Dulu, setiap kali memandangi Ganesh berusaha ‘nenen’ pada saya yang waktu itu masih
kaku memberikan ASI untuknya; saya selalu berpikir, jika dia sedang merasa
kesepian dan rindu dengan kenyamanannya semasa dalam kandungan… tempat dimana
dia mendapatkan segala yang dibutuhkannya tanpa perlu ‘berusaha’. Sedih dan
terharu rasanya… (sambil menarik nafas panjang). Setelah itu, kembali perasaan
yang sama muncul saat harus kembali bekerja dan mulai melatih Ganesh untuk
minum ASI dengan media lain (waktu itu akhirnya menggunakan soft cup feeder karena Ganesh menolak
menggunakan botol dot). Dia lagi-lagi harus beradaptasi untuk belajar melepaskan
rasa nyamannya saat nenen pada
waktu-waktu tertentu, dan tentu saja itu membuatnya protes dan menangis…
“Dalam
perjalanan hidup manusia, belajar meninggalkan kenyamanan terkadang harus
dilakukan untuk sampai pada titik nyaman yang lain,” itulah yang saya rasakan waktu itu dan itu pula yang
kemudian membuat saya menguatkan hati untuk menghadapi tangis-tangis lain
Ganesh dalam proses belajarnya. Hmm,
tapi tentu saja bukan lantas main kejam-kejaman kaya ibu tiri di cerita Cinderella ya… :D. Maksud saya adalah bahwa dalam perkembangan hidup anak, mau
tidak mau, dia harus terus berkembang, dan di dalamnya terkadang membutuhkan
perubahan yang terasa tidak nyaman pada awalnya. Nah, tugas kita sebagai orang-tua adalah membimbing dan membantu
anak melalui proses itu… proses beradaptasi setelah dilahirkan, proses
penyapihan, proses berada di sekolah sendiri, dan seterusnya sampai akhirnya
dia menjadi seorang anak yang mandiri. Panjang ya… Tapi percaya deh,
perlahan-lahan tanpa kita sadari satu demi satu masa itu akan sampai juga.
Foto Ganesh dari Usia 4 Bulan Hingga 2 Tahun 2 Bulan
Kalau dibandingin begini, baru keliatan kalau dia memang
semakin besar :*
|
KAPAN MULAI MENYAPIH
Rasanya baru kemarin melahirkan Ganesh, beberapa bulan yang
lalu (24 Juni 2013) tahu-tahu harus menyadari bahwa usia anak lanang ini sudah tepat dua tahun, dan bisa mulai disapih.
‘Bisa’, karena sebenarnya dua tahun bukanlah titik mutlak seorang anak berhenti
nenen, tapi usia dimana seorang anak
tidak bergantung lagi pada nutrisi ASI, sehingga kalau sekiranya ASI masih
berlimpah pemberiannya masih bisa dilanjutkan. Dan sebaliknya, jika ASI mulai
menipis, ada baiknya anak mulai disapih…
Saya sendiri adalah tipe yang kedua, ASI saya mulai sangat menipis saat Ganesh berusia dua tahun. Jadi, saya memilih untuk memulai proses penyapihan pada usia ini, dengan pertimbangan menghindari Ganesh menggunakan nenen sekedar untuk ngempeng untuk mendapatkan rasa nyaman… meskipun jujur, rasanya berat… Moment breastfeeding yang intim; sambil bercanda-bercanda, sambil elus-elus rambut Ganesh, sambil menimang dan memeluk Ganesh itu benar-benar hal berat untuk dilepaskan. Menjadi penenangnya pada saat galau, membuatnya merasa benar-benar diperhatikan dan dimengerti itu juga hal agung dari prosesi nenen yang segera harus diakhiri. Sedih; tapi harus dilakukan, demi kebaikan Ganesh juga, supaya dia lebih mandiri.
