SOCIAL MEDIA

search

Monday, November 28, 2016

Mengalah untuk Menang

Sebagai seorang kakak dengan dua orang adik, ‘mengalah’ tentu bukan kata yang asing bagi saya. Setiap kali, terjadi pertengkaran yang terjadi karena kami berebut suatu barang; entah barang itu milik saya atau siapapun, ujung-ujungnya pasti saya yang disuruh mengalah. Dan itu ga enak sekali… Bahkan setelah saya beranjak remaja yang nota bene pemikiran sudah cukup matang. Menahan diri dan membiarkan hak kita diambil orang dan merasa diperlakukan tidak adil itu seringkali terasa menyebalkan.

Mengalah itu seringkali ‘makan hati’, tapi seringkali buahnya manis sekali. Dengan mengalah kita bisa menghindari banyak pertengkaran, perpecahan dan sebangsanya. Dengan mengalah, kita bisa menunjukkan kepedulian dan kasih kita pada orang yang kita cintai. Dan bahkan seorang yang mengalah adalah seorang yang terhormat karena kebesaran hatinya… Itu menurut saya sih, berikut ceritanya…


Saya ini hobi bernyanyi. Sejak dulu sekali masih kanak-kanak, hingga saat ini menginjak usia 30 tahun dan sepertinya akan terus berlanjut. Ada kepuasan tersendiri saat saya berhasil menaklukkan lagu-lagu yang menantang atau sebut saja sulit. Dan itu kenapa, selalu ada dorongan besar dalam diri saya untuk tampil di setiap kesempatan yang memungkinkan. I love to perform!

Demikian juga saat ternyata ada sebuah lomba karaoke di wilayah domisili saya (Lampung). Karena sangat memungkinkan untuk diikuti, tidak ada alasan untuk tidak berpartisipasi! Go, go, go! Dengan semangat 45 pun saya mempersiapkan diri, mulai dari nge-tune-in file karaoke sesuai suara saya, memilih kostum, dan latihan tiap hari saya jabanin… Bukan demi kemenangan sih, tapi demi kepuasan batin bahwa saya sudah menampilkan hal terbaik yang saya bisa. Prevent any possible flaws, karena memang saya perefeksionis.

Kompetisi ini memang tidak menyebutkan hadiahnya, it’s fine karena memang sifatnya lebih ke perayaan sebuah hari penting bagi perusahaan yang bergerak di bidang listrik. Dan saya pun memang tidak mempermasalahkan apa hadiahnya, karena ini murni sebuah keinginan untuk mengaktualisasikan hobi dan kemampuan yang saya rasa miliki.

I was having fun preparing all of the things for the competition… Bukan cuma persiapan pribadi saya, tapi juga dua orang peserta lain menjadi wakil dari unit kerja kami.

And it’s still fun and tolerable… selama kompetisi sampai dengan pengumuman yang menyebutkan bahwa unit kerja kami mendapatkan dua juara sekaligus; juara harapan 1 oleh seorang rekan saya dan juara 1 oleh saya sendiri… walaupun jujur saja tempat lombanya lebih mirip ruangan audisi saking sempitnya.

And then, it becomes less fun and tolerable… saat kemudian, saya mendapat informasi bahwa juara harapan 1-nya dianulir dan tidak akan diumumkan pada saat acara puncak. Dengan alasan bahwa tidak ada anggaran untuk juara ke harapan 1. Hmm, yang terlintas dalam pikiran kami (saya dan rekan juara harapan 1), “Kok segampang itu ya, menganulir secara sepihak sesuatu yang sudah diumumkan… tanpa pengumuman resmi pula…” Bagi kami para peserta, ini jelas bukan lagi menyangkut hadiah, tapi harga diri… Well, sedikit sulit dijelaskan dengan kata-kata; coba saja bayangkan, teman-teman sudah kadung senang dan cerita kemana-mana kalau menang suatu lomba, lalu tiba-tiba dianulir begitu saja… 

Sampai akhirnya ada sebuah kejadian yang menurut saya sangat fatal… Pada saat penyerahan hadiah, saya mendapat hadiah ini di depan puluhan peserta yang menghadiri acara saat itu…


Tapi, di dalamnya ini nih…


Sebuah baju lengkap dengan labelnya yang jelas tertera angka Rp. 169.900,-Kejadian yang waktu itu tidak terlalu menimbulkan perasaan macam-macam, karena saya masih berpikir bahwa mungkin itu hanya penyerahan secara simbolis dan cash-nya harus diminta kepada panitia. Saya saja yang saat itu tidak segera membuka bungkus hadiahnya sehingga tidak bisa segera mengkonfirmasikan hal ini.

