SOCIAL MEDIA

search

Monday, January 8, 2018

Pengalaman Operasi Gigi Miring (Impaksi) di Lampung

Hari itu, pada suatu pagi… entah kenapa, saya merasakan sensasi ngilu di gigi bagian belakang saya. Hanya ngilu sedikit saja, tidak benar-benar sakit seperti sakit gigi yang digambarkan orang… tapi saya langsung khawatir jika ada sesuatu yang terjadi pada gigi saya. Rasa ngilu siang itu, serta merta merontokkan kepercayaan diri saya… Mendadak saya ingat, bahwa meskipun rajin gosok gigi setiap pagi dan malam sebelum tidur, semua itu seringkali saya lakukan dengan buru-buru. Bahkan, bukannya semenjak menjadi ibu, tidak terhitung berapa kali saya ketiduran saat ngelonin anak dan lupa gosok gigi… *Tepok jidat* Bisa-bisanya saya begitu percaya diri selama ini, merasa bahwa gigi saya begitu bagusnya, hingga tidak pernah minimal memeriksa kondisi gigi sendiri…

Dan benar saja, saat saya melihat gigi saya terasa ngilu itu… saya menemukan sebuah lubang yang besar di gigi geraham bungsu saya!


Langsung, pagi itu saya cari info dokter yang praktek pagi, dan meminta ijin untuk periksa gigi sebentar ke rumah sakit dekat kantor. Dan eng-ing-eng, yang tadinya saya kira gigi saya akan ditambal atau gimana, ternyata langsung divonis kalau dia harus dicabut! Bukan karena berlubang, karena menurut dokternya lubang gigi itu timbul karena gigi bungsu saya nabrak gigi sebelahnya kalah!  So, daripada menimbulkan masalah yang lebih pelik, si gigi bungsu ini harus diangkat! Dan bukan itu saja, dokter bilang kalau posisi gigi saya miring atau impaksi, kemungkinan tidak bisa dicabut, tapi harus dibedah… Sehingga hari itu saya mendapat pe-er untuk pergi ke klinik lain untuk melakukan rontgen gigi…

Huhu, saya sudah pasrah saja… sadar diri dengan keteledoran saya selama ini… *Mendadak ingat, iklan layanan di TV sewaktu saya kecil, setiap 6 bulan sekali kan harusnya kita periksa ke dokter gigi. Andai saja, saya ga terlalu sombong, mungkin gigi bungsu saya masih bisa diselamatkan. Dan saya tidak harus menghadapi, sesuatu bernama bedah gigi, yang jujur cukup membuat keder…

Tapi, udah gitu, akhirnya ya saya ga juga buru-buru rontgen gigi dengan alasan sibuk… Sampai akhirnya, gigi terasa sedikit ngilu lagi dan akhirnya langsung ijin ke klinik tempat rontgen gigi yang untungnya tidak terlalu jauh dari kantor.

💡 Rontgen Gigi. Di Lampung, ternyata hanya ada beberapa klinik yang memiliki alat rontgen gigi, salah satunya di Klinik LA yang beralamat di Jl. Cut Nyak Dien No. 4, Palapa, Tanjung Karang Pusat, Kota Bandar Lampung 35119.

Sama seperti proses rontgen lainnya, saya diminta untuk melepas logam-logam yang melekat di tubuh. Setelahnya, saya masuk ke sebuah ruangan sempit yang isinya alat rontgen. Disitu saya sedikit ter-wow-wow, ternyata alat rontgen gigi itu gede! Padahal kan area yang difoto relatif kecil.

OK, back again… Setelah itu, saya diminta menggigit sesuatu (seperti bantalan kecil), disuruh meringis, dan kemudian operator mengoperasikan alat rontgen. Nah, alatnya ini kan besar tinggi gitu, posisi kita berdiri menghadap alat, dan kemudian saat dioperasikan, ada bagian yang akan memutari rahang kita mengambil foto. Kira-kira begitu… Setelah itu, proses selesai, saya diminta menunggu sebentar sementara operator mencetak foto rontgen, dan selesai!


