SOCIAL MEDIA

search

Saturday, August 31, 2013

Merajut Mimpi Bersama Jaringan 3G

Hasil Pemindaian Lokasi Saya
Menggunakan Aplikasi Google Earth untuk Android

Jl. Lingga Raya, Kec. Lawang Kidul, Kab. Muara Enim,

Sumatera Selatan

Tanjung Enim, adalah salah satu wilayah di Kabupaten Muara Enim yang dikenal akan produksi batubara dan adanya PLTU terbesar di Sumatera Selatan1. Lokasi ini berjarak kurang lebih 194 Km dengan Ibu Kota Propinsi Sumatera Selatan, Palembang; sebuah jarak yang cukup dekat bila ditempuh dengan jalan tol sebenarnya. Akan tetapi akses menuju kota besar menjadi sulit karena hanya ada satu jalan kelas III yang terpaksa dilewati berbagai angkutan, bahkan terkadang di luar peruntukannya2. Kondisi itu menyebabkan waktu tempuh menjadi relatif lama, yaitu sekitar 4 – 5 jam atau bahkan hingga 6 – 12 jam jika terjadi kemacetan.

Sebelum menetap di di lokasi di atas sejak tahun 2008, saya tidak akan mengetahui peran penting operator seluler sebagai penyedia jasa telekomunikasi dan data dalam kehidupan sehari-hari. Lahir dan dibesarkan di Kota Pelajar Yogyakarta membuat saya merasa ‘jet lag’ pada awal kepindahan ke lokasi baru ini. Meskipun tinggal di pinggiran Kota Yogyakarta, saya merasa sangat accessible dengan berbagai informasi untuk keperluan studi saya, cukup dengan menempuh paling lama 45 menit perjalanan untuk mencapai perpustakaan mau pun Warnet Kampus yang berlangganan sebuah situs penyedia jurnal ilmiah online. Sementara di lokasi saat ini, jangankan perpustakaan, internet pun hanya ada satu-satunya yang harus saya capai dengan ‘Ojek’. Perusahaan tempat saya bekerja memang menyediakan akses internet, tapi saat itu masih sangat terbatas. Singkat cerita, bahkan untuk mengerjakan Tugas Akhir masa On the Job Training pun, saya meminta bantuan keluarga di Yogyakarta untuk mencarikan referensi. Saat itu lah terlintas dalam pikiran saya tentang nasib pelajar di lokasi ini, dapatkah mereka bersaing secara nasional dengan keterbatasan ini?

Harus kita akui bahwa kualitas pendidikan dan taraf ekonomi di daerah pedalaman cukup sulit berkembang karena kurangnya sarana dan prasarana, serta lambatnya pembangunan dibandingkan wilayah perkotaan. Membangun berbagai fasilitas pendidikan di wilayah pedalaman memang bukan perkara yang mudah, karena di satu sisi memerlukan anggaran yang tidak sedikit, sementara di sisi lain konsumen dari fasilitas tersebut relatif sedikit. Namun, tentu saja itu bukan alasan yang melegalkan kita untuk melupakan kebutuhan masyarakat ini akan informasi dan pendidikan. Berkaitan dengan hal ini, pemerintah tentu saja memegang peran penting dalam pembangunan infrastruktur pendukung untuk menyediakan pendidikan yang memadai bagi masyarakat; namun operator telekomunikasi pun memiliki peran yang tidak kalah penting.

Sebagaimana kita ketahui bersama, perkembangan internet saat ini telah sampai pada taraf yang mengagumkan, dimana internet mampu menyediakan hampir segala macam informasi yang kita butuhkan. Salah satu dampak positif dari perkembangan ini adalah terbukanya wawasan kita pada dunia luar. Pemberitaan-pemberitaan tentang keberhasilan siswa Indonesia dalam berbagai olimpiade internasional atau cerita sukses putra-putra daerah menempuh pendidikan tinggi di luar negeri tentu memberikan inspirasi dan motivasi tersendiri bagi para pelajar untuk meningkatkan standard, sehingga tidak terlena oleh stagnansi yang terjadi di daerah pedalaman. Hal yang sama juga terjadi pada saat internet mampu memberikan gambaran yang nyata akan perkembangan diversifikasi bisnis di luar kota kecil ini. Sedikit banyak, informasi ini membuat penduduk ‘melek’ bahwa ada banyak bisnis prospektif yang bisa diambil.