Saya pikir ini hanyalah teknis pemberian hadiah yang tidak saya ketahui and it will fixed soon

Tapi ternyata saya salah, betapa kesalnya saya saat panitia yang saya hubungi pertama bilang bahwa hadiahnya berupa barang seharga Rp. 500.000,-… Whattt!!! Langsung saja saya komplain, “Maaf ya Pak, di bajunya itu masih ada labelnya Rp. 169.900,-”

Dan saya pun tentu saja tidak bisa terima penjelasan ini… Lalu bertanya kepada panitia lain, yang akhirnya dijawab, bahwa itu kesalahan teknis. Bahwa tulisan di pembungkus hadiah itu adalah cetakan lama. Bahwa awalnya memang akan diberikan hadiah senilai itu, tapi manajemen berubah pikiran… and they say sorry… That’s all

Puas? Tentu saja belum… Sesungguhnya saya ingin memastikan bahwa kejadian ini sampai ke ketua panitia atau penanggung-jawabnya. Saya sebenarnya menuntut ada pengumuman resmi bahwa ada kesalahan pemberian hadiah. Atau paling tidak ada permintaan maaf yang lebih manusiawi, dari sekedar melalui whatsapp. Dan saya menunggu semua itu selama seminggu penuh…

Tapi, selama seminggu penuh, sama sekali tidak ada kabar… paling tidak apa tanggapan dari ketua panitia atau penanggung-jawabnya. Sungguh saya kesal, ingin rasanya mengembalikan hadiah yang mereka berikan, lengkap dengan pembungkusnya… 

Tapi saya tidak melakukan itu. Saya mengalahkan ego saya akan kejadian itu. Yah, sudahlah, toh mereka saya anggap masih saudara atas dasar hubungan kerja profesional kami. Meski, jujur, saya tidak habis pikir, bagaimana mereka bisa mengorbankan sebuah reputasi dalam permasalahan ini. Mengapa mereka tidak mempertimbangkan nama baik mereka yang mungkin akan semakin buruk atas kejadian ini? Kalau saya jadi mereka, saya tidak akan semudah itu dan sesepele itu menanggapi permasalahan menyangkut kepercayaan semacam ini. Oh really, kamu tidak berpikir apa yang akan orang pikirkan atas peristiwa ini? Bisa jadi lho, orang berpikir ini adalah sebuah kesengajaan dan karena apes saja si label lupa di lepas; atau berbagai skenario lainnya yang merugikan nama baik kalian. Walaupun sebenarnya, penjelasan dan cara meng-handle komplain kalian pun sesungguhnya sudah cukup memperburuk citra kalian.

Apa kalian pikir, saya yang dirugikan dalam permasalahan ini akan repot-repot membela nama baik kalian dengan tutup mulut atau memberikan klarifikasi bahwa ini kesalahan teknis yang harus dimaklumi?

Of course not! Saya punya hak, untuk menceritakan kejadian sebenarnya kepada teman-teman dan manajemen unit kerja saya. Sama persis seperti penjelasan yang kalian berikan, lengkap dengan buktinya. Bukan untuk memberikan hukuman, tapi untuk meminimalisir rasa diperlakukan tidak adil yang saya terima. Itu kenapa terakhir, saya bilang, “…Sebenarnya kedua belah pihak sudah dapat konsekuensinya kok… Saya udah ikhlasin…

Ya, kedua belah pihak sudah mendapat konsekuensinya. Konsekuensi untuk panitia yang melakukan kesalahan teknis namun tidak meng-handle komplain ini dengan serius adalah reputasi yang memburuk; di mata orang-orang yang mengetahui kejadian ini. Dan yang terpenting adalah di mata saya…