Dari hasil rontgen, ternyata bukan cuma satu! Tapi dua! Gigi bungsu bawah kanan dan kiri! Tapi yang bermasalah so far adalah yang sebelah kanan bawah (yang bertanda panah) karena dia sudah berlubang, jadi itu saja yang saya rencanakan akan dieksekusi dulu. Tapi, yah, belum fixed juga, menunggu waktu konsultasi ke dokter gigi.

💡 Berkonsultasi dengan Dokter Spesialis Bedah Mulut. Karena gigi sudah positif impaksi dan tidak bisa dicabut begitu saja, saya pun berkonsultasi ke dokter spesialis bedah mulut (Sp.BM). Mendengar kata bedah, jujur saya langsung keder… karena itu, saya benar-benar serius mencari dokter bedah mulut yang memiliki reputasi baik. Memastikan bahwa kasus saya ditangani oleh orang yang tepat, serem euy kalau udah sakit-sakit, eh ternyata 'gimana-gimana' 😢

Dan setelah survey ke internet dengan kata kunci dokter bedah mulut di Lampung, serta informasi dari beberapa kenalan dan teman, akhirnya saya cukup mantap untuk berkonsultasi dengan Dr. Legowo Hamijaya, Sp.BM.

Pertimbangan saya, Dr. Legowo ini punya curriculum vitae yang sangat meyakinkan… Beliau alumni Universitas Gadjah Mada yang mengambil program spesialis bedah mulut dan mengikuti berbagai pendidikan pelatihan terkait bedah mulut di dalam dan luar negeri, dengan daftar kompetensi yang mumpuni (lebih lengkap bisa lihat disini). Selain itu, menurut mbak penjaga klinik tempat saya rontgen gigi (Klinik LA); beliau ini adalah dokter kepolisian, semacam polisi karir begitu, jadi katanya sih kalau ada pendaftaran polisi, beliau kebagian tugas di pemeriksaan gigi gitu. Terus lagi, menurut teman saya yang pernah operasi gigi bungsu juga sama dia, beliau ini orangnya enak diajak diskusi.

Dan ternyata, setelah ketemu langsung dengan dokternya, dengan pembawaannya yang santai dan enak diaajak diskusi, saya yakin untuk mengeksekusi si gigi bungsu miring dengan bantuannya.

💡 Kemudian Tertunda. Jujur, sebenarnya setelah kesimpulan bahwa gigi bungsu saya yang miring itu harus segera diangkat (baca: bedah ringan), saya belum siap. Ada rasa takut, huhu, takut sakit… Ngebayangin gusi kita dibelah, giginya dibor, lalu dipreteli sedikit demi sedikit itu ngiluuu, apalagi kitanya sadar saat dokter dan asistennya mengeksekusi gigi kita…

Terus juga, sebagaimana testimoni orang-orang di dunia nyata dan maya, kita harus siap dengan kondisi tidak nyaman yang mengganggu aktivitas; seperti susah makan, pipi bengkak, dan susah ngomong… Sehingga, rasanya kondisi saya dan rumah harus benar-benar fit; anak-anak ga sakit karena saya ga akan bisa gendong-gendong, suami stand by di rumah (tidak sedang dinas), dan lain-lain. Pokoknya banyakk, everything must be in the best condition, supaya pasca operasi saya beristirahat dengan tenang 'menikmati' rasa nyeri yang (mungkin) terjadi.

Itu membuat, rencana operasi gigi mundur terus… Sampai pada saat keadaan sudah aman, eh, malah ada 'godaan' lomba-lomba HLN (baca: lomba lomba karaoke dan vocal group). Huhu, bukan banci tampil yaa… cuma ingin meramaikan perhelatan setahun sekali ini, dan toh, teman-teman juga 'maksa' saya buat ikut memperkuat squad kantor saya ini. Yang luckily, kok ndilalah-nya sehari sebelum lomba karaoke, saya malah terserang batuk batuk dan radang tenggorokan. Terus, sakit itu bertahan cukup lama, sampai belum sembuh juga pas lomba vocal group… Bahkan sampai beberapa minggu setelahnya…

Saya benar-benar merasa seperti Lebai Malang… ingatkan cerita dari daerah Sumatera Selatan tentang seorang guru agama yang mendapat dua undangan di tempat yang berbeda; yang satu akan memberikan dua kepala kerbau, tapi dengan jamuan makanan yang tidak terlalu enak dan satu lagi hanya memberikan satu kepala kerbau, tapi dengan jamuan makanan yang enak. Dimana kemudian, dia justru tidak mendapatkan keduanya, salah satunya karena serakah ingin mendapatkan keuntungan yang besar… Sehingga berubah pikiran, setelah mengambil suatu keputusan dan setengah jalan menuju salah satu undangan.