Saya sendiri adalah tipe yang kedua, ASI saya mulai sangat menipis saat Ganesh berusia dua tahun. Jadi, saya memilih untuk memulai proses penyapihan pada usia ini, dengan pertimbangan menghindari Ganesh menggunakan nenen sekedar untuk ngempeng untuk mendapatkan rasa nyaman… meskipun jujur, rasanya berat… Moment breastfeeding yang intim; sambil bercanda-bercanda, sambil elus-elus rambut Ganesh, sambil menimang dan memeluk Ganesh itu benar-benar hal berat untuk dilepaskan. Menjadi penenangnya pada saat galau, membuatnya merasa benar-benar diperhatikan dan dimengerti itu juga hal agung dari prosesi nenen yang segera harus diakhiri. Sedih; tapi harus dilakukan, demi kebaikan Ganesh juga, supaya dia lebih mandiri.
Ulang Tahun Ganesh yang Kedua
“Ganesh kan udah
gede, umurnya sudah dua tahun,
kalo anak gede
itu mimiknya ga nenen lagi”
|
CARA MENYAPIH
OK, menurut saya, para ibu bisa
memilih dua cara untuk menyapih anaknya; pertama dengan cara ‘terselubung’ dan
yang kedua dengan cara ‘terang-terangan’ (istilah pribadi :D). Cara
‘terselubung’ yang saya maksud adalah dengan mengoleskan brotowali atau minyak
kayu putih supaya anak menolak nenen;
dengan menempelkan plester atau mengoleskan obat merah kemudian mengatakan
bahwa payudara kita sedang sakit dan sebagainya. Sedangkan cara
‘terang-terangan’ yang saya maksud adalah dengan memberikan penjelasan yang
benar pada anak dengan cara yang sederhana dan dapat dipahaminya. Hmm, mana yang bagus ya?
Kalau
menurut saya sih ini tergantung opini
masing-masing… Menyapih dengan cara ‘terselubung’ sepertinya memang lebih mudah
dan effortless. Mengoleskan brotowali
pada puting sehingga anak enggan menyusu dengan sendirinya tentu lebih mudah
daripada berkali-kali menjelaskan kepada anak bahwa dia sudah cukup dewasa sehingga
tidak perlu nenen lagi. Akan tetapi
beberapa sumber berpendapat bahwa cara ini tidak baik, karena sama dengan kita
mengambil paksa ‘kepemilikannya’ yang dapat menimbulkan luka batin1.
Hmm, bisa jadi ya, karena proses
menyapih yang drastis, tanpa memberi pengertian dan pilihan membuat anak merasa
dipaksa meninggalkan nenen yang nota bene adalah sumber rasa nyamannya
selama ini.
Saya sendiri
memilih menyapih Ganesh dengan cara kedua karena menurut saya dengan cara ini
ada nilai yang bisa kita ajarkan pada anak. Menanamkan rasa tanggung-jawab,
bangga dan mengendalikan keinginan adalah beberapa hal yang bisa didapatkan
saat kita memberikan pemahaman padanya pada saat proses penyapihan. Oh ya, cara penyapihan seperti ini seringkali
disebut menyapih dengan cinta atau weaning
with love.
HERE WE GO…
Teori untuk
melakukan penyapihan dengan cinta memang sederhana (bisa lihat disini), namun
dalam prosesnya seringkali terjadi drama yang menguras air mata. Saya sudah
mulai sounding pada Ganesh bahwa dia
sudah cukup besar dan itu saatnya berhenti nenen
sejak beberapa minggu mulai mengurangi frekuensi nenen-nya. Awalnya semua berjalan mulus, saya melihat Ganesh cukup
mengerti dan bisa menerima dengan jawaban-jawabannya dan kesukarelaannya untuk nenen sebentar saja. Tapi ritme yang
sudah berjalan, jadi rusak pada saat kami harus mudik maraton ke Jogja dan
Probolinggo dari Tanjung Enim Sumatera Selatan. Perjalanan yang memakan waktu
minimal dua hari untuk satu tujuan itu banyak mempengaruhi mood Ganesh… alhasil, di perjalanan jadwal nenen menjadi semaunya :(. Setiba di tujuan pun, karena perubahan lingkungan akhirnya hal ini berlanjut hingga
total tiga minggu Ganesh kembali ke ritme awal.
