SOCIAL MEDIA

search

Friday, November 10, 2017

Menjaga Langit Biru, Pelindung Bumi Kita…

Pertama kali mendengar frasa 'Langit Biru', yang terlintas di kepala saya adalah lukisan anak sulung saya Ganesh di dinding kamarnya (atau mungkin lebih tepat disebut corat-coret). Gambarnya sederhana saja, dia iseng menambahkan asap di belakang stiker pesawat yang menghiasi dinding kamarnya. Hmm, lucu ya…

Kalau dulu sih, kejadian seperti ini lumayan bikin kesal karena bagi saya orang dewasa, ya ini membuat dinding terlihat kotor… Tapi sekarang, karena sudah terbiasa, jadinya malah lucu. Bukan lucu gambarnya atau kelakuan anak saya, tapi 'lucu' saat memikirkan, kenapa anak jaman sekarang masih selalu gambar mobil, motor atau pesawat lengkap dengan asapnya? Bukannya sekarang di jalanan sudah jarang ditemui mobil atau motor yang mengeluarkan asap pekat? Beda dengan jaman masa kecil kita, dimana motor dan mobil yang asapnya ngebul pekat itu adalah sesuatu yang biasa.


Masih terekam jelas dalam ingatan saya, dulu bapak saya sering menjelaskan, kalau motor yang asapnya ngebul pekat itu pakai mesin 2 tak, sedang yang asapnya tidak terlihat itu pakai mesin 4 tak… Ya, waktu itu, tahun 90-an, seingat saya mesin motor 4 tak mulai populer di Indonesia. Kami memiliki motor 4 tak pertama kami tahun 1995. Waktu itu, mesin motor 4 tak masih tergolong teknologi yang baru diadopsi oleh perusahaan-perusahaan motor yang menjual produknya ke Indonesia.

Dibandingkan dengan mesin 2 tak, mesin motor 4 tak ini memang lebih ramah lingkungan, emisinya lebih rendah alias asapnya tidak sebanyak motor 2 tak. Asap buangan motor dengan mesin 4 tak jernih, sehingga tidak kasat mata. Dan ditinjau dari konsumsi bahan bakar, mesin 4 tak pun lebih irit, karena tidak perlu menggunakan oli samping seperti mesin 2 tak (1).

Dan kembali ke corat-coret Ganesh di dinding kamarnya, saya kemudian tercenung juga berpikir, "Kenapa ya, anak-anak yang lahir di tahun 2010 an, dimana motor, mobil, dan pesawat dengan asap pekat sudah jarang ditemukan, kenapa ya mereka masih mengidentikkan motor, mobil, atau pesawat dengan asap?" Oh, mungkin kalau pesawat karena pesawat-pesawat akrobatik yang seringkali muncul di layar televisi atau video itu biasanya memang asapnya pekat sebagai bagian dari performance-nya.

Nah, lalu kalau motor atau mobil kenapa ya? Hmm, jika diingat lagi, memang sih kadang kita masih menemukan mobil atau motor yang mungkin karena mesinnya bermasalah atau karena faktor usia mengeluarkan asap pekat di jalanan. Apakah kejadian-kejadian seperti ini begitu berkesan bagi anak-anak seusia Ganesh, sehingga masih menganggap bahwa asap akan menyempurnakan gambar motor atau mobilnya? Atau, jangan-jangan malahan kita-kita para orang dewasa yang tanpa sadar mendoktrinasi anak-anak dengan mengajarkan mereka bahwa menggambar motor atau mobil itu ya lengkap dengan asapnya. Hmm, kira-kira yang mana ya…

Gambar ssap yang ditambahkan Ganesh di belakang stiker pesawat

Lalu dari lamunan itu, kemudian pikiran saya kembali terbang… Membayangkan langit-langit yang saya lihat di desa kelahiran saya yang cukup jauh dari perkotaan, di kota kecil yang kini saya tinggali, dan juga langit Jakarta yang beberapa kali saya singgahi. Dan entah kenapa, memori saya kembali pada suatu saat yang saya lupa kapan tepatnya. Waktu itu saya sempat tinggal di Jakarta dalam kurun waktu kurang lebih sebulanan untuk keperluan melamar pekerjaan. Waktu itu, saya tinggal di lantai dua rumah saudara, dimana saya bisa mendongak ke langit luas dan melihat, "Ini langit kenapa keruh begini ya? Sampai-sampai ga keliatan bintangnya… Oh ya, ini Jakarta, banyak pabrik dan juga mega banyak berbagai macam kendaraan bermotor… Wajarrr…"

Dan pada tahap itulah kemudian saya menyadari betapa masifnya dampak yang bisa ditimbulkan emisi gas buang yang tidak terkendali. Bayangkan saja, asap-asap yang berasal dari bumi itu bisa membumbung tinggi hingga belasan kilometer dari sumbernya dan menumpuk, membuat langit terlihat keruh!

Padahal Langit adalah Pelindung Kita di Bumi… Langit… atau atmosfer padahal adalah pelindung bumi dari potensi destruktif yang mungkin timbul dari luar angkasa. Salah satunya adalah matahari. Matahari, secara alami memang dibutuhkan organisme dan ekosistem yang ada di bumi; namun sadarkah kita bahwa langit dan atmosfer yang bersih (tidak terpolusi) lah yang akan memastikan sinar matahari ini bermanfaat bagi makhluk hidup di bumi dan bukan sebaliknya?

Jadi begini, seperti yang kita ketahui bahwa matahari selalu memancarkan sinarnya (energinya) ke bumi ya… Nah, energi yang dipancarkan ke bumi ini kemudian diradiasikan oleh atmosfer kita ke segala arah, termasuk ke permukaan bumi, sehingga bumi kita menjadi lebih hangat bila dibandingkan tanpa adanya atmosfer. Kemudian panas yang ditimbulkan permukaan bumi (daratan, lautan, dan sebagainya) membumbung kembali ke langit, sebagian ditangkap kembali oleh atmosfer dan diradiasikan ke segala arah; ke luar angkasa maupun kembali ke bumi. Hal inilah yang disebut dengan karakteristik dari Greenhouse Effect (Efek Rumah Kaca); yaitu kemampuan atmosfer untuk menangkap dan mendaur ulang energi yang dipancarkan oleh permukaan  (2).
Langit atau atmosfer menjaga planet kita supaya tidak membeku sebagaimana planet-planet lain yang tidak memiliki atmosfer melalui mekanisme 'Efek Rumah Kaca Alami'.
Namun, pada saat komponen gas tertentu dalam atmosfer meningkat, maka efek yang dihasilkan dari mekanisme ini tidak lagi pada takaran alaminya. Karena peningkatan gas tertentu dalam atmosfer, kemampuan atmosfer untuk melepaskan panas dari bumi kembali ke luar angkasa akan berkurang. Dan dengan semakin banyaknya panas yang terperangkap di bumi, itu berarti peningkatan temperatur bumi.

Global Warming… Peningkatan temperatur bumi inilah yang dikenal dengan Global Warming atau 'Pemanasan Global'…  Yaitu suatu proses meningkatnya suhu rata-rata atmosfer, laut, dan daratan bumi. Dimana efek yang ditimbulkannya di antaranya adalah naiknya permukaan air laut, meningkatnya intensitas fenomena cuaca yang ekstrim, serta perubahan jumlah dan pola presipitasi (produk dari kondensasi uap air di atmosfer (5)). Efek konkret lain yang juga ditimbulkan dari Pemanasan Global ini adalah terpengaruhnya hasil pertanian, hilangnya gletser (bongkahan es besar yang terbentuk di atas permukaan tanah akibat akumulasi endapan salju selama kurun waktu geologi (6)), dan punahnya berbagai jenis hewan (3).
Ilustrasi Efek Rumah Kaca
Gambar dari: BioNinja.com.au
Mari membayangkan paragraf di atas terjadi dalam kejadian yang ekstrim… dimana semua es di bumi mencair sehingga bumi terendam air. Atau berbagai cuaca ekstrim, seperti hujan lebat, hujan es, badai, badai pasir, angin puting beliung, dan sebagainya terjadi dalam intensitas yang tinggi. Gagal panen padi, sayuran, dan tanaman pangan lainnya. Bumi semakin panas hingga mengganggu kesehatan manusia, hewan, tumbuhan, dan organisme lainnya… dan sebagainya. Sangat mengerikan bukan? Padahal tentu saja ini belum semua yang mungkin terjadi lho… Dan walaupun saat ini beberapa skenario di atas baru sekedar imajinasi, belum benar-benar terjadi dalam intensitas yang ekstrim… Kita tahu bahwa semua itu bisa saja menjadi kenyataan, jika kondisi atmosfer kita semakin memburuk…

Kita harus menyadari bahwa dampak dari Pemanasan Global bukan lah sekedar udara bumi yang menjadi tidak nyaman karena semakin panas… Tapi bisa sampai pada titik ekstrim di mana bumi sebagai rumah kita dan berbagai makhluk hidup lainnya, tidak lagi bisa mendukung kehidupan penghuninya. Hingga kemudian satu per satu spesies punah dari bumi… termasuk manusia… Sekali lagi, ini mengerikan bukan?

Greenhouse Gas atau Gas Rumah Kaca… Nah, kembali berbicara mengenai langit atau atmosfer sebagai pelindung bumi, Efek Rumah Kaca, dan juga komponen-komponen gas yang menyebabkan atmosfer tidak mampu melepaskan panas ke angkasa bebas sebagaimana mestinya… mari berkenalan dengan istilah Greenhouse Gas atau Gas Rumah Kaca untuk menyebut gas-gas yang dapat yang menimbulkan Efek Rumah Kaca. Gas yang pada saat jumlahnya meningkat akan memicu terjadinya Pemanasan Global. Dan Gas Rumah Kaca yang ada dalam atmosfer bumi di antaranya adalah: uap air (H2O), Karbon Dioksida (CO2), Metana (CH4), Nitrogen Oksida (N2O), Ozone (O3), Klorofluorokarbon (CFCs), dan Hidrofluorokarbon (termasuk HCFCs dan HFCs) (9).
Aktivitas yang Menghasilkan Gas Rumah Kaca… Gas Rumah Kaca secara alami ada dan terbentuk dalam lingkungan atmosfer, namun dapat juga mucul karena aktivitas makhluk hidup di bumi (khususnya manusia). Misalnya kegiatan fotosintesis oleh tumbuhan hijau yang memecah Karbon Dioksida dan melepas Oksigen. Atau kegiatan bernafas oleh makhluk hidup yaitu menghirup Oksigen dan melepas Karbon Dioksida.

Selain kegiatan alami tersebut, beberapa aktivitas manusia di era modern saat ini, juga merupakan faktor penting penyumbang peningkatan konsentrasi Gas Rumah Kaca pada atmosfer bumi. Kegiatan ini adalah: pembakaran bahan bakar fosil, perambahan hutan, dan proses industrialisasi (10).

Bahan bakar fosil seperti batu-bara, minyak bumi, dan gas alam saat ini masih merupakan bahan bakar utama yang digunakan manusia. Dalam kehidupan sehari-hari, pasti kita tidak lepas dari bensin (gasoline) dengan segala variannya (Pertalite, Pertamax, Pertamax Turbo, dan kawan-kawannya), solar, batu-bara, dan sebagainya. Yang paling dekat saja dengan kehidupan kita, tiap hari tentu kita bepergian dengan kendaraan yang menggunakan bahan bakar gasoline atau solar bukan? Dan pernahkah kita membayangkan, kira-kira ada berapa kendaraan yang berlalu-lalang di dunia setiap harinya, serta berapa jumlah gasoline atau solar yang dibakar dalam mesin-mesin kendaraan itu tiap harinya. Wow! Speechless bukan?

Itu hanya perkara kendaraan yang tiap hari mengantar dan menjemput kita menuju tempat beraktivitas. Selanjutnya, tambahkan juga konsumsi batu-bara untuk membangkitkan tenaga listrik di berbagai Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) misalnya. Juga solar yang dibakar jutaan mesin industri yang ada di dunia. Kira-kira berapa banyak Karbon Dioksida dan Nitrogen Oksida yang notabene adalah Gas Rumah Kaca, dihasilkan dari kegiatan-kegiatan itu? Sepakat ya… kalau jawabannya adalah super banyak!

Selanjutnya, kegiatan perambahan hutan untuk dijadikan lahan pertanian, pemukiman, atau untuk diambil sumber daya alamnya (misalnya kayunya) yang juga memiliki andil pada tidak terkendalinya gas Karbon Dioksida di bumi.

Masih ingat pelajaran mengenai fotosintesis di bangku sekolah dulu? Yaitu proses biokimia perubahan air (H2O) dan Karbon Dioksida (CO2) menjadi Karbohidrat (C6H12O6) dan Oksigen (O2) dengan bantuan sinar matahari dan kloroplas.
6H2O + 6CO2 + (cahaya, kloroplas) → C6H12O6 + 6O2
Yup, tumbuhan hijau mampu mengubah Karbon Dioksida (CO2) yang notabene adalah salah satu komponen Gas Rumah Kaca menjadi Oksigen (O2). Ini berarti tumbuhan hijau mampu mengurangi volume Gas Rumah Kaca yang ada di bumi. Dan jika kemudian, tumbuhan hijau ini berkurang, apalagi dalam jumlah yang sangat banyak, maka jumlah Karbon Dioksida (CO2) yang bisa diubah menjadi Oksigen (O2) pun akan berkurang sangat banyak. Karbon Dioksida (CO2) dalam atmosfer akan semakin banyak, dan Efek Rumah Kaca pun terjadi dalam intensitas yang lebih tinggi.

Untuk Menjaga Langit dan Atmosfer Kita… Baik, sampai di sini, sangat jelas bukan bahwa ada paling tidak dua hal penting yang bisa kita lakukan untuk menjaga atmosfer kita adalah dengan menggunakan bahan bakar yang lebih ramah lingkungan (rendah Gas Rumah Kaca) dan melakukan pelestarian hutan secara intensif.

Saat ini, usaha untuk menemukan sumber daya baru selain bahan bakar fosil memang sudah gencar dilakukan, namun kenyataan bahwa bahan bakar fosil masih merupakan sumber energi yang utama digunakan, tidak bisa dielakkan. Saat ini, persentase penggunaan energi selain bahan bakar fosil di dunia baru mencapai kurang lebih 15%. Terpaut jauh dari penggunaan bahan bakar fosil yang mencapai 85% (12).

Konsumsi Energi Primer Dunia Berdasarkan Sumbernya
Sumber dari: Forbes.com

Menggunakan Bahan Bakar Fosil dengan Lebih Bijak… Penggunaan bahan bakar fosil memang adalah salah satu penyumbang Gas Rumah Kaca yang utama. Dan, mengingat bahan bakar ini masih merupakan bahan bakar utama digunakan, maka kita pun harus berusaha menggunakannya sebijak. Sebijak mungkin, dalam artian menghasilkan seminimal mungkin Gas Rumah Kaca dan zat buangan berbahaya lainnya.

Caranya diantaranya adalah sebagai berikut:
  • Menggunakan mesin yang ramah lingkungan, atau sederhananya mesin yang hemat Bahan Bakar Minyak (BBM), sehingga emisi yang dihasilkan juga minimal. Saat ini, berbagai produsen mobil tengah mengembangkan mobil ramah lingkungan dengan mengadopsi teknologi yang menekan pemakaian bahan bakar, serta ditunjang daya listrik, sehingga gas buang yang keluar hampir tidak ada (13). 
  • Merawat mesin mobil atau motor kita agar kinerjanya optimal. Ya, ada kalanya bukan mesin kendaraan kita tidak dalam kondisi yang prima, sehingga konsumsi BBM-nya menjadi boros ataupun mengeluarkan asap yang berlebihan. Dimana hal ini berarti adalah pembuangan gas Karbon Dioksida dan Nitrogen Oksida (komponen Gas Rumah Kaca) yang lebih banyak ke udara.
  • Menggunakan bahan bakar yang ramah lingkungan. Saat kita mengisi bahan bakar minyak di SPBU, pasti kita akan menemui beberapa jenis gasoline; mulai dari Premium, Pertalite, Pertamax, Pertamax Plus, dan juga varian terbaru, yaitu Pertamax Turbo. Dimana masing-masing melepaskan gas buang dalam intensitas yang berbeda (14).
Bahan Bakar Fosil yang Lebih Ramah Lingkungan… Berbicara lebih lanjut mengenai bahan bakar fosil (khususnya gasoline) yang ramah lingkungan, saat ini kita bisa menggunakan nilai RON sebagai acuan.
RON adalah kependekan dari Research Octane Number atau disebut juga Nilai Oktan. Nilai RON menunjukkan seberapa besar tekanan yang bisa ditahan oleh bahan bakar minyak sebelum terbakar secara spontan, dimana semakin tinggi nilai RON, maka akan berdampak semakin baik pada kinerja mesin. Karena BBM akan terbakar lebih lambat dan meninggalkan minimal residu pada mesin yang dapat mengganggu kinerjanya, sehingga sisa pembakaran dapat diminimalisir (14).
Akan tetapi, bahan bakar dengan nilai RON tinggi pun tidak selalu memberikan manfaat optimal bagi semua mesin kendaraan. Kita harus memperhatikan rasio kompresi mesin untuk menentukan nilai RON yang sesuai, sebagai berikut:

Nilai RON dan Rasio Kompresi Mesin yang sesuai
Data dari: PerspektifOfficial.com

Nah, untuk itu memilih mesin yang kompatibel dengan bahan bakar yang ramah lingkungan juga merupakan salah satu cara untuk menjaga langit kita dari Gas Rumah Kaca yang berlebihan. Dan kabar baiknya adalah desain mesin motor dan mobil generasi terkini membutuhkan bahan bakar dengan nilai RON tinggi (di atas 90). Bahkan untuk mesin motor tertentu dan mobil keluaran di atas tahun 2000 dengan teknologi mesin seperti VVT-i, VTI, EFI, dan Double Vanos malahan minimal harus menggunakan bahan bakar dengan nilai RON 92 (15).

Oh ya, penasaran jenis bensin yang cocok dengan mesin motor atau mobil kita? Silakan cek buku manual kendaraannya masing-masing ya…

Dan berikut adalah daftar varian gasoline yang beredar di Indonesia produksi PT. Pertamina beserta nilai RON-nya:

Varian Besin dan Nilai RON-nya
Sumber: PerspektifOfficial.com. dan Otonet.id

Dari kelima jenis gasoline ini, semakin tinggi nilai RON, berarti semakin minimal juga gas NOX (NO atau NO2) dan COX (CO atau CO2 atau CO3) yang dihasilkan (14). Dengan kata lain Premium adalah varian gasoline dengan gas buangan tertinggi dibandingkan varian lainnya, dan Pertamax Turbo adalah yang paling sedikit melepaskan gas buangan (paling ramah lingkungan).

Meningkatkan Persentase Penggunaan Bahan Bakar Ramah Lingkungan… Yes, dengan demikian sangat jelas, bahwa salah satu cara untuk mengurangi pencemaran terhadap udara dan atmosfer kita… Untuk mengendalikan pertambahan Gas Rumah Kaca dan mengendalikan terjadinya Efek Rumah Kaca yang membahayakan kelangsungan hidup makhluk hidup di bumi… Maka kita harus menekan pemakaian BBM dengan nilai RON kecil (Premium) dan beralih menggunakan BBM dengan nilai RON tinggi (Pertalite, Pertamax, dan sebagainya).

Dan salah satu hal yang berdampak positif terhadap pola konsumsi BBM masyarakat Indonesia adalah kebijakan harga BBM yang diterapkan pemerintah saat ini. Dulu, masih lekat dalam ingatan saya bagaimana kami hanya membeli Premix (RON 90) sebulan sekali karena harganya yang terlalu mahal (kurang lebih Rp. 5.000,- per liter). Jauh berbeda dengan Premium yang dijual dengan harga Rp. 1.810,- per liter (17). Berbeda dengan saat ini, di mana harga Premium adalah Rp. 6.450,- per liter dan harga harga Pertamax (RON 92) berada di kisaran Rp. 8.000,- per liter (berubah sesuai fluktuasi harga nilai minyak bumi dunia). Apalagi dengan kebijakan diversifikasi BBM, yaitu dipasarkannya BBM Pertalite dengan RON 90 yang dijual pada kisaran harga Rp. 7.000,-; praktis masyarakat kemudian lebih memilih Pertalite atau Pertamax daripada Premium.

Hal ini ditandai dengan menurunnya persentase pemakaian Premium dari tahun ke tahun. Pada tahun 2014, pemakaian premium masih pada angka 85%; menurun drastis hingga pada Bulan Maret 2017 hanya 44% saja, sementara penggunaan Pertamax 18% dan Pertalite 38% dari total konsumsi gasoline.
Sangat logis bukan, jika dengan selisih yang relatif sedikit itu, masyarakat bisa mendapatkan energi yang lebih powerful dan kilometer yang lebih jauh dari Pertalite atau Pertamax, mengapa harus menggunakan Premium?
Dan dengan berubahnya pola konsumsi masyarakat akan gasoline ini pun menandai tantangan baru bagi perusahaan penyedia BBM di Indonesia, yaitu PT. Pertamina. Dalam hal ini, PT Pertamina harus berusaha meningkatkan produksi bahan bakar dengan nilai RON yang tinggi.

Proyek Langit Biru Cilacap… Proyek Langit Biru Cilacap (PLBC) atau Cilacap Blue Sky Project adalah salah satu jawaban PT Pertamina akan tantangan peningkatan permintaan bahan bakar ramah lingkungan yang semakin meningkat. Proyek Langit Biru Cilacap ini diarahkan untuk meningkatkan kemampuan Refinery Unit (RU) IV Cilacap untuk memproduksi gasoline dengan spesifikasi Euro4 atau Pertamax dengan cara memodifikasi peralatan seperti Platformer I dan II serta area kilang Paraxylene Cilacap (19). Menurut Direktur Utama PT Pertamina, Dwi Soetjipto; proyek senilai US$392 juta tersebut akan memproduksi gasoline 100% dengan kadar RON 92 sebanyak 91.000 barel per hari (bph) (20).

Dengan kapasitas produksi sebesar itu, maka kebutuhan import Indonesia akan gasoline dengan nilai RON 92 (Pertamax) akan berkurang dan semakin mendukung perubahan positif konsumsi masyarakat akan gasoline, dari Premium ke Pertamax. Dimana ini sama dengan menjaga atmosfer kita dari Gas Rumah Kaca yang berlebihan, sehingga dia (atmosfer) dapat menjaga kita dari Efek Rumah Kaca yang berlebihan.
Sangat masuk akal jika kemudian proyek ini diberi nama Proyek Langit Biru; dalam artian bahwa proyek ini memiliki misi mengurangi pencemaran langit (atmosfer) kita dari gas buang kendaraan bermotor, langit biru yang menandakan bersihnya dari pencemaran udara dengan cara meningkatkan kualitas gasoline dari kualitas Premium (RON 88) menjadi Pertamax (RON 92).
Dan sesuai dengan misinya menjaga lingkungan, bukan hanya tujuan akhir dari proyek ini yang ramah lingkungan, tapi juga proses pembangunannya. Proses pelaksaan Proyek Langit Biru Cilacap ini sangat memperhatikan kelestarian lingkungan di sekitarnya. Hal ini ditandai salah satunya dengan usaha pendataan jumlah pohon yang ditebang untuk pembangungan proyek, untuk nanti dilakukan penanaman kembali sesuai jumlah pohon yang ditebang (21). Sehingga hal ini menunjukkan totalitas PT Pertamina dalam upayanya mewujudkan langit biru, mengingat pohon (tanaman hijau) dapat mengubah gas Karbon Dioksida (CO2) yang dapat jika berlebihan akan mencemari atmosfer bumi, menjadi Oksigen (O2) yang bermanfaat bagi makhluk hidup lainnya.

Peran PT Pertamina dan Pemerintah… Mewujudkan 'Langit Biru' yang bersih, bebas dari polusi gas yang tidak ramah lingkungan adalah sebuah mimpi yang membutuhkan keyakinan dan kerja keras dari berbagai pihak. Dan dalam hal ini, PT Pertamina tengah berusaha melakukan porsi perannya dengan berbagai upaya, salah satunya dengan meningkatkan produksi gasoline jenis Pertamax (RON 92) yang lebih ramah lingkungan dengan proses produksi yang seramah mungkin terhadap lingkungan. Juga melalui berbagai kegiatan Corporate Social Responsibility yang seringkali mengangkat tema pelestarian lingkungan.

Ya, PT Pertamina sebagai perusahaan negara yang bergerak di bidang energi (minyak, gas, dan energi terbarukan) adalah salah satu tulang punggung dalam usaha pelestarian bumi dengan cara menyediakan bahan bakar yang ramah lingkungan, sehingga mencegah terjadinya pencemaran gas buang yang tidak terkendali dari bahan bakar. 
Karena itulah, dalam hal ini PT Pertamina harus senantiasa menjaga komitmen, kerja keras dan semangat berinovasi untuk mewujudkan langit biru… langit dengan udara yang terjaga dan lebih sehat.
Selanjutnya, pemerintah pun memiliki peran yang sangat penting dalam hal upaya menjaga atmofer dan bumi kita, tentu saja dengan menetapkan regulasi yang pro pelestarian lingkungan sesuai wewenangnya. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, salah satu kebijakan pemerintah yang berimbas sangat baik pada pola konsumsi gasoline masyarakat adalah perubahan skema penentuan BBM yang disinyalir mendorong masyarakat untuk beralih ke bahan bakar non subsidi seperti Pertalite dan Pertamax yang lebih ramah lingkungan.

Dan kedepannya diharapkan pemerintah mampu memberikan regulasi untuk meningkatkan usaha pelestarian lingkungan hidup, utamanya terkait polusi udara, misalnya dengan:
  • Mengatur kembali kendaraan yang boleh beroperasi setelah lulus uji emisi pada kadar tertentu.
  • Meningkatkan kualitas sarana transportasi umum, sehingga meningkatkan preferensi masyarakat untuk melakukan mobilisasi dengan angkutan umum.
  • Regulasi kepemilikan kendaraan bermotor untuk mengendalikan jumlah kendaraan bermotor yang beroperasi di Indonesia.
  • Mempertegas peraturan mengenai perambahan hutan dan kegiatan-kegiatan serupa yang mengurangi pepohonan hijau.
  • Mendorong perusahaan-perusahaan untuk melaksanakan proses produksi yang ramah lingkungan.
  • Regulasi yang tegas mengenai penggunaan bahan bakar yang ramah lingkungan, dan sebagainya.
Dalam hal ini, peran pemerintah adalah sebagai regulator atau penentu aturan main dalam berbagai praktik yang berpotensi mengganggu kelestarian lingkungan. Atau, khususnya berkaitan dengan menjaga tidak terkendalinya polusi udara yang mencemari lingkungan kita.

Generasi Langit Biru (#GenLangitBiru)… Dan yang tidak kalah penting berperan dalam usaha pelestarian atmosfer bumi ini, tentu saja adalah KITA! Ya, kita sebagai manusia, satu-satunya makhluk hidup dengan budi pekerti dan kecerdasan, adalah organisme yang memiliki tanggung-jawab untuk menjaga bumi ini. Kesadaran, optimisme, dan tindakan nyata kita adalah ujung tombak semua usaha pelestarian lingkungan.

Setelah semua usaha di atas (penyediaan bahan bakar ramah lingkungan, teknologi mesin yang hemat bahan bakar, dan juga regulasi yang memadai dari pemerintah), tanpa adanya dukungan melalui tindakan nyata dari masyarakat, maka hasilnya tidak akan optimal. Misalnya mengenai penggunaan sarana transportasi umum; sebaik apa pun pemerintah menyediakan sarana dan prasarananya, jika masyarakat tidak mau memanfaatkannya, maka pengurangan polusi udara yang dihasilkan dari kendaraan pribadi pun tidak akan signifikan.

Akan tetapi, tanggung-jawab yang besar di pundak kita itu pun adalah pertanda besarnya peran kita dalam usaha pelestarian lingkungan. Sehingga, seberat apa pun tantangan yang dihadapi, dengan kapasitas dan kekuatan yang kita miliki, kemungkinan keberhasilan itu tetap besar. Untuk itulah, kita harus senantiasa optimis berusaha dengan segala peran dan kemampuan kita. Dimulai dari diri kita sendiri, lingkungan terdekat kita, dan kemudian lingkungan yang lebih luas.

Selain dengan secara pribadi melakukan kegiatan yang pro lingkungan, seperti dengan menggunakan bahan bakar ramah lingkungan, menggunakan alat transportasi umum, melakukan penanaman pohon, dan sebagainya.
Hal lain yang juga akan berimbas pada kelestarian lingkungan pada jangka waktu yang lebih panjang adalah dengan berusaha mengedukasi dan menanamkan pemahaman akan pentingnya upaya menjaga kelestarian lingkungan kepada orang di sekitar kita, terutama generasi muda (anak-anak).
Anak-anak adalah benih-benih masa depan yang nantinya akan tumbuh menjadi jiwa-jiwa yang peduli pada alam atau sebaliknya. Mereka adalah aset bumi untuk menjaga kelangsungan hidupnya. Karena itu, dengan menanamkan kepada mereka kecintaan pada bumi, mereka akan tumbuh menjadi manusia-manusia yang merawat bumi di masa depan nanti.

Jika kita seorang guru, kita bisa menanamkan pemahaman cinta bumi melalui kegiatan belajar mengajar setiap harinya. Bahkan melalui kegiatan sederhana seperti menggambar, yang bisa kita tentukan temanya dan selanjutnya ditambahkan cerita mengenai alam. Bisa juga dengan kegiatan observasi tanaman hijau, menjelaskan tentang proses fotosintesis, dan kemudian menyisipkan pemahaman akan peran penting tumbuhan hijau dalam proses daur Karbon Dioksida (CO2) yang dalam kadar yang berlebihan akan berbahaya bagi bumi, menjadi Oksigen (O2) yang bermanfaat untuk makhluk hidup lainnya.

Jika kita seorang orang-tua, kita memiliki peluang menanamkan pemahaman cinta bumi melalui kegiatan sehari-hari. Melalui media dongeng sebelum tidur. Dengan menceritakan apa itu bumi, bagaimana makhluk hidup bertahan di sana, bagaimana langit melindungi bumi, tindakan apa saja yang berpotensi merusak bumi, dan sebagainya.

Melalui percakapan sehari-hari, misalnya saat berjalan-jalan dan melihat mobil yang mengeluarkan asap pekat kemudian kita berkata: "Adek, tahu ga? Mungkin mesin mobil di depan itu lagi rusak atau pakai bensin bukan Pertamax, jadinya asapnya pekat gitu deh… Dan itu bikin langit kita kebanyakan Karbon Dioksida lho… Padahal kalau langit kita kebanyakan Karbon Dioksida, nanti panas yang ada di bumi ga bisa keluar angkasa, banyak makhluk hidup yang sakit deh… Makanya kita harus jaga mesin mobil kita baik-baik ya… Juga pakai bensin seperti Pertamax yang ngeluarin Karbon Dioksidanya sedikit…" dan sebainya.

Atau, jika pun kita hanya om/tante rumah sebelah dan ada anak-anak sedang main ke rumah kita, kita bisa sedikit memberikan pengetahuan tentang bahan-bakar ramah lingkungan misalnya melalui obrolan: "Wuih, langitnya bersih banget ya… Kamu tahu ga kalau langit itu bisa tercemar oleh asap kendaraan bermotor? Nah, karena itu, kita pakai bensinnya yang ga mencemari langit dong… pakai Pertamax…" Atau ajakan sederhana untuk berangkat ke sekolah bersama-sama anak kita yang kebetulan satu sekolah untuk menhemat pembakaran bensin yang otomatis berimbas pada berkurangnya polusi udara.
Siapa pun kita dan apapun profesi kita, selalu ada kesempatan dimana kita bisa memilih untuk sedikit membantu bumi kita mendapatkan pendukung atas kelestariannya.
 Kadang imbas yang ditimbulkan terasa kecil dan tidak berarti. Namun percayalah, bahwa sekecil apa pun usaha kita, untuk sangat berarti untuk bumi kita… Jadi, tetap percaya dan berusaha… itulah Generasi Langit Biru yang akan menciptakan Generasi Langit Biru lainnya di masa depan… Kita harus selalu optimis dan berusaha… Karena bumi kita bergantung pada semua itu untuk tetap bertahan, sebagaimana kita juga bergantung pada bumi untuk dapat bertahan hidup.

Dan kembali pada gambar corat-coret Ganesh, gambar asap di belakang pesawatnya… Saya percaya; dengan keyakinan, persistensi, dan usaha kita; suatu hari akan ada sebuah generasi yang memiliki standar lebih tinggi mengenai lingkungan hidup. Sebuah generasi yang memandang kinerja mesin yang baik dan bahan bakar yang ramah lingkungan adalah sebuah kualitas standar yang harus dicapai. Generasi-generasi yang tidak lagi menggambar asap di belakang knalpot motor, mobil, atau pesawatnya, karena merasa bahwa hal itu adalah sesuatu yang lazim terjadi. Generasi-generasi yang menjaga atmosfer bumi untuk kelangsungan hidup makhluk di dalamnya…

Saya percaya, bahwa ada banyak generasi-generasi langit biru di bumi ini saat ini, yang akan menciptakan generasi-generasi langit biru lainnya di masa depan… Demi langit yang bersih, langit biru yang bisa melindungi kita penghuninya…

"So, ayok Ganesh, ikut Mama beli Pertamax supaya asap knalpot kita tidak mengotori langit… Kita sama-sama nonton film WALL-E yang sarat akan pesan cinta bumi… Dan juga Mama ceritain soal langit yang menjaga kita dari bahaya semesta… Semoga kamu menjadi seorang anak yang mencintai bumi… Amin."

With Love,
Nian Astiningrum
-end-

Referensi:
  1. Modifikasi.co.id. Kelebihan dan Kekurangan Motor 2 Tak dan 4 Tak yang Harus Kamu Ketahui. http://www.modifikasi.co.id/273/kelebihan-dan-kekurangan-motor-4-tak-dan-2-tak-yang-harus-kamu-ketahui/. Diakses tanggal 2 November 2017.
  2. en.wikipedia.org. Greenhouse Effect. https://en.wikipedia.org/wiki/Greenhouse_effect. Diakses tanggal 4 November 2017.
  3. id.wikipedia.org. Pemanasan Global. https://id.wikipedia.org/wiki/Pemanasan_global. Diakses tanggal 5 November 2017.
  4. en.wikipedia.org. Global Warming. https://en.wikipedia.org/wiki/Global_warming. Diakses tanggal 5 November 2017.
  5. id.wikipedia.org. Presipitasi (Meteorologi). https://id.wikipedia.org/wiki/Presipitasi_(meteorologi). Diakses tanggal 5 November 2017.
  6. id.wikipedia.org. Gletser. https://id.wikipedia.org/wiki/Gletser. Diakses tanggal 5 November 2017.
  7. BPBD Provinsi DKI Jakarta. Pengertian Cuaca Ekstrim. http://bpbd.jakarta.go.id/article/detail/81. Diakses tanggal 5 November 2017.
  8. nationalgeographic.com. Sahara Desert Greening Due to Climate Change? https://news.nationalgeographic.com/news/2009/07/090731-green-sahara_2.html. Diakses tanggal 5 November 2017.
  9. en.wikipedia.org. Greenhouse Gas. https://en.wikipedia.org/wiki/Greenhouse_gas. Diakses tanggal 5 November 2017.
  10. id.wikipedia.org. Gas Rumah Kaca. https://id.wikipedia.org/wiki/Gas_rumah_kaca. Diakses tanggal 5 November 2017.
  11. Pertamina.com. Daftar Harga BBK Tmt 01 Agustus 2017. http://www.pertamina.com/news-room/info-pertamina/pengumuman/daftar-harga-bbk-tmt-01-agustus-2017/. Diakses tanggal 6 November 2017.
  12. Forbes.com. Renewable Gains Offset Coal's Decline In 2016. https://www.forbes.com/sites/rrapier/2017/06/28/renewable-gains-offset-coals-decline-in-2016/#59869953124f. Diakses tanggal 7 November 2017.
  13. Otoboy.com. 5 Mobil Ramah Lingkungan 2017. http://otoboy.com/mobil-ramah-lingkungan/. Diakses tanggal 7 November 2017.
  14. PerspektifOfficial.com. Perbedaan 5 Tipe BBM di Indonesia. https://perspektifofficial.com/2016/08/08/perbedaan-5-tipe-bbm-di-indonesia/. Diakses tanggal 7 November 2017.
  15. Otosia.com. Bahan Bakar Apa yang Cocok dengan Kendaraan Anda? https://www.otosia.com/berita/bahan-bakar-apa-yang-cocok-dengan-kendaraan-anda.html. Diakses tanggal 8 November 2017.
  16. Otonet.id. Kelebihan dan Kekurangan Pertamax Turbo untuk Motor dan Mobil. http://www.otonet.id/2016/09/kelebihan-dan-kekurangan-pertamax-turbo_28.html. Diakses tanggal 8 November 2017.
  17. Kompas.com. Inilah Harga BBM Premium dari Waktu ke Waktu. http://ekonomi.kompas.com/read/2013/06/17/14580333/Inilah..Harga.BBM.Premiun.Dari.Waktu.ke.Waktu. Diakses tanggal 8 November 2017.
  18. Pertamina.com. Daftar Harga BBK Tmt 05 Januari 2017. http://www.pertamina.com/news-room/info-pertamina/pengumuman/daftar-harga-bbk-tmt-05-januari-2017/. Diakses tanggal 8 November 2017.
  19. Pertamina.com. Workshop Familiarisasi Proyek Langit Biru Cilacap. http://www.pertamina.com/news-room/seputar-energi/workshop-familiarisasi-proyek-langit-biru-cilacap/. Diakses tanggal 9 November 2017.
  20. Liputan6.com. Pertamina Tingkatkan Produksi Pertamax Lewat Proyek Langit Biru. http://bisnis.liputan6.com/read/2375832/pertamina-tingkatkan-produksi-pertamax-lewat-proyek-langit-biru. Diakses tanggal 9 November 2017.
  21. Pertamina.com. Proyek Langit Biru Cilacap (PLBC) Siap Lakukan Piling Perdana. http://www.pertamina.com/news-room/seputar-energi/proyek-langit-biru-cilacap-(plbc)-siap-lakukan-piling-perdana/. Diakses tanggal 9 November 2017.
  22. BioNinja.com.au. Greenhouse Effect. http://ib.bioninja.com.au/standard-level/topic-4-ecology/44-climate-change/greenhouse-effect.html. Diakses tanggal 10 November 2017.

No comments :

Post a Comment

Hai! Terima-kasih sudah membaca..
Silakan tinggalkan komentar atau pertanyaan disini atau silakan DM IG @nianastiningrum for fastest response ya ;)