Persis kan kaya saya… Awalnya sudah memutuskan kapan akan operasi gigi, kemudian berubah pikiran karena ada lomba-lomba vokal yang mana adalah hobi saya… Haha, ya sudah lah, kemudian saya hanya bisa menertawakan diri sendiri setelahnya… Lesson learned banget lah…

💡 Finally, Operasi Gigi! Alhamdulillahnya, flu dan radang saya sembuh juga… kondisi rumah juga aman terkendali, dan setelah tertunda selama kurang lebih dua bulan, akhirnya… jeng-jeng-jeng… operasi gigi pun terealisasi…

Deg-degan? Hmm, karena sudah sampai gemes nunggu bisa dieksekusi sambil berdoa ga keburu sakit gigi… intensitas deg-degan mungkin tinggal 30% saja tersisa waktu itu. Hayoklah, whatever, bring it on… "Aku siap! Aku siap!" kalau katanya SpongeBob…

So, sejak beberapa hari saya sudah booking suami saya untuk standby menemani saya operasi gigi, karena kabarnya setelahnya bisa jadi ga bisa nyetir karena pengaruh bius dan rasa nyeri. Dan sejak jam enam pagi saya sudah daftar antrian dokter Legawa di RS Imanuel Bandar Lampung via whatsapp. Make sure kalau proses menunggu dan sebagainya berjalan sesingkat mungkin! Dan yes! Saya pun sukses mendapatkan antrian pertama…

Sekitar jam 15.00 saya berangkat dari rumah dengan go-car menuju RS Imanuel yang jaraknya sekitar 12 km dari rumah. Sementara suami saya juga berangkat dari kantornya menuju kesana…

Tepat pukul 16.00 dokter datang, dan beberapa menit kemudian saya dipanggil… Sempat ditanya dokternya, kenapa baru datang lagi. Dan, yah, saya jawab jujur kalo ceritanya panjang… 😂  Dan setelah chit-chat singkat, kemudian dokter menjelaskan kalau proses operasinya insyaallah tidak akan makan waktu lama. "15 menit ngobrol, 5 menit pembiusan, 20 menit nunggu biusnya bereaksi, 15 menit operasinya…" begitu jelas beliau. OK, ga lama pikir saya… bismillah… dan dokter pun meminta saya duduk di kursi pasien, saya diminta mangap, kemudian dibius cetek-cetek untuk mengurangi nyeri pas disuntik biusnya. Nah, setelah dibius cetek-cetek itu kemudian saya disuntik bius yang rasanya… alhamdulillah, berasa aja kok, enggak sakit…

Setelahnya, saya diminta kumur dan menunggu di luar sembari menunggu bius bereaksi dan dokternya bisa melayani pasien lainnya… Win win

20 menit kemudian… pipi sebelah kanan rasanya tebal dan mati rasa, bahkan untuk berbicara pun kurang leluasa, alhasil saya pun berbicara nyaris tidak membuka mulut saat itu.

Setelah dipanggil kembali ke ruang praktek dokter, kemudian saya diminta duduk di kursi praktek dan berkumur… Yang mana ternyata berkumur pada saat gusi dibius itu agak susah juga… Kemudian, posisi kursi dibuat setengah berbaring dan wajah saya ditutup kain dengan lubang di bagian mulut. Dimana entah kenapa itu membuat saya merasa lebih nyaman, rasanya lebih safety saja karena tidak ada kemungkinan saya perlu melihat eksekusi yang dokter dan asistennya lakukan pada gigi saya…