Baru setelah
satu minggu berada di rumah kami kembali, saya mulai lagi proses penyapihan
ini. Dan tentu saja hal ini menjadi lebih sulit, karena dalam semangat Ganesh
sendiri mungkin sudah memudar. Tapi tentu saja, itu bukan alasan untuk menyerah
dan kemudian menggunakan cara ‘terselubung’ untuk mempermudah… Big no! :D. OK, let’s start again… Sounding-sounding-sounding!
Singkirkan dulu benda-benda yang membuat Ganesh teringat dengan nenen (selimut kesayangan diumpetin di
lemari dulu). Lebih intensif bermain supaya
lupa pada nenen. Pokoknya segala cara
untuk mengurangi frekuensi nenen Ganesh
sampai akhirnya siap untuk benar-benar stop.
Ganesh & Selimut Kesayangannya
“Nenen pake
celimut,”
katanya setiap minta nenen
|
Karena sudah
menetapkan target bahwa meskipun prosesnya lambat, minimal jeda nenen Ganesh terus meningkat dari waktu
ke waktu. Untuk itu, ada kalanya kami harus berhadapan dengan rengekan Ganesh
yang minta nenen yang sangat
meluluhkan perasaan. Menghadapi hal seperti itu, kami harus pantang menyerah
sekaligus sabar. Pelukan dan kata-kata lembut bahwa Ganesh sudah besar dan
harus belajar berhenti nenen seringkali
bisa menenangkannya, meskipun ada kalanya akhirnya saya mengalah dan memberikan
syarat, “Boleh nenen tapi sebentar
aja ya…” Terus dan terus, sampai akhirnya saya merasa bahwa Ganesh sudah cukup
beradaptasi, jeda nenen-nya terkadang
sudah lebih dari 24 jam. Saat itu, saya merasa sudah saatnya saya lebih tegas,
pada saat Ganesh ngotot meminta nenen; saya bertekad untuk terus
menjelaskan, menenangkan dan tidak luluh untuk kemudian menurutinya. Menurut
ingatan saya, ada dua kali Ganesh menangis hingga tantrum. Pada saat seperti itu, ada satu sisi hati yang ingin
mengalah; namun di sisi lain saya sadar, jika saya maju-mundur Ganesh akan
menjadi bingung dan proses ini akan menjadi lebih panjang dan menyakitkan
baginya.
Dan
akhirnya, pada usia ± 2 tahun 2 bulan, Ganesh benar-benar lepas dari nenen, meskipun waktu itu kami belum
berani mengajaknya bepergian dengan mobil karena takut mengingatkannya pada nenen. Baru sekitar dua minggu kemudian
kami berani mengajaknya kembali.
LESSON LEARNED
Hmm, berdasarkan pengalaman yang saya alami, ada beberapa hal
yang harus diperhatikan pada saat menyapih anak:
- Sounding secara intensif dengan bahasa yang dimengerti anak-anak. “Ganesh kan sudah gede, harus belajar ga nenen lagi, kan nanti mau sebentar lagi sekolah, nanti kalo di sekolahan kan ga bisa nenen Mama,” itu yang seringkali saya katakan waktu itu.
- Tunjukkan perhatian dan kasih sayang lebih, untuk sebisa mungkin menggantikan rasa nyaman yang terenggut karena anak tidak boleh nenen. Hal ini juga untuk menghindari anak merasa diacuhkan dan tidak disayangi seperti dulu. Kata-kata yang lembut, pelukan dan sentuhan lainnya pada saat dia gelisah akan sangat berarti.
- Hindarkan benda-benda atau situasi yang akan mendorong anak meminta nenen. Kalau pengalaman kami, selimut kucel yang selalu dipakainya untuk nenen dan bepergian dengan mobil adalah dua hal yang harus dihindari.
