SOCIAL MEDIA

search

Wednesday, June 4, 2014

Memilih dan Memanfaatkan Tayangan yang Baik untuk Pendidikan Anak

Hampir seusia Ganesh, TV di rumah tidak dinyalakan. Awalnya bukan disengaja, tapi karena lupa membayar layanan TV Kabel sampai beberapa bulan gara-gara sering ditinggal suami dinas, sementara saya pun sibuk menyesuaikan diri sebagai ibu baru waktu itu. Sampai akhirnya tunggakan menjadi cukup ‘berasa’ dan kami malas membayarnya (berasa membayar sesuatu yang tidak kami nikmati). Dan saat itulah kami memutuskan untuk meneruskan hidup tanpa TV, yang ternyata tidak semenyeramkan bayangan kami sebelumnya. 

Karena tidak adanya TV, praktis kami jarang sekali menonton TV, karena itu hanya terjadi secara tidak sengaja saat bertamu atau menginap di hotel misalnya. Membosankan? Awalnya kami berpikir TV adalah hiburan wajib dan pasti akan sangat sepi jika sebuah rumah tidak dilengkapi dengan TV. Tapi ternyata itu salah! Karena nyatanya kami selalu menemukan kegiatan bersama yang menyenangkan tanpa TV (cerita lengkap disini). Paling-paling berasanya pada saat ada pertandingan bola kesukaan suami, hihi, dia harus update siapa yang menang lewat status BBM teman-temannya :D.
Kadang kami iseng streaming Youtube
Dan tidak menyangka Ganesh suka tanyangan seperti Wayang!?
Dengan tidak adanya TV, memang kegiatan kami bertiga lebih banyak didominasi aktivitas/interaksi fisik maupun verbal dan ini sangat menyenangkan! Namun demikian, itu bukan berarti kami antipati dengan TV atau tayangan lainnya. Kadang kami memanfaatkan YouTube untuk menonton tayangan-tayangan yang kami inginkan, seperti misalnya cuplikan berita atau penampilan kontestan Stand Up Comedy Indonesia (SUCI) favorit suami. Sedangkan untuk Ganesh, tayangan yang kami pilihkan biasanya adalah lagu-lagu anak, kartun-kartun lambat (seperti Babar the Elephant), fenomena-fenomena alam (terjadinya hujan) dan sebagainya, asal memenuhi syarat sebagai berikut:
  1. Tema dan cara penyampaiannya cukup mudah dicerna. Coba bayangkan sebuah film dengan tema percintaan misalnya, bisa dipastikan kita akan kesulitan menjelaskan pada anak kita apa yang sedang dilihatnya :D. Sementara jika anak menonton sesuatu yang tidak bisa dipahaminya, maka kecenderungannya dia hanya menikmati gambar, warna dan sebagainya tanpa ada proses berpikir alias bengong.
  2. Perpindahan adegan terlalu cepat (misalnya kartun Spongebob). Meskipun beberapa pihak masih meragukan bahwa tayangan berpengaruh buruk pada kemampuan konsentrasi anak, namun ada baiknya kita mempertimbangkan hal ini. Karena hal yang cukup logis, jika tayangan yang terlalu cepat akan membuat otak harus bekerja lebih keras untuk menangkapnya sehingga dapat mengganggu konsentrasinya kemudian.

Nah, berdasarkan poin-poin di atas, kita mungkin bisa mempertimbangkan tayangan khusus untuk anak-anak di TV, seperti ‘Sesame Street’, ‘Dora the Explorer’ atau ‘Si Unyil’ (jika masih tanyang :D) sebagai pilihan. Sedangkan untuk film, berdasarkan pengalaman, saya merekomendasikan film-film di bawah ini:

1. Wall-E (2008)
Tema film ini jempolan sekali menurut saya, yaitu tentang cinta lingkungan, sehingga membantu saya menanamkan nilai yang sama pada Ganesh, “Tuh Ganesh, kalau buang sampah sembarangan, nanti buminya bisa penuh sampah kaya gitu”. Selain itu, dari sini saya bisa mengajarkan tentang menghargai orang lain, "Anesh, jangan suka buang sembarangan ya… kasian Wall-E kan ngumpulinnya”; membantu teman (pada saat Eve menolong memperbaiki Wall-E); dan tentu juga Ganesh juga jadi mengenal apa itu bumi, bintang, angkasa dan matahari.