"Bismillah…" kata dokter kemudian dan mulailah saya merasa gigi saya disemprot sesuatu seperti udara karena jelas bukan air. Lalu, gusi diiris… Mulai ada suara bor… Semprot lagi… Juga percakapan dokter dengan asistennya, "Pisau! Semprot lagi!" Lalu suara gemeretak gigi saya ditarik-tarik beberapa kali. Dokter bicara, "Wah, bengkok nih akarnya… bla-bla-bla…" Lalu, "Coba liat masih ada akar yang ketinggalan ga… bla-bla-bla…" Dan kemudian, "Dah selesai… Nih giginya…" setelah kursi sedikit ditegakkan dan kain penutup wajah saya dibuka, dokter menunjukkan gigi geraham bungsu saya yang terpecah menjadi 4 bagian. Fixed, berarti tadi gigi saya dibor menjadi beberapa bagian dulu sebelum akhirnya diangkat satu persatu pecahannya.

Lalu, bagaimana rasanya operasi gigi? Beneran ga sakit? Atau malah sakit seperti pengalaman seorang teman saya? Well, let me tell you
Operasi gigi geraham bungsu saya yang miring (impaksi) itu sama sekali tidak sakit! Bukan tidak berasa ya… Karena, ya saya kerasa getarannya saat gigi di bor, juga gemeretak saat gigi ditarik-tarik… Tapi, tidak terasa perih atau nyeri sama sekali!
Palingan, yang sebenarnya perlu lebih diantisipasi itu masalah biaya… karena menurut saya ya relatif besar. Berikut rinciannya ya:

Rontgen gigi (full rahang atas bawah) Rp. 400.000,-
Biaya jasa operasi gigi Rp. 4.300.000,-
Bahan-bahan operasi gigi (anastesi, benang, dll) (±) Rp. 400.000,-
Farmasi Rp. 95.000,-
Total ± Rp. 5.195.000,-

Hehe, lumayan ya biayanya… apalagi kalau ga ada asuransi kesehatan, huhu, lumayan bikin kantong tipis.

💡 Pasca Operasi. Setelah itu… saya lupa sih… mana yang lebih dulu, disuruh kumur dulu atau dijahit dulu lukanya sama dokter. Kayaknya sih, saya disuruh kumur, lalu dijahit, disuruh kumur lagi, lalu disuruh gigit kasa yang diberi iodine yang ternyata membuat saya mual, lalu disuruh ganti kapas polos aja deh. Done! Tak terkira senangnya disuruh bergeser dari kursi praktek dokter.

"Mbak, nanti ini bengkaknya kemungkinan sampai empat hari ya… soalnya giginya sudah infeksi banget…" kata dokter kemudian dan saya pun diberikan surat ijin sakit selama 4 hari. Hmm, baiklah… Dan kemudian saya pun mengucapkan terima-kasih dan segera ke menuju kasir dan bagian farmasi.

Nah, disini saya merasa kehadiran suami saya sangat-sangat membantu; sementara dia mengurus administrasi dan obat, saya bisa duduk menunggu. Pada momen ini, sebenarnya yang saya takutkan adalah efek biusnya hilang, sementara belum mendapatkan obat penahan rasa sakit karena masih menunggu. Tapi ternyata itu tidak terjadi… enggak sakit kok, cuma efek bius itu bikin saya susah untuk berbicara seperti biasa, selain juga ya saya memang malas mau buka mulut… Semakin sedikit gerakan mulut, berarti pemulihan luka saya akan lebih cepat… itu yang ada dalam pikiran saya.

Dan tidak terlalu lama kemudian, saya mendapatkan obat dan kembali ke rumah. Di perjalanan, sekitar 30 menit setelah operasi, saya minum aja obat yang diberikan dokter. Semuanya ada 4 macam; obat pencegah radang (2 butir saja), pengurang nyeri (asam mefenamat), X dan Y… Yang semuanya hanya ditebus dengan Rp. 95.000,- saja.