Untuk mampu bersaing pada taraf nasional maupun internasional, sudah pasti kita perlu meng-up-grade diri, dan tantangannya lagi-lagi adalah bagaimana melakukan hal ini dengan segala batasan yang ada. Dalam hal ini, jaringan data dan internet menjadi solusi, karena saat ini ada banyak informasi maupun tutorial yang memungkinkan kita belajar secara autodidak. Atau jika ingin memperoleh pendidikan yang diakui secara formal, kita bisa mengikuti program pendidikan melalui media ini. Seperti yang kita ketahui, saat ini ada begitu banyak lembaga pendidikan dan universitas yang membuka program distance learning atau belajar jarak jauh. Program ini dilakukan dengan metode e-learning yaitu proses pembelajaran yang dilakukan dengan memanfaatkan penggunaan media elektronik dan teknologi informasi serta komunikasi3. Di indonesia sendiri, kita juga memiliki Universitas Terbuka (UT), yang merupakan perguruan tinggi negeri ke-45 di Indonesia.

Hasil Pencarian Melalui Google
Kata Kunci: ‘Distance University’

Selain mengasah Sumber Daya Manusia yang ada, internet juga memiliki peran penting dalam mengemas dan mempromosikan Sumber Daya Alam (SDA) yang ada. Mungkin banyak yang sudah tahu bahwa Indonesia merupakan negara penghasil kopi terbesar ketiga di dunia, dengan biji kopi yang paling dikenal dari wilayah Jawa, Sumatra dan Sulawesi (Celebes)4. Dalam dunia per-kopi-an, Kopi Sumatra dikenal memiliki rasa yang khas sebagaimana review oleh Ken Davids pada website ‘Coffee Review’5. Di daerah Sumatera Selatan sendiri, tepatnya di Kabupaten Muara Enim terkenal dengan produksi Kopi Semendo yang diolah dengan cara yang unik6. Rekognisi dalam skala nasional dan internasional ini menunjukkan bahwa kopi lokal ini memiliki potensi untuk diterima oleh pasar yang lebih luas. Caranya adalah dengan promosi untuk meningkatkan image Kopi Semendo, dimana jika hal ini berhasil, maka otomatis akan berimbas pada perekonomian daerah; baik petani, produsen maupun reseller kopi.

Kopi Bintang
dalam Review Sebuah Blog Penikmat Kopi

Merek lokal yang cukup legendaris
8

Membaca uraian di atas, terlihat bahwa pada dasarnya permasalahan daerah pinggiran kota dan pedalaman seperti Tanjung Enim adalah sulitnya mengembangkan sumber daya alam dan manusia yang sesungguhnya potensial, karena lambatnya pembangunan. Hal ini praktis sangat terbantu dengan adanya jaringan telekomunikasi dan data yang handal dan terjangkau. Satu hal yang patut disyukuri adalah bahwa saat ini akses telekomunikasi dan internet sudah cukup memadai. Salah satu provider telekomunikasi yang terbukti handal di lokasi Tanjung Enim adalah XL Axiata dengan cakupan High-Speed Downlink Packet Access (HSDPA) atau dikenal dengan 3.5G8. Hal ini terlihat juga dari peta sinyal Provider XL Axiata berikut ini:

Peta Sinyal Provider XL Axiata
Dalam lingkaran merah adalah lokasi Tanjung Enim, Muara Enim
10

Mudah dan terjangkaunya akses internet melalui XL Axiata jelas mempermudah penduduk Tanjung Enim untuk membuka diri terhadap berbagai informasi dan memanfaatkannya untuk menambah pengetahuan maupun ‘menjual’ potensi yang mereka miliki. Maraknya online shop misalnya, hal ini ternyata memberikan inspirasi bagi warga yang tampak dari usaha mereka membuka online shop sendiri memanfaatkan Facebook atau Blackberry Messenger (BBM). Jika dilihat dari komoditas yang diperdagangkan, memang bisa dibilang belum terlalu kreatif dan masih bersifat reseller dan mayoritas ber-genre pakaian dan fashion. Namun ada juga yang mulai kreatif memanfaatkan sumber daya alam lokal; misalnya toko roti online yang menjual cake berbahan dasar labu kuning yang banyak ditanam penduduk. Melihat geliat ini, tinggal menunggu waktu penduduk menjadi lebih peka dan mengangkat komoditas lokalnya ke ranah yang lebih luas, karena sesungguhnya ada banyak potensi kerajinan tangan yang belum digarap secara serius. Perlahan-lahan, tinggal menunggu waktu, Tanjung Enim yang selama ini hanya dikenal sebagai penghasil batubara akan  dicari karena kerajinan tangannya.