Dan konsekuensi untuk saya adalah… Saya merasa bangga dengan diri saya sendiri, karena saya adalah si tangan di atas yang memaafkan keteledoran mereka, bahkan saat mereka tidak serius merasa bersalah. Dalam kejadian ini, saya merasa adalah orang yang lebih berkelas dari mereka. Dan saat harus bertemu, berpapasan atau berhubungan dengan mereka; saya adalah seorang yang pantas membusungkan dada, terlepas dari mereka merasa sebaliknya atau tidak. 

Saya benar-benar merasakan semua itu pada saat situasi mempertemukan kami kembali… Aaah, untung saja saya memilih untuk mengalah dan menurunkan ego saya. Karena jika tidak, mungkin sayalah yang berada pada posisi mereka. Siapa yang tahu bahwa mereka justru menganggap saya hanya meributkan uang 500 ribu? Tidak bisa memaklumi kesalahan, ribet dan sebagainya… meskipun saya memang berhak untuk itu… Dengan mengalah, jelas saya menutup kemungkinan itu. Saya memenangkan situasi ini dengan mengalah…

Jadi teman-teman, pelajaran yang saya dapat dari peristiwa ini adalah pada saat kita diperlakukan tidak adil dan dirugikan, tetap utamakan untuk menyampaikan komplain with manner; dengan tata krama yang seharusnya. Jangan biarkan kita justru mendapat kerugian yang lebih besar dengan mengorbankan reputasi kita dengan tindakan yang kasar secara sikap dan verbal. Dan jika pihak yang berseberangan dengan kita adalah rekan kerja atau pihak yang akan sering berhubungan dengan kita, mengalah adalah tindakan yang bijak. Karena hal ini justru akan menaikkan reputasi kita satu level di atas mereka. Dan hal ini tentu akan sangat menguntungkan saat kita harus berinteraksi dengan mereka, karena kita akan merasa lebih percaya diri serta terhormat. Dan mereka pun (mungkin) tidak kehilangan rasa simpati dan hormatnya pada kita.

Iyah, paling tidak itu menurut pengalaman dan pendapat saya… Dan tentu saja, ini dalam kasus yang masih dalam ambang batas toleransi. Mungkin lain cerita kalau ini adalah sebuah lomba tingkat regional yang diumumkan lewat media massa, dengan hadiah jutaan rupiah, haha :D. Pasti saya akan terima begitu saja dengan penjelasan dan permintaan maaf seperti itu.

Bagaimana menurut teman-teman? 

With Love,
Nian Astiningrum
-end-

Monday, November 21, 2016

Tips Belanja Online ala-ala Smart Shopper

Sebelumnya maaf ya… kalo judulnya dirasa sedikit sombong :D. Tapi, maksudnya bukan seperti itu kok… ‘Belanja Online ala Smart Shopper’, semata-mata ingin mengisyaratkan bahwa belanja online pun perlu strategi tertentu; supaya mendapatkan barang yang berkualitas setinggi-tingginya, dengan harga yang sehemat-hematnya… Sebagaimana prinsip smart shopper ala saya… *Tapi akhirnya judulnya diganti jadi ‘Belanja Online ala-ala Smart Shopper’ deh karena ga pede, hihi :D

Saya ini suka… suka banget belanja online… Kalau sedang kumat, seminggu bisa dua paket belanjaan saya terima…

Dan suatu hari security di kantor sampai nyeletuk, “Ibu belanjanya banyak ya…”

Lalu beberapa teman (sepertinya) pun memperhatikan kebiasaan saya ini, karena beberapa teman suka menyindir dengan kata-kata, “Belanja apa lagi?”; “Belanja terus deh…” dll.

Dan yang paling parah nih komentar suami yang bilang, “Aku doain deh, itu toko online bangkrut biar Mama ga bisa belanja lagi!”