Sengaja saya segera minum obat, karena hampir semua pengalaman yang saya baca dan dengar dari teman, menganjurkan untuk segera minum obat sebelum efek biusnya hilang. Karena kalau sampai itu terjadi… hiii, siap-siap saja dengan rasa nyeri yang mungkin akan menyiksa… hoho… Jadi, ya sesuai petunjuk dokter kalau 30 menit kemudian, setelah makan segera diminum obatnya, karena saya sudah makan dari rumah, ya langsung saya minum saja. And it works well! Saya tidak merasakan nyeri sama sekali… Hmm, okelah, mungkin 5% deh ada rasa nyeri, karena nyaris tidak berasa makanya saya anggap tidak ada.

💡 Pemulihan. Sampai di rumah, saya langsung beristirahat. Like I said, bukan karena sakit atau gimana… tapi ya supaya cepet pulih aja. Lagian suami sudah stand by dan siap jagain anak-anak sementara saya istirahat, masak ga saya manfaatkan, hehe…

Paginya, saya cukup kaget, "Kok enggak bengkak ya? Apa besok ya mulai bengkaknya?" ujar saya pada suami saya, yang dia jawab, "Ya, berarti enggak bengkak itu… Mungkin karena kamu minum obatnya cepat, jadi ga sampai bengkak…" Hoho, iya kali ya… alhamdulillah banget, dan tak henti-henti saya amazed dengan pipi saya yang tidak terlihat menggembung sama sekali dan tidak sakit juga. Okelah, kalau dipegang di rahang tempat gigi yang dicabut memang terasa sakit sedikit sih, tapi tidak sampai mengganggu.

Selama sekitar dua hari saya masih sangat menjaga intensitas pergerakan rahang, jadi kalo ngomong kaya orang kumur-kumur saja… Tapi bukan berarti ga bisa teriak ya… kalau anak-anak berulah sampai batas tertentu, masih bisa kok teriak, tapi teriaknya sambil mangapnya ditahan seminimal mungkin. Untuk makanan juga lebih memilih bubur yang ga perlu dikunyah. Bukannya ga bisa kunyah yang lebih keras, tapi saya males, karena kalo ndilalah-nya lupa terus gigi geraham sebelah kanan (yang dioperasi) senggolan, rasanya ga nyaman. Dan favorit saya pas masa-masa ini adalah 'Bubur Jagung dan Sapi Cincang' dari Ta Wan Restaurant, enakkkk…

Selain meminimalkan pergerakan rahang, hal lain yang perlu diperhatikan adalah mengenai menjaga kebersihan gigi selama luka belum tertutup. Sadar kalau gosok gigi atau kumur pun tidak bisa terlalu keras, ya sudah, saya memilih menghindari makanan-makanan yang manis-manis saja, daripada dia menempel di gigi dekat lokasi operasi dan akhirnya tidak bisa dibersihkan. Cari aman saja lah…

Dan satu lagi… untuk mempercepat penyembuhan luka, sangat dilarang makan atau minum yang panas-panas dan sangat dianjurkan untuk minum air es atau es krim, yang dingin-dingin pokoknya. Tapi saya sih memilih rutin minum air putih dingin saja, karena kalau yang manis-manis takut nempel dan tidak bisa dibersihkan itu tadi. Pokoknya, dijaga semaksimal mungkin lah gigi yang ada sekarang, sudah cukup berat kehilangan satu gigi geraham bungsu ini.

Back again… setelahnya, Hari Senin atau H+3 pasca operasi, saya ke kantor seperti biasa. Kondisi gusi yang dioperasi juga perlahan-lahan membaik, perlahan-lahan fine-fine saja senggolan dengan makanan atau gigi tetangganya, dan kemudian terakhir setelah sekitar dua bulan, semuanya kembali seperti sedia kala. Tidak ada lagi rasa tidak nyaman, kecuali benang jahitan yang belum lepas seluruhnya, kadang bikin gemas! Tapi, dokter sudah bilang sih… kalau memang jahitannya ganggu, nanti bisa dilepas, tapi kalau tidak pun, nanti akan lepas dengan sendirinya.

