SOCIAL MEDIA

search

Friday, April 23, 2021

Mendukung Pelestarian Lingkungan Melalui Kampanye Brand

Plastik itu tidak ramah lingkungan! Ya, tidak terbantahkan. Namun, hingga saat ini pun belum ada bahan yang dapat menggantikan sepenuhnya. Adalah keniscayaan bahwa plastik sulit diurai secara alami oleh alam, tapi juga tidak terbantahkan bahwa bahan ini masih dibutuhkan baik oleh produsen maupun konsumen.

Pernah ga sih, pada saat belanja skin care kemudian kita berpikir, “Duh, ini kemasan plastiknya tebel amat. Cantik dan keliatan elegan sih, tapi apa kabar ini nanti pas jadi sampah?” Tapi, di sisi lain coba bayangkan, jika kosmetik tersebut kemudian berhemat penggunaan plastik. Dengan kemasan yang lebih tipis, apakah sebagai konsumen kita yakin kualitas skin care tetap terjaga? Dilema kan?

Demikian juga yang dialami produsen, mereka pun mengalami dilema yang sama. Di satu sisi, tidak mungkin mereka tidak memahami dampak dari penggunaan plastik. Namun disisi lain, inilah bahan yang paling tepat guna hingga saat ini, dalam artian ekonomis, durable dan mampu menjaga produknya, serta memiliki tampilan yang menarik.

Hal ini memang dilematis, tapi bukan absolut tanpa solusi. Limbah plastik memang sulit terurai secara alami oleh alam, tapi sangat bisa didaur-ulang. Dimana konsumen dapat mendukung hal ini dengan pemilahan sampah, demikian juga produsen dapat mendorong hal ini dengan program pengumpulan kemasan produknya. Misalnya yang dilakukan The Body Shop dengan program Bring Back Our Bottle (BBOB)-nya.

Bagi saya konsumen The Body Shop sejak lebih dari 6 tahun, program ini punya arti tersendiri. Semacam memberikan garansi bahwa skin care saya dikemas dengan aman, sekaligus tenang bahwa kemasan bekas pakainya tidak akan berakhir merusak lingkungan. Di samping juga mendapatkan benefit berupa poin yang dapat ditukar dengan produk ataupun digunakan untuk belanja saat mengembalikan kemasan bekasnya. Benar-benar jenius bukan?

Member The Body Shop, kartunya berdua sama suami

Selain membawa manfaat bagi konsumen, program ini tentu juga membawa manfaat bagi lingkungan dan masyarakat. Sampah anorganik berkurang, masyarakat pun teredukasi untuk bertanggung-jawab akan sampahnya.

Bahkan lebih dari itu, program pengelolaan sampah yang dilakukan melalui BBOB ini pun saya sadari meningkatkan loyalitas pada brand. Sebagai seorang yang concern akan bahayanya sampah anorganik bagi lingkungan, program ini sungguh menimbulkan sentimen positif. Membuat saya merasa membuat keputusan yang tepat dengan berbelanja produk mereka. Saya mendapatkan produk berkualitas, dan mereka pun menggunakan sebagian keuntungan yang didapatkan untuk melaksanakan tanggung-jawabnya pada bumi.

Botol bekas siap dibawa ke toko

Hal ini, saya yakin juga terjadi pada banyak konsumen lain. Sikap suatu brand pada isu lingkungan turut meningkatkan loyalitas konsumen, sekaligus berpengaruh positif pada citra perusahaan. Dimana kedua hal ini (loyalitas konsumen dan citra positif) adalah aset yang turut mendukung keberlangsungan dan perkembangan bisnis perusahaan.

Sikap dan keputusan perusahaan pada pelestarian alam akan berpengaruh pada loyalitas konsumen dan citra perusahaan.

Saat ini, organisasi penggiat lingkungan pun bahu-membahu melakukan aksi penyelamatan bumi. Salah satunya dengan melakukan penelitian berkala untuk mengetahui pola limbah plastik di dunia. Hal ini dilakukan dalam upaya untuk menyadarkan, serta memberikan edukasi pada masyarakat dan produsen mengenai limbah mereka. Salah satunya adalah penelitian yang dilakukan oleh The #breakfreefromplastic Movement.

Gerakan yang dirilis pada tahun 2016 ini melakukan penelitian bertajuk ‘Brand Audit’ secara berkala pada tiga tahun terakhir (2018, 2019, dan 2020). Melalui ‘Brand Audit’ yang dilakukan oleh volunter, dihasilkan laporan tahunan mengenai pola limbah plastik di dunia, salah satunya adalah tabulasi sampah plastik bermerek. Dimana melalui penelitian ini diperoleh hasil brand dengan sampah plastik terbanyak di dunia.