2. Cars (2006) (not Cars 2)
Dibandingkan sequel-nya, Cars 2 yang memiliki tema cukup rumit (dunia intelligent), Cars memiliki tema yang lebih sederhana dan mudah dipahami, yaitu bagaimana seorang Lightning McQueen begitu menginginkan menjadi pemenang turnamen Piston Cup, namun akhirnya mengalah karena rasa kasihnya pada The King. Film ini sangat kaya dengan ekspresi emosi yang bisa dijelaskan kepada anak, serta tentunya nilai-nilai positif, seperti cinta kasih (McQueen menolong The King ke garis finish), membantu sahabat (saat warga Radiator Spring menjadi tim McQueen dalam Piston Cup), serta tanggung-jawab (McQueen memperbaiki jalan yang menjadi rusak karenanya).

3. The Lion King (1994)
Selain menambah katalog anak tentang berbagai hewan, film ini juga memberikan gambaran nyata, kasih sayang seorang tua pada anaknya, dan bahwa apa yang dinasehatkan kepadanya oleh orang-tua semata-mata adalah karena rasa sayang dan untuk kebaikannya, demikian juga pada orang-tua marah (Simba dalam bahaya saat datang ke kawasan Hyena dan kemudian diselamatkan oleh ayahnya, yang juga memarahinya setelah itu).

4. Winnie the Pooh (2011)
Jujur, kalau untuk kita orang dewasa, film ini mungkin cukup membosankan ya… Tapi, justru karena itu, film ini aman, karena alurnya yang lambat (termasuk cara bicara Pooh yang sangat lambat :D). Film ini mengajarkan persahabatan (saat Pooh dan kawan-kawannya berusaha mencari ekor Eeyore dan menyelamatkan Christopher Robin), rela berkorban atau mengesampingkan kepentingan pribadi untuk orang lain (Pooh menahan lapar demi memberikan ekor Eeyore), melawan rasa takut (Piglet menembus hutan untuk menemukan Christopher Robin) dan penghargaan akan kebaikan (Pooh menerima madu karena menemukan ekor Eeyore).

5. Ice Age 4: Continetal Drift (2012)
(Sebenarnya mungkin Ice Age 1 s.d. 3 juga cukup bagus sih, cuma karena saya hanya punya yang ini, jadi saya cerita soal Ice Age 4). Ice Age 4 ini menceritakan zaman es, pada saat terjadi gempa bumi besar yang memisahkan daratan di bumi, sehingga otomatis membantu kita menambah pengetahuan anak tentang terciptanya pulau dan benua, tentang apa itu gempa bumi dan sebagainya. Dalam film ini kita juga akan melihat kerjasama dan saling membantu sekumpulan sahabat, yaitu Manny, Sid, Diego dan nenek Sid. 

6. Up (2009)
Hal positif yang didapat pada saat menonton film ini bersama Ganesh adalah tentang bagaimana menghadapi situasi menakutkan (saat Kakek Carl dan Russel menghadapi badai dan dikejar oleh anjing-anjing). Beberapa kali Ganesh menyeletuk dengan ekspresi takut, “Kenapa itu Mama…” Dan saat itulah kita bisa membesarkan hatinya dan mengajarkannya untuk berani dalam situasi yang menakutkan, misalnya dengan mengatakan, “Itu lagi badai Anesh, jadi banyak petir dan angin, kalau lagi hujan petir begitu kita di dalem rumah aja ya… itu kakeknya juga lagi jagain rumahnya… kita doain ya…”

7. Frozen (2013)
Meskipun temanya cukup feminin dan mungkin lebih cocok untuk anak perempuan, tapi Ganesh cukup menikmati dialog-dialog dan ekspresi melalui lagu-lagu yang dibawakan tokoh-tokoh dalam film ini. Lagi pula, meskipun tema percintaannya cukup kuat, tidak ada adegan yang frontal menunjukkannya, sehingga Ganesh cukup puas dijelaskan bahwa Anna dan Hans adalah teman. Dan selanjutnya pesan positif kekompakan dan kasih sayang antara saudara (Elsa dan Anna) diperkuat, supaya Ganesh punya gambaran, seperti apa sih punya saudara itu :D.