Saya sendiri sebagai pecinta dunia Perkembangan dan Edukasi yang pada awalnya kesulitan untuk menyalurkan minat menulis karena kesulitan mencari sumber referensi, merasa sangat terbantu dengan adanya XL Axiata. Cukup dengan mengaktifkan paket HotRod 3G+ 5.1GB dengan masa aktif 30 hari dengan harga Rp. 99.000, saya dapat dengan mudah mencari semua informasi yang saya butuhkan dan mempublikasikannya. Mimpi untuk melanjutkan pendidikan pun tetap saya pegang dengan keyakinan, karena setiap saat saya melihat begitu banyak peluang beasiswa dari dalam dan luar negeri melalui internet.

Mengamati besarnya potensi Tanjung Enim, saya percaya akan ada banyak pemimpi-pemimpi seperti saya yang akan mendobrak batasan kedalaman lokasi dan tampil dalam ranah nasional maupun internasional dengan adanya kemudahan akses internet. Mimpi bahwa Kopi Semendo yang khas dapat lebih mendunia, atau mimpi bahwa  generasi muda kami dapat mampu bersaing secara global, rasanya bukan hal yang mustahil dengan hal ini. Terima-kasih untuk XL Axiata sebagai operator telekomunikasi yang memperhatikan kami di pedalaman dengan menyediakan jaringan telekomunikasi dan data yang handal dengan harga yang terjangkau, sehingga mampu terus mengejar mimpi kami.

With Love,
Nian Astiningrum
-end-

Referensi:
  1. Wikimapia. 2013. Tanjung Enim (Tanjung Enim, Sumatera Selatan). http://wikimapia.org/1735755/Tanjung-Enim. Diakses tanggal 31 Agustus 2013.
  2. Harunnurrasyid & Sari, I.P. 2011. Alternatif Soluusi Permasalahan Angkutan Batubara di Sumatera Selatan. http://balai3.wordpress.com/2011/07/01/alternatif-solusi-permasalahan-angkutan-batubara-di-sumatera-selatan/. Diakses tanggal 31 Agustus 2013.
  3. Wikipedia. 2013. E-Learning. http://en.wikipedia.org/wiki/E-learning. Diakses tanggal 30 Agustus 2013.
  4. National Geograpic. 2013. Major Coffee Producers. http://www.nationalgeographic.com/coffee/ax/frame.html. Diakses tanggal 31 Agustus 2013.
  5. Davids, K. 2002. What Makes Sumatra Coffees Taste The Way They Do? http://www.coffeereview.com/article.cfm?ID=67. Diakses tanggal 31 Agustus 2013.
  6. Wijaya, T. 2012. Mau Kopi Enak di Muaraenim? Gilas Dulu Pakai Mobil. http://travel.detik.com/read/2012/07/06/081219/1958935/1383/mau-kopi-enak-di-muaraenim-gilas-dulu-pakai-mobil. Diakses tanggal 31 Agustus 2013.
  7. Wahid, T. 2008. Bisa Bikin Melek: Kopi Semendo dari Palembang. http://www.cikopi.com/2008/06/bisa-bikin-melek-kopi-semendo-dari-palembang/. Diakses tanggal 31 Agustus 2013.
  8. Wikipedia. 2013. High-Speed Downlink Packet Data. http://en.wikipedia.org/wiki/Hsdpa. Diakses tanggal 31 Agustus 2013.
  9. OpenSignal. 2013. XL Cakupan Peta. http://opensignal.com/networks/indonesia/xl-liputan. Diakses tanggal 31 Agustus 2013.
This are some comments for this post that not appearing after I switch back from Google+ comments to native blogger comments: