Semua pasti setuju bahwa merawat bayi itu membutuhkan kesabaran tersendiri; karena mereka sepenuhnya tergantung pada kita dalam segala hal, sepanjang waktu dengan kemampuan komunikasi yang masih terbatas. Seringkali menangis menjadi satu-satunya bahasa yang harus diterjemahkan menjadi berbagai ketidaknyamanan mereka; seperti lapar, kepanasan dan sebagainya. Jelas ini bukan hal yang mudah bukan, apalagi pada saat bayi rewel, lebih dari biasanya. Stok kesabaran harus benar-benar ditingkatkan untuk menghadapi bayi yang mendadak menjadi serba salah dan hobi menangis itu. Melelahkan, itu pasti, tapi ternyata ada alasan yang positif di balik kerewelan bayi itu, paling tidak itulah hasil penelitian dari Hetty van de Rijt, Ph.D. dan Frans Plooij, Ph.D, pasangan suami istri yang sama-sama berkecimpung dalam dunia Psikologi Pendidikan. Sebuah konsep yang diperoleh melalui penelitian selama bertahun-tahun yang mereka dokumentasikan dalam buku ‘The Wonder Weeks’. Sebuah konsep yang menjelaskan bahwa ada masa-masa tertentu dimana bayi akan rewel karena adanya perkembangan mental tertentu yang tengah terjadi.
Dalam buku mereka, ‘The Wonder Weeks’ yang pertama kali
terbit di tahun 1992, van de Rijt dan Plooij menyebutkan adanya 10 tahapan
perkembangan mental bayi pada 20 bulan pertama hidup mereka. Dimana 10 tahapan
perkembangan mental ini, seringkali ditandai dengan perilaku rewel (fussy) yang seringkali spesifik pada
usia-usia tertentu; yaitu minggu ke-5, 8, 12, 19, 26, 37, 46, 55, 64 dan 75. Misalnya
saja pada saat melalui tahapan ‘Changing Sensation’ pada minggu ke-5, perilaku
rewel bayi berupa perilaku berteriak, menangis dan menolak (sulit) untuk tidur.
Dimana hal ini merupakan akibat dari kebingungannya karena dibombardir dengan
berbagai stimulus yang awalnya tidak dirasakan karena organ, metabolisme dan
indera yang belum matang.
Hal ini pula yang terjadi pada minggu-minggu selanjutnya, yaitu ke-8, 12 dan seterusnya. Tentu saja dengan karakteristik kerewelan yang berbeda, karena perbedaan perkembangan mental yang terjadi saat itu. adapun secara singkat, perkembangan-perkembangan mental yang terjadi pada usia-usia tersebut secara lengkap adalah sebagai berikut:
USIA ANTARA (BULAN)
|
PERKEMBANGAN MENTAL
|
KEMAMPUAN BAYI SETELAH MELALUI TAHAPAN PERKEMBANGAN MENTAL
|
4½ –
5½
|
Changing Sensation
|
Bayi mulai lebih banyak menyadari dan
memberikan respon pada berbagai stimulus di lingkungan karena kematangan
organ, metabolisme dan inderanya.
|
7½ -
9½
|
Pattern
|
Saat ini bayi tidak lagi merasa bahwa
lingkungan adalah sebuah kesatuan stimulus, namun mampu melihatnya lebih
detail dan terpisah; misalnya dia mulai menyadari tangannya sendiri.
|
11½ -
12½
|
Smooth Transition
|
Bayi mulai menyadari dan mengasah pergerakan ‘halus’
tubuhnya. Pada saat ini, bayi yang awalnya bergerak dengan kaku, mulai mampu
bergerak lebih lembut.
|
14½ -
19½
|
Events
|
Bayi akan mampu memahami serangkaian
pergerakan familiar yang lembut dengan panca inderanya (melihat, mendengar,
merasa, mencium dan mengecap).
|
22½ -
26½
|
Relationship
|
Bayi akan mulai menyadari adanya ‘hubungan’ (relationship); seperti jarak dan
posisi (di dalam, di luar, di atas, di dekat dan sebagainya). Sehingga
terkadang bayi akan memberikan respon saat orang yang dikenalnya menjauh atau
mendekat.
|
33½ -
37½
|
Categories
|
Bayi mulai mengelompokkan serangkaian
stimulus dalam menyadari suatu objek. Misalnya dia menyadari bahwa anjing
besar bukanlah seekor kuda, melalui ciri-ciri binatang tersebut.
|
41½ -
46½
|
Sequences
|
Bayi mulai mengenali dan mengelola urutan
dari sebuah kegiatan. Misalnya makan, berarti dia harus mengambil buburnya
dengan sendok, mendekatkan sendok pada kepala dan memasukkannya ke dalam
mulut (bukan mata).
|
50½ -
54½
|
Programs
|
Bayi menyadari keseluruhan urutan sebagai
suatu kegiatan; misalnya meletakkan piring kotor di air, mengusapkan spons
dan meletakkannya di rak merapakan kegiatan bernama ‘mencuci piring’.
|
59½ -
6½
|
Principles
|
Saat ini, anak mulai menyadari adanya ‘aturan’
untuk suatu kejadian. Misalnya dia mulai menyadari bahwa untuk membuat ibunya
tidak meninggalkannya, maka dia perlu memohon, merajuk dan bahkan menangis.
|
70½ -
76½
|
Systems
|
Anak mulai mampu menyesuaikan prinsipnya sesuai
lingkungannya. Dia mulai memahami bahwa dia bisa memilih ingin menjadi
seperti apa (seorang anak yang jujur, perhatian, sabar dan sebagainya atau
bahkan sebaliknya).
|
Memahami perkembangan mental yang terjadi di balik kerewelan bayi/anak ini tentu sangat bermanfaat bagi para orang-tua. Bukan sekedar untuk memprediksi kapan perilaku rewel akan terjadi dan merasa lega karenanya, namun juga agar dapat memberikan bantuan yang tepat bagi bayi/anak untuk melewati masa rewel tersebut. Dan terutama adalah agar dapat memberikan ‘pendidikan’ yang tepat sesuai tahapan perkembangan mental tersebut. Misalnya, pada saat anak memasuki tahapan perkembangan mental ‘Principles’, maka kita dapat mengajarkan prinsip-prinsip sederhana yang bermanfaat bagi anak. Seperti nilai-nilai sosial yang baik, misalnya meminta tolong dengan sopan agar keinginannya dipenuhi, bukan dengan berteriak ataupun marah-marah.
Benar-benar sebuah teori yang menarik, aplikatif dan bermanfaat bukan? Selanjutnya, untuk lebih memahami masing-masing 10 tahapan, buku ‘The Wonder Weeks’ merupakan rujukan yang tepat. Meskipun sayangnya, buku ini belum ada versi terjemahan dalam Bahasa Indonesianya.
![]() |
Buku ‘The Wonder Weeks’ versi Bahasa Inggris
Oleh Hetty van de Rijt, Ph.D. dan Frans Plooij, Ph.D
Terbitan 2013
|
Atau, jika tidak suka membaca buku dengan berlembar-lembar halamanya, bisa juga membeli aplikasinya yang lebih sederhana, ringkas dan mudah diakses melalui Google Play (Android), App Store (iPhone) atau Microsoft Store (Windows Phone).
![]() |
Screen capture aplikasi ‘The Wonder Weeks’ versi Android |
Bagaimana? Penasaran akan kebenaran hasil penelitian ini atau ingin membuktikannya pada buah hati Anda? Silakan dipelajari lebih lanjut melalui buku atau aplikasinya, karena tulisan ini kurang detail dan (mungkin) hanya memberikan sedikit informasi mengenai penelitian van de Rijt dan Plooij ini. Saya sendiri yang baru mengenal ‘teori’ ini setelah melahirkan anak kedua merasa bahwa ‘The Wonder Weeks’ jelas bukan sekedar omong kosong, karena banyak terbukti pada si kecil Mahesha. Misalnya saja saat menginjak bulan keempat kehidupannya, ada perilaku unik yang nampaknya umum dilakukan bayi seusianya, yaitu seringkali memandangi tangannya sendiri (baca: Mahesha 3rd Months: Memahami Pola Sederhana). Dimana hal ini merupakan pertanda dia mulai memahami dunia secara lebih detail, termasuk menyadari keberadaan tangannya sendiri. Menarik bukan? Selanjutnya, silakan buktikan sendiri kebenaran ‘teori’ ini.
With Love,
Nian Astiningrum
-end-