Baiklah, walaupun saya bukan artis, tapi pengen juga klarifikasi sekaligus bercerita tentang pengalaman saya berbelanja online, terutama untuk barang fashion. Yang benar-benar solutif untuk ibu beranak cowok dua yang lasak bukan main. Yang bekerja full time 5 hari seminggu dari Senin sampai Jumat. Yang rumahnya jauh dari kota dan pusat perbelanjaan dan kantor, jadi susah untuk mampir-mampir setelah jam kerja dan juga butuh effort tersendiri untuk benar-benar meluangkan waktu untuk belanja. Yang karena segala ke-riweuh-an itu, mencari baju di mall dan toko konvensional lainnya itu tidak lagi terasa menyenangkan dan memuaskan. Ya gimana mau memuaskan, rasanya serba terburu-buru, padahal saya butuh membandingkan baju A dengan baju B, dan toko X dengan toko Y.

Beberapa orang mungkin tidak terlalu memilih untuk berbelanja barang fashion secara online karena beberapa alasan, misalnya:
  1. Pendapat bahwa belanja online itu mahal ditambah dengan adanya ongkos kirim,
  2. Tidak bisa memegang dan merasakan bahan baju-tas-sepatu dan sebagainya,
  3. Takut tidak pas dipakai,
  4. Takut tertipu; sudah bayar, tapi barang tidak dikirim.
Ketakutan-ketakutan yang sebenarnya bisa disiasati supaya tidak menjadi kenyataan atau paling tidak diminimalisir, sehingga bahkan belanja online bisa lebih menguntungkan dari sisi waktu, tenaga dan juga materi. Ya, kalau belanja online kan kita tidak perlu dandan, naik kendaraan, muter-muter di toko atau mall, menyediakan anggaran untuk makan di luar jika kelaparan dan sebagainya. Juga tidak perlu bingung dan ribet saat krucil yang diajak punya tujuan dan kesibukan sendiri…

Sedangkan untuk kelemahan-kelemahan yang mungkin timbul karena memang kita tidak bertemu langsung dengan pembeli dan juga tidak bisa melihat-mencoba barang yang akan kita beli, sebenarnya bisa diminimalkan atau bahkan ditiadakan dengan beberapa tips dan trik berikut:

[1] Pilih toko/mall online yang kredibel. Karena toko online yang kredibel akan mencantumkan harga jual sebenarnya dari suatu barang dan tidak melakukan mark up. Karena memang ada lho, mall online yang seller-nya mengelabui pembeli dengan seolah-olah memberikan diskon yang tinggi, padahal harga aslinya sudah dia mark up habis-habisan. Toko/mall online yang kredibel pastinya juga memiliki customer service yang helpful dan solutif, sehingga memudahkan kita untuk bertanya serta mengajukan komplain akan pelayanan mereka. Juga kelebihan-kelebihan lain guna memastikan pelayanannya memuaskan para customer.

[2] Pilih toko/mall online yang memberikan banyak benefit dan perlindungan pelanggan. Kemudahan pengembalian dan penukaran barang serta kemudahan tracking pesanan adalah poin penting. Demikian juga dengan validitas keterangan yang dicantumkan sebagai deskripsi produk yang ditawarkan. Sedangkan benefit lain yang menjadi nilai plus adalah gratis ongkos kirim, program poin reward, diskon bekerjasama dengan pembayaran bank tertentu dan sebagainya.

[3] Rajin membandingkan harga suatu barang pada beberapa toko online. Kenapa? Karena masing-masing toko online memiliki program diskon tersendiri. Kadang di toko A harganya normal, di toko B diskon 15%, eh di toko C bisa diskon 20%. Karena itu, saya berlangganan newsletter dari berbagai toko online untuk mendapatkan update dari program-program mereka.

[4] Sempatkan waktu untuk mencoba/mengamati baju-sepatu dari merek favorit kita di toko/mall konvensional. Setiap produsen baju pasti punya karakteristik masing-masing, yang ditentukan oleh designer dan menentukan standard ukuran, pemilihan bahan, cutting dan sebagainya. Pengalaman pribadi sih, walaupun biasa menggunakan sepatu ukuran 38, tapi pernah suatu kali membeli sepatu ukuran 38 dan kekecilan. Nah, yang seperti ini bisa diminimalkan risikonya dengan mengenali karakteristik merek itu tadi. Dan ini sekaligus alasan mengapa saya lebih suka memilih baju dengan merek tertentu, karena jaminan kepastiannya lebih tinggi.