8. Planes (2013)
Bagian yang paling menarik dalam film ini menurut kami adalah pada saat Dusty rusak parah dan kemudian teman-temannya membantu memberikan spare parts. “Tuh kan Anesh, kalau kita baik sama orang lain, kita jadi banyak temen yang sayang deh… tuh Dusty banyak kan yang bantuin…” Selain itu, ada juga bagian dimana Ripslinger berusaha mengalahkan Dusty dengan cara curang. “Liat tuh Ripslinger mainnya curang, itu kan ga baik, kalo lomba ya jangan takut kalah… kalau curang kan temennya pada sebel, ga punya temen deh…”. Ada banyak nilai positif dalam film ini, mulai dari semangat juang dan pantang menyerah, membantu teman sampai berkompetisi secara sportif.

***

Nah, itulah 8 film paling berkesan bagi kami (saya dan Ganesh), yang menghibur sekaligus mendidik dalam petualangan menonton (laptop) kami. Selain film ini, sebenarnya ada juga film-film yang cukup bagus seperti Rattatouille, yang tema dan nilai-nilai di dalamnya cukup bagus, tapi entah mengapa Ganesh kurang antusias. Demikian juga dengan film Madagascar yang cuma sekali tonton dan tidak mau diulang lagi. Selain film-film itu, saya juga masih berburu judul-judul film yang sepertinya akan memiliki tema dan penyampaian yang positif untuk Ganesh sesuai usianya. Film 'Babe' sepertinya adalah yang akan kami coba selanjutnya ;).


Yup, berdasarkan usaian di atas, tema dan visualisasi tayangan memang hal yang sangat penting, namun, sesungguhnya hal yang tidak kalah penting adalah peran kita untuk mendampingi. Hal ini disebabkan karena pengetahuan anak yang masih minim akan membuatnya kurang memahami tayangan yang mereka lihat. Tapi justru disinilah kesempatan besar kita untuk mengisi kekosongan itu dengan pengetahuan-pengetahuan dan nilai-nilai yang positif. Mulai dari pengetahuan macam-macam binatang dan sains (tanda-tanda dan terjadinya hujan), sampai dengan nilai-nilai positif, seperti persahabatan, kasih sayang dan banyak lagi.

Jadi dalam hal ini, peran kita orang tua maupun pengasuh dalam hal menyeleksi tayangan yang positif maupun mendampingi anak sangatlah penting. Jangan sampai kita meninggalkan anak kita sendirian menonton sesuatu yang belum dia mengerti meskipun tidak mengandung konten negatif. Iya memang tidak ada dampak negatifnya mungkin, asal tayangan tersebut sudah kita seleksi dengan baik, namun jika dipikir-pikir, sayang juga jika kita tidak memanfaatkan momen menonton itu untuk menambah pengetahuan dan kebijaksanaan anak daripada sekedar menghibur. Iya, memang terkadang penuh godaan ya… karena terkadang film-film itu terasa membosankan bagi kita orang dewasa (apalagi jika filmnya sudah diulang-ulang). Tapi dengan mempertimbangkan dampak positifnya, rasanya hal ini patut diusahakan semampu kita ;). 

With Love,
Nian Astiningrum
-end-

Reading:
PsychologyToday.com. (13-09-2011). Cartoons Can Be Mind-Boggling. http://www.psychologytoday.com/blog/suffer-the-children/201109/cartoons-can-be-mind-boggling. Diakses tanggal 3 Juni 2014.