- Jangan menyapih pada saat anak harus menghadapi perubahan situasi yang cukup drastis yang mengurangi kenyamanannya. Misalnya sakit, atau dalam pengalaman kami misalnya adalah dalam perjalanan yang cukup panjang dan tinggal di lokasi yang asing baginya.
- Percaya diri dan konsisten setelah kita yakin bahwa anak sudah siap untuk benar-benar lepas dari nenen. Misalnya jeda nenen-nya sudah cukup panjang. Tetap sabar menenangkan pada saat anak tantrum dan jangan luluh, karena pada saat kita akhirnya tidak tega dan menuruti keinginan anak yang tantrum; hal itu akan membuatnya bingung. Dan membuatnya berpikir bahwa keinginannya akan dituruti dengan tantrum.
Kini Ganesh Bisa Tidur Tanpa Nenen
Dan selimut kesayangannya pun tidak membuatnya ingin nenen lagi
|
Begitulah
kira-kira pengalaman kami menyapih Ganesh. Saya sendiri merasa ada banyak hal
yang seharusnya bisa diperbaiki dan dieksekusi dengan lebih smooth, tapi semoga saja cerita ini bisa
bermanfaat, paling tidak sebagai pengingat bagi saya pribadi kalau nanti
menyapih anak kedua :). Finally, sekali lagi ingin cium si anak
lanang yang sudah gede ini, “You did great son.”
With Love,
Nian Astiningrum
-end-
Readings:
- AyahBunda.com. Tips Menyapih dengan Cinta. http://www.ayahbunda.co.id/Artikel/Tips/tips.menyapih.dengan.cinta/001/005/575/2/4. Diakses tanggal 16 Oktober 2013.
- AyahAsi.org. (07-02-2013). Weaning with Love = Menyapih dengan Cinta. http://www.ayahasi.org/2013/02/weaning-with-love-menyapih-dengan-cinta.html. Diakses tanggal 17 Oktober 2013.
- TabloidNova.com. (10-04-2010). Saat dan Cara Tepat Menyapih si Kecil. http://www.tabloidnova.com/Nova/Keluarga/Anak/Saat-Dan-Cara-Tepat-Menyapih-Si-Kecil. Diakses tanggal 17 Oktober 2013.
Makasih @Pendar Bintang.. Proses menyapih memang seru, silakan coba sendiri nanti :D
ReplyDeleteHihi, doakan saja, segera ada adek Ganesh disaat yang tepat.. *anaknya sih sekarang kalo ditanyain sudah mau punya adek*
Iya mak @Ririn, moment breastfeeding itu intim banget ya.. Bukan cuma anak yang ga rela, kita emaknya juga..
ReplyDeleteBeberapa pendapat sih bilang kalo memang ASI masih banyak, masih boleh dilanjutkan kok..
Meskipun ada juga yg berpendapat kalau umur 2 tahun sebaiknya sudah disapih supaya asupan nutrisinya tdk terganggu karena kenyang ASI yg nota bene katanya ga banyak nutrisi lagi di usia segitu..
Silakan cari info mana yg lebih meyakinkan..
Kalo saya sendiri, karena 2 tahun ASI sdh bener-bener menipis, daripada anaknya jadi ngempeng, ya saya sapih saja..
Berat memang, karena itu semua harus kompak dan saling bantu, termasuk si Ayah dan lainnya..
saya termasuk yang beruntung tidak kesulitan menyapih...karena memang setelah kembali bekerja secara aktif, produksi asi menurun dan anak-anak jadi maleees nenen lagi :D.yang pasti saya selalu bilang ke anak-anak kalau memang sudah waktunya mereka berhenti nenen :D....tapi makasih tipsnya..very useful indeed
ReplyDeletesama-sama mbak @indah nuria savitri.. makasih sudah mampir.. saya juga merasakan hal yg sama, ASI menurun dan mulai 1 tahun sudah mulai dikenalkan dg susu UHT.. semoga anak kedua bisa lebih baik.. amin :)
Delete