang pas ke berbagai toko online... saya pun menjelajahi berbagai toko online langganan dan juga browsing dengan bantuan google, karena ternyata mencari bra menyusui itu gampang-gampang susah! Ketemu yang kelihatannya nyaman dari sisi desain dan bahan, eh, harganya kurang pas alias kemahalan :(. Cukup tricky lah pokoknya.

Waktu itu, akhirnya saya jatuh hati beberapa tipe bra menyusui merk Mamaway yang sesuai untuk kondisi payudara bengkak dan saat tidur karena elastisitas bahannya dan jenis lainnya yang pas dipakai saat kondisi payudara mulai normal dikala siang hari dan bepergian. Namun, meskipun bra menyusui yang diinginkan sudah didapat, tapi perburuan belum selesai, karena toko yang diharapkan (menyediakan harga terbaik) belum didapatkan. Sampai akhirnya saya menemukan bra menyusui yang saya cari di toko langganan saya, Zalora. Walaupun sudah berkali-kali berbelanja Zalora, tapi saya baru tahu kalau mereka juga memiliki koleksi bra menyusui dan baju hamil (pernah saya posting disini) yang lengkap setelah googling melalui internet. Selama ini saya hanya berbelanja seputar baju, sepatu dan tas.

Harga yang ditawarkan Zalora memang sama dengan harga yang ditawarkan di toko resmi bra menyusui tersebut, tapi menjadi lebih ekonomis karena adanya program gratis ongkos kirim dan diskon 15% untuk pembayaran menggunakan Kartu Kredit Mandiri Visa kala itu. Dengan begitu, saya bisa berhemat banyak! Mengingat lokasi saya di Tanjung Enim, Sumatera Selatan yang cukup jauh sehingga tarif ongkos kirim beberapa ekspedisi relatif mahal, namun dengan program gratis pengiriman Zalora, saya tidak perlu membayar serupiah pun.

Dan berikut adalah bra menyusui favorit saya:

Mamaway crossover nursing bra 

Bra ini sangat elastis, sehingga mampu mengikuti ukuran payudara. Tapi meskipun demikian, dia mampu menopang payudara dengan baik, jadi sangat nyaman digunakan saat payudara membengkak dan terasa nyeri karena merangkaki (engorgement). Selain itu, bra ini juga sangat nyaman digunakan pada saat tidur malam, dimana pada saat pagi hari payudara bengkak karena penuh ASI.

Mamaway Fleur de Lace Crossover Sleeping & Nursing Bra 

Bra menyusui yang ini memiliki semacam busa tipis yang membuat sehingga terlihat rapi meskipun kita menggunakan breast pad. Sangat pas dipakai pada saat bepergian menggunakan baju yang press body (ketat) di bagian dada.

Mamaway Allure Wireless Maternity & Nursing Bra 

Bra ini memiliki bukaan dengan pengancing berupa kait. Sangat pas digunakan di siang hari atau pada saar bepergian.

Tiga jenis bra menyusui itulah favorit saya saat ini. Soal harga menurut saya sih lumayan berasa di kantong. Yah, bra menyusui kan kebanyakan memang cukup menguras kocek, karena itu, kita harus jeli memilih mana yang benar-benar nyaman, awet serta toko yang memberikan diskon dan gratis ongkos kirim agar lebih ekonomis. Oh ya, saya memperoleh ketiga bra ini sangat jauh lebih murah daripada harga aslinya karena promo yang sedang ada waktu itu.

Oh ya, bagi ibu-ibu dan calon ibu yang sedang mencari bra menyusui, silakan googling melalui internet untuk menemukan bra menyusui yang pas di badan dan di kantong. Sebagai referensi bisa intip Zalora. Toko ini, selain menyediakan berbagai jenis bra menyusui juga memberikan diskon pada berbagai event serta tentu saja gratis ongkos kirim ke seluruh Indonesia dengan minimal pembelian Rp. 250.000. Selamat berburu ;)

With Love,
Nian Astiningrum
-end-

Monday, March 9, 2015

Drama Psikologis Pasca Melahirkan

Pada posting-an sebelumnya, ‘Drama Fisiologis Pasca Melahirkan’, saya menceritakan pengalaman tentang ketidaknyamanan fisik yang terjadi sehabis melahirkan. Yaitu ketidaknyamanan sebagai akibat dari proses melahirkan dan proses tubuh untuk menulihkan diri (mengembalikan rahim ke ukuran semula) dan menyiapkan diri untuk mendukung kehidupan bayi kita (memproduksi ASI). Nah, selain tantangan fisik tersebut, banyak juga wanita yang mengalami tantangan psikis yang disebut sebagai baby blues atau post partum blues, yang membuat para ibu dari bayi baru menjadi larut dalam berbagai perasaan negatif (seperti sedih, kecewa, menyesal, dan sebagainya).

Jadi, apakah Anda merasakan kesedihan yang mendalam, depresi dan frustrasi dengan kehidupan Anda saat ini? Merasa powerless (tidak berdaya) dan putus asa? Ataupun perasaan-perasaan negatif lainnya pasca melahirkan? Jika ‘ya’, maka Anda memang sedang mengalami apa yang disebut sebagai baby blues.


Kedengarannya memang tidak masuk akal bukan? Bahwa pada saat yang begitu ditunggu-tunggu untuk bertemu dengan 'si kecil' yang tumbuh di dalam rahim kita selama kurang lebih 9 bulan, kita justru mengalami berbagai perasaan negatif tersebut. Bagaimanapun, bayi Anda adalah sebuah anugerah bukan, tidak layak rasanya kita merasa beratdan tidak nyaman karena keberadaannya. Dan itulah yang kadang membuat kita semakin bingung, merasa bersalah maupun bersikeras menolak/tidak mengakui perasaan negatif tersebut.