💡 Important Conclussion! Jadi, teman-teman… yang ingin saya share melalui tulisan ini adalah:
  • Jaga kesehatan gigi baik-baik ya… karena itu benar-benar aset yang tidak akan tergantikan! Pada kasus saya, mungkin meskipun gigi bungsu saya miring, tidak perlu dicabut sih selama tidak ada keluhan berlubang. 
  • Masih berhubungan dengan poin 1, membersihkan gigi geraham bungsu itu memang susah dan harus telaten, apalagi kalau posisinya miring. Give them extra attention ya… Setelah kejadian satu gigi bungsu dicabut, sekarang saya selalu berusaha lebih keras untuk membersihkan gigi bagian belakang. Bibir sampai saya congkel-congkel dengan tangan kiri, supaya gigi belakang bisa terjangkau dan tidak muntah.
  • Tapi, jika gigi bungsumu yang miring ternyata menimbulkan keluhan, jangan takut untuk melakukan operasi. Tenang, insyaallah enggak sakit dan prosesnya cukup cepat… menurut pengalaman saya hanya sekitar 15 menit saja.
  • Sebelum operasi, jangan lupa makan serta membersihkan gigi dan mulut, jadi setelah operasi bisa langsung minum obat dan tidak bingung mau gosok gigi lagi. Semakin cepat kita minum obat, semakin baik, supaya efek bius belum hilang.
  • Pasca operasi, untuk mempercepat pemulihan, minimalisir pergerakan rahang… Jadi, lebih baik makan yang lembut-lembut dulu, meskipun sebenarnya tidak ada pantangan makanan, kecuali yang panas. Juga, jaga supaya pada saat berbicara, rahang tidak bergeser terlalu banyak. 
  • Minum air dingin agar luka segera sembuh. Kalau saran saya sih air putih dingin saja, soalnya kalau yang bergula-gula, kan kita susah bersihinnya nanti.
  • Setelah itu, sabar… perlahan-lahan, gusi tempat tumbuhnya gigi bungsu yang diangkat akan pulih hingga akhirnya kita benar-benar tidak merasakan perbedaan dengan sebelum operasi gigi.
Yes, begitulah lesson learned yang saya dapatkan dari operasi gigi bungsu miring (impaksi) yang saya lakukan di Lampung. Teman-teman punya pengalaman juga? Atau ingin tahu cerita lebih detail lagi dari operasi gigi miring yang saya lakukan? Please drop your comment here

With Love,
Nian Astiningrum
-end-

30 comments :

  1. Suami saya juga habis cabut gigi bungsu 5 hari yg lalu. Tapi sampai sekarang masih terasa nyeri katanya. Entah apa yg salah, rencananya mau balik ke dokter lagi sih.... makasih sharingnya ya mba😊

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sami-sami mbak ;)
      Semoga suaminya segera sembuh ya.. amiin

      Delete
  2. Saya pernah impaksi 4 tahun lalu rp 1 gigi cuma Rp 500k heheh btw skrg berdoa biar gigi tumbuh dengan benar biar gausah bedah2 lagik heheh

    ReplyDelete
    Replies
    1. Waaah.. uhuk, dulu ga semehong sekarang.. tapi kali 4 tahun yg lalu itu juga itungannya udah mehong ya :D
      Amiin.. semoga.. :)

      Delete
  3. Kalo dah bicara gigi, aku masih merinding inget zaman sd ampe awal smu. Krn dulu gigiku paraaaah byanget :p. Udahlah maju, jarang2 , trs yg belakang saling nindih pula. Klop. Solusi cm 1, pake behel permanen, tp sebelumnya semua gigi yg saling nindih hrs dicabut. Yg mana jumlahnya ada 6 wkwkwjwjwj... Ga sekaligus memang, tp cukup bikin aku tersiksa selama 6 bulan, krn tiap bulan hrs dicabut 1. Belumlah disuntik bius di gusi, trus pas bius ilang, huaaahhhh aku ga mau balik ke masa2 itu :p. Pas pasang kawat juga nyiksa banget di awal2. Gigi disentuh dikit aja udh kayak ditonjok hahahaha..

    Baru setelah smu, gigiku rata mba. Perjuangan ampun dah utk bisa dpt gigi yg rapi. Sejak itu, aku trauma ama dokter gigi. Dan s oh paya ga kesana sering2, aku rutin gosok gigi tiap abis makan. Pokoknya ga pengin ngerasain sakitnya :p. Secapek apapun, gigi nomor 1 deh yg aku rawat :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wow.. salut buatmu mbak.. alhamdulillah sekarang udah aman ya.. :)
      Masalah gigi ini kadang disepelekan, padahal super penting.. bayangkan kalo sampe hilang, ga tergantikan lho..