[5] Perhatikan deskripsi barang! Seperti ukuran, bahan dan spesifikasi lainnya. Luangkan waktu untuk benar-benar mengukur badan atau kaki kita dan kemudian melakukan kroscek, apakah ukuran barang yang akan kita beli sesuai dengannya. Jangan lantas pukul rata, karena seringkali memakai ukuran ‘M’ (Medium) kemudian merasa yakin bahwa ukuran itu dipakai semua brand. Ya, terkadang standard ukuran yang digunakan berbagai brand itu berbeda.

[6] The power of wishlist's. Nah, ini nih jurus belanja online andalan saya untuk memastikan bahwa saya mendapatkan harga terbaik dari barang yang saya inginkan. Caranya sederhana saja, saya yakin banyak yang melakukan cara ini… yaitu memasukkan barang yang kita incar ke wishtlist atau ‘daftar keinginan’. Ini akan mempermudah kita untuk memantau apakah barang yang kita incar sedang diskon atau tidak. Terkadang, bahkan toko online tertentu akan memberikan notifikasi jika barang yang ada di wishlist kita sedang diskon. Jadi, tinggal window shopping, masukkan ke wishlist jika kita belum ikhlas dengan rupiah yang harus untuk kita tebus untuknya, lalu tunggu sampai harganya masuk akal menurut kita.

Nah, itulah 6 poin yang menurut pengalaman saya perlu dilakukan untuk menjamin kepuasan dan keamaan dalam belanja online. Sejauh ini, sejak mulai berbelanja online pertama kali tahun 2009, dulu pernah juga merasakan yang namanya tidak puas dengan barang yang saya beli, tapi tidak bisa dikembalikan. Tapi berbekal pengalaman, alhamdulillah (dan semoga saja), kejadian seperti itu tidak terulang lagi. Beberapa waktu lalu, bahkan saya dibuat terkagum-kagum pada saat mengembalikan baju dengan biaya yang benar-benar gratis karena toko online-nya sudah bekerjasama dengan POS.

Dan ngomong-ngomong soal diskon, teman-teman pecinta belanja online pasti tahu istilah ‘HARBOLNAS’, yaitu Hari Belanja Online Nasional. Ini adalah saat dimana toko-toko online berkolaborasi dan bersama-sama memberikan diskon besar-besaran pada tanggal 12-12 setiap tahunnya, dimulai sejak tahun 2012. Menurut pengalaman saya sih, diskonnya benar-benar menggiurkan, bahkan sampai 90% lho… Karena itu, sejak dilakukan pertama kali, saya selalu menunggu-nunggu tanggal ini. Sampai-sampai mengerem belanja beberapa bulan sebelumnya hanya untuk memastikan budget yang lebih besar untuk belanja saat HARBOLNAS :D.

Toko online yang berpartisipasi dalam event HARBOLNAS juga cukup banyak, termasuk toko online favorit saya, Zalora. Toko yang sejauh pengalaman saya sangat kredibel, serta memberikan benefit dan perlindungan pelanggan yang mumpuni. Karena itu, untuk event HARBOLNAS nanti, saya benar-benar menyiapkan wishlist saya. Siapa tahu saat HARBOLNAS nanti, yang harga 300K ke atas didiskon jadi harga dibawah 100K, hihi :D. Dan saya bisa memberikan barang-barang bagus dengan harga yang tidak kalah ‘bagus’ untuk orang-orang tercinta.

Bukan pencitraan ya… semangat belanja untuk diri sendiri memang sedang menurun karena rencana kantor yang menerapkan seragam seminggu penuh…

So, semoga tulisan ini cukup membantu (dan menghibur) teman-teman baik yang suka belanja online maupun yang tidak. Dan jangan lupa, be ready untuk HARBOLNAS ya… Jangan lewatkan juga HARBOLNAS di Zalora. Catet tanggalnya, 12-12-2016… ;)

With Love,
Nian Astiningrum
-end-