The Brand Audit 2020 yang dilakukan oleh The #breakfreefromplastic Movement

Publikasi semacam ini sedikit banyak membuat saya berpikir ulang untuk all out menggunakan produk-produknya. Saya sadar sepenuhnya jika sampah-sampah plastik yang saya hasilkan akan merusak lingkungan. Akan tetapi, sebagai konsumen, yang mungkin saya lakukan saat ini adalah memilah sampah, dengan harapan ada pihak yang akan mengambil tindakan daur ulang ataupun pengolahan lanjutan. Saya akan cenderung memilih produsen yang memberikan perhatian khusus pada limbah mereka. Sehingga fakta yang terungkap melalui penelitian yang dilansir dengan tajuk ‘The Brand Audit Report’ ini secara langsung dan tidak langsung mempengaruhi keputusan saya untuk menggunakan suatu produk.

Jika ada brand lain yang lebih concern dengan limbahnya, saya akan memilihnya. Perasaan semacam ini, saya yakin dimiliki juga oleh banyak konsumen lain, sehingga jelas berpengaruh pada loyalitas customer dan citra perusahaan. Keputusan berkaitan dengan lingkungan, baik pada fase produksi maupun pengelolaan limbah adalah hal yang sangat krusial dalam hal ini. Sehingga ada baiknya perusahaan-perusahaan melalui brand yang diusungnya menganggap serius hal ini.

Untuk melakukan pengelolaan limbah yang lebih baik, produsen dapat bekerjasama dengan perusahaan pengelolaan limbah, salah satunya adalah Waste4Change. Salah satu perusahaan Waste Management Indonesia yang berdiri pada tahun 2014 ini memberikan berbagai jasa pengelolaan limbah, salah satunya adalah In-Store Recycling sebagai salah satu bentuk Extended Producer Responsibility Indonesia.

Program ini dirancang untuk meningkatkan daur ulang sampah berlabel merek yang dapat berasal dari proses produksi, proses distribusi, gudang, maupun konsumen. Sebagaimana program BBOB The Body Shop Indonesia yang juga di-handle oleh Waste4Change. 

Keuntungan dari layanana In-Store Recycling ini adalah mencegah penyalahgunaan produk berlabel merek, mengurangi jumlah sampah yang berakhir di TPA, adanya laporan tentang alur sampah, dan membantu meningkatkan daur ulang. Dimana hal ini bukan hanya memiliki manfaat bagi lingkungan dan masyarakat, tapi juga bagi brand sendiri.

Adapun alur sampah dalam program In-Store Recycling ini adalah sebagai berikut:

  1. Pemilahan sampah oleh konsumen
  2. Penyimpanan sampah di gudang/toko klien
  3. Pengumpulan sampah terpilah
  4. Pengelolaan sampah di Rumah Pemulihan Material Waste4Change
  5. Pengelolaan residu menggunakan teknologi RDF

Layanan In-Store Recycling ini sangat mudah dilakukan oleh konsumen, maupun brand. Konsumen hanya perlu membawa kemasan bekas ke toko, sedangkan perusahaan (brand) hanya perlu mengumpulkan untuk kemudian menyerahkannya untuk dikelola lebih lanjut oleh Waste4Change. 

Melalui treatment ini, sampah pun dikelola lebih baik dan tidak mencemari lingkungan, citra perusahaan semakin baik karena sampah dengan label mereka mereka tidak ditemukan di sembarang tempat (karena sudah didaur ulang), dan loyalitas konsumen pun terjaga.

Yup, sebagai konsumen, saya berharap akan lebih banyak perusahaan yang turut mengambil peran dalam pengelolaan limbah produk mereka. Saya pribadi pun merasa lebih tenang dan puas saat menggunakan produk yang saya tahu tidak akan berakhir mencemari lingkungan. 

-end-

"Tulisan ini diikutsertakan dalam Lomba Menulis Blog Waste4Change Sebarkan Semangat Bijak Kelola Sampah 2021
Nama penulis: Nian Astiningrum"

Referensi:

[1]. breakfreefromplastic.org. (2020). The Brand Audit Report 2020. Diakses pada 22 April 2021, dari https://www.breakfreefromplastic.org/globalbrandauditreport2020/. 

[2]. thebodyshop.co.id. Bring Back Our Bottle. Diakses pada 22 April 2021, dari https://www.thebodyshop.co.id/stories/bring-back-our-bottle.

[3]. waste4change.com. In-Store Recycling. Diakses pada 22 April 2021, dari https://waste4change.com/official/service/in-store-recycling.

No comments :

Post a Comment

Hai! Terima-kasih sudah membaca..
Silakan tinggalkan komentar atau pertanyaan disini atau silakan DM IG @nianastiningrum for fastest response ya ;)