      Delete
  4. Haduh baca ini sambil ngebayangin aja saya langsung ciuttt.Pernah cabut geraham belakang yang bagian atas aja itu aja berdarahnya sampe 2 hari. Bagus mba sharing dan ajakan nya untuk menjaga kesehatan gigi dengan baik. GWS

    ReplyDelete
    Replies
    1. Huhu, gigi geraham itu akarnya banyak sih mbak.. jadi memang relatif lebih gimana gitu ya.. lebih susah dicabut maksudnya..
      Makasih :)

      Delete
  5. Thank's sdh share pengalamannya... saya jg py kasus sama, siap siap utk minggu dpn... surat rujukan ke dokter bedah mulut sdh ditangan.. terus terang takut... tp stlh membaca tulisan di atas cukup memberikan gambaran buat saya... �� hrs kumpulin nyali nih! Sekali lg thank's infonya...

    ReplyDelete
  6. Saya baru aja selesai operasi tanggal 24 september 2018 lalu. Awalnya cuman 2 gigi yg harus dicabut, tapi ternyata 6 gigi. 3 gigi berlubang tapi infeksi, 3 lagi gigi rusak tinggal separuh,Dokternya nyaranin dicabut saja semuanya mumpung lagi tidur, karena saya bius umum/total. Selama proses operasi tidak terasa sama sekali yaa karna tidur, sakit yg terasa hanya saat suntik antibiotik, kalau suntik2 lain masih bisa ditahan perih jarum doang + infus. Operasinya berjalan 3 jam karna bnyk gigi yg diambil dn pendarahan yg ditangani. Alhamdulillah skrg sudah tepat 2 minggu dan benang bekas jahitannya juga sudah dicabut, sakit sih masih ada tapi bukan sakit gigi sampe kepala, hanya nyeri bekas luka jahitan dn bekas operasinya saja, kerasa kok beda sakitnya dgn yg dulu. Masalah biaya operasinya mngkin tergantung dri rumah sakit yg anda pilih, ditempat saya kemarin total keseluruhan 8,5jt termasuk obat, kamar VIP dan perawatan inap. Ada yg lebih mahal dn ada yg lebih murah. Intinya sehat itu mahal :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Gimana kabar skrg mas ? Total berapa hari untuk sembuh maksimal nya ya ?

      Delete
    2. Wak Arfan kok bisa sampai opname ya ...

      Delete
    3. kak @yuli iya kak sampe di opname untuk lihat perkembangan pasca operasinya, sama kan harus puasa juga sebelum OP nya. owwiya aku juga abis OP bulan agustus, kalo minat boleh liat cerita pengalaman aku juga di blog aku https://irmaakbar.blogspot.com/ :)

      Delete
  7. saya bentar lagi mau OD juga, doakan lancar yaaa

    ReplyDelete
  8. Mksh tulisannya mba. Sangat membantu. Coz dlm wkt dekat saya juga akan menjalani hal yg sama. Mk nya ini lg browsing pengalaman org2. Smg nanti OD sy jg lancar kek mba ya. Tp baca komen pak Prio septiawan di atas, lah jd serem dech

    ReplyDelete
  9. Aku sudah 3 kali operasi ini dah udah ngarasakan 3 kali jahitan wkwk.
    Pasca opeerasi pertama aku mengalamin pendarahan hampir 1 hari dengan darah yang lumayan banyak merah kehitam2an dan pembengkakan beberapa hari.
    Operasi yang kedua sudah 1,5 jam tapi tidak selesai2 -_- jadi dokter menunda dulu dan meminta untuk rontgen kembali dan sementara aku dijahit dulu. Untungnya tidak mengalami pendarahan spt pertama karna sudah tak komplen sehingga jahitannya lebih agak rapat hehe

    Operasi yang ketiga buat lanjutin operasi kedua. Dan alhamdulillah agak cepet nyabutnya dan yang agak lama hanya proses penjahitan.
    Alhamdulilah untