SOCIAL MEDIA

search

Wednesday, April 21, 2021

Not Lost Myself In Domesticity

Jeanie marries when she's twenty one,
Has a baby one year on
And every year that's the way that life goes
Lost herself in domesticity,
A cleaning, feeding entity,
She can't recall what she was before

In an ideal world kids would keep their rooms tidy,
In an ideal world he would be home from his work on time
And in the morning I could lay in

(Lagu oleh Andrea Corr)

Gara-gara semingguan dipaksa berkutat dengan pekerjaan rumah-tangga pasca di-ghosting ART, lagu ini tiba-tiba terngiang-ngiang di telinga. Ya gimana, tiap pagi mau bangun, yang di otak sekarang adalah mau masak buat sahur, cuci piring, nyapu, ngepel, jemur baju, nyetrika, dan printilannya. Hmm, I literally mengerti banget apa yang disampaikan lagu itu; sebuah kondisi dimana seorang perempuan tenggelam dalam pekerjaan domestik hingga lupa akan kehidupannya sendiri.


Seram ya? Tapi, iya lho, hal ini bisa banget terjadi saat pekerjaan begitu menumpuk sampai-sampai kita tidak punya waktu untuk memikirkan hal lain. Begitu terbangun di pagi hari, yang ada di kepala kita adalah bagaimana menyelesaikan pekerjaan yang sudah menunggu, hingga malam tiba, kita kelelahan dan beristirahat. Begitu terus... Alih-alih memikirkan mimpi, pekerjaan yang tidak henti muncul bisa selesai saja bagaikan suatu keajaiban.

Hmm, jujur, pada awalnya saya pun berpikir jika akan berada pada posisi seperti itu. Sekitar satu tahun yang lalu pun saya mengalaminya, dan waktu itu pekerjaan domestik ya hidup saya. Nyaris tak ada waktu lagi untuk melakukan hal-hal yang saya sukai dan memuaskan batin.

But sureprise! Saya terkaget-kaget sendiri ternyata kok sekarang berbeda ya... Sudah seminggu terdampar di timbunan pekerjaan rumah tangga bersama home learning dua anak yang masih sekolah online, tapi saya survive. Bahkan masih sempat melakukan pekerjaan yang memuaskan batin, seperti menyanyi (live streaming), menulis, dan membuat konten. 

Ini benar-benar di luar prediksi saya! Dan sontak membuat saya berpikir, apa yang beda dengan tahun lalu? Kenapa tahun ini saya seperti masih punya cukup energi untuk menyelesaikan semua pekerjaan rumah-tangga itu, on-the-way menyelesaikan home learning, menyanyi, menulis dan bikin konten?

Dan setelah saya pikir-pikir, berikut beberapa hal yang ternyata membuat perbedaan itu:

1. Start dari Nol

Jadi, waktu itu kan rumah sempat ditinggal sekitar dua mingguan karena kami ke Jogja saat Ibuk sakit dan kemudian berpulang. Otomatis, PR sepulang dari sana itu lumayan banyak; ya segunung setrikaan, lantai yang aduhai untuk ukuran saya yang OCD bikin bad mood, barang-barang berantakan ga pada tempatnya, dan sebagainya.

Nah, ini nih kalo menurut hemat saya harus dibabat tuntas dulu, jadi kita benar-benar bisa start dari nol dan tidak selamanya menanggung pekerjaan kemarin atau kemarin lusa. And yes, ini part paling berat sebenarnya. Pada saat ini, saya hanya fokus untuk menyelesaikan PR itu dulu, my daily life still paused. Ga nyanyi dulu, ga nulis dulu, ga bikin konten dulu...

Berat? Iya! Makanya buruan diselesein, jadi hidup (harapannya) bisa normal lagi. Iya masih harapan, karena masih meraba-raba apa yang akan terjadi setelah ini.

2. Bangun (Sangat) Pagi

Yup, saya pikir bulan puasa akan menambah keruwetan dalam menyelesaikan semua pekerjaan rumah-tangga ini, tapi ternyata justru sebaliknya!

Bangun jam 3 pagi setiap hari untuk menyiapkan sahur untuk anak (dan suami jika dia sedang di rumah), setelahnya saya memilih untuk tidak tidur kembali, tapi menyelesaikan beberapa pekerjaan sebelum anak-anak harus bangun dan memulai aktivitas home learning. Pada waktu ini, saya ternyata bisa menyelesaikan banyak hal; seperti mencuci piring, menyapu, mengepel dan membuat sarapan untuk Mahesh yang belum berpuasa.

Alhasil, aktivitas setelah anak-anak bangun pun lancar jaya! Mood saya pun maintain nicely merasa tidak memiliki tanggungan yang bikin stress. Juga tidak merasa diburu-buru karena ada yang kelaperan, sementara saya pun gemas liat tumpukan cucian piring dan lantai yang tidak kesat.

3. Tidak Begadang

Ini penyakit menahun saya! Ada saatnya merasa kalo saya ini 'Night Owl' yang justru pikiran kreatif itu bersliweran di malam hari, begadang itu menjadi hobi dan kebutuhan. Siang harinya, hajar dengan kopi, selesai perkara! beberapa bulan kemudian masuk angin parah, pinggang sakit, ga bisa berdiri lama-lama, cuci piring aja harus duduk. Yup, begadang dan kurang tidur itu beneran merusak badan.

Itu kasus ekstrimnya, secara normal kebiasaan begadang itu membuat kita bangun dalam kondisi yang lelah. Lelah itu berdampak pada kurang efisien dan memburuknya mood seharian, jadi benar-benar tidak efisien. Ngerjain pekerjaan rumah lambat, banyakan nge-hang terus buka socmed. Ngajarin anak juga gampang marah. Udah gitu mau mikir untuk nulis atau bikin konten juga susah. Bete kan?

4. Jangan Tunggu Sampai Numpuk

Karena kalo numpuk itu bawaannya males mau ngerjain, yang namanya cuci baju dan setrika itu sehari sekali aja. Jadi setrika itu cuma 10 menitan aja sehari, ga sampai harus bergunung-gunung. Kenapa yang di-mention setrika? Karena ini permasalahan emak-emak sejagad kan, sampai saat ini belum bisa di-automatisasi.

Cuci piring juga gitu, sehari dua kali deh biar ga eneg liatnya.

Buat saya yang rada obsessive-compulsive tadi beneran efektif banget. Karena kecenderungannya itu kalo liat pekerjaan numpuk, bawaannya males dan menunda-nunda ngerjainnya.

5. Multitasking

Ada banyak kok kerjaan yang bisa dikerjain bersamaan. Misalnya masak. Pertama kupas wortel dulu, masukin ke panci. Nah, sambil nunggu si wortel masak, kita bisa motong-motong sayuran lainnya, siapin bumbu, dll.

Contoh lain misalnya home learning sambil nulis atau bikin konten. Ya udah, gelar aja dua meja jejeran anak. Anak ngerjain tugasnya, kita di sampingnya ngerjain tulisan atau konten sambil kadang ngomelin atau ngajarin. Bahkan kalo mendesak sekali bisa kok ngajarin home learning sambil masak. Tinggal angkut buku anak ke meja makan di dapur. Bisaa...

Bagaimana juga waktu kita itu cuma 24 jam sehari, 16 jam efektif, karena 8 jamnya jangan ditawar lagi, itu untuk istirahat.

6. Bergerak Lebih Cepat

Jalan yang cepet, ngepel yang cepet, cuci piring yang cepet... semua harus dipercepat supaya bisa selesai dengan cepat, sekaligus memaintain ritme kerja kita tetap dinamis dan agresif.

Untuk menjaga ritme kerja ini, saya perlu musik! Entah radio atau musik yang membuat saya stay pada pekerjaan itu dengan semangat. Itu kenapa, literally speaker itu ada dimana-mana di rumah.

7. Ajarkan Anak untuk Mandiri

Tahun ini anak sudah bertambah satu tahun usianya. Kalau dulu si Mahesh (sekarang 6 tahun) masih diambilin kalau makan, tahun ini dia bisa ambil sendiri. Juga soal sanitasi, mandi dan cebok sudah bisa sendiri. 


Kakaknya (hampir 10 tahun) pun begitu. Perkara belajar online sudah bisa jalan sendiri dengan jadwal yang kita tempel. Setiap pagi sudah pasang alarm untuk bangun, kemudian mandi, dan video meeting.

Ini benar-benar saving time and energy! Sekaligus mengajarkan anak untuk lebih mandiri.

8. Tools untuk Mempercepat/Meringankan Pekerjaan

Ini memang mungkin relatif pricey ya... Tapi, kalau menurut saya mesin cuci bukaan depan, mesin pel, dan bahkan meja setrika kecil yang bisa diangkut kemana-mana itu investasi untuk waktu dan kesehatan mental kita.

Sambil cuci baju, kita bisa masak, nyapu ngepel dll. Tinggal mikirin jemurnya aja, saving so much time!

Ngepel pake mesin meski belum yang otomatis jalan sendiri juga jauh lebih cepet dan ga capek. Saving so much energy!

Meja setrika kecil bisa diangkut sambil nemenin anak nonton. Anak seneng, kita juga seneng ga bosen plus merasa bisa membersamai anak. Contribute in maintain our mental health for sure!

Menurut saya beli alat semacam itu bukan pemborosan, tapi investasi. So, if you can afford it, go for it! Tapi kalo belum ada dananya ya nabung dulu. Bagaimana juga hidup itu juga tentang prioritas, termasuk prioritas mana yang harus dibeli dan mana yang bisa nunggu.

***

Udah, itu aja sih saya pikir berbeda dengan tahun kemarin dari sisi cara kerja tahun lalu dan tahun ini. Tentu tidak bisa diterapkan pada semua kondisi ya, tapi semoga bisa memberikan sedikit referensi pada teman-teman semua agar tidak tenggelam dalam pekerjaan domestik.

Yuk... yuk... tetap cari cara supaya bisa mengembangkan diri untuk kesehatan mental kita. Hmm, diposting pas Hari Kartini, beneran pas banget deh...

With Love,
Nian Astiningrum
-end-

No comments :

Post a Comment

Hai! Terima-kasih sudah membaca..
Silakan tinggalkan komentar atau pertanyaan disini atau silakan DM IG @nianastiningrum for fastest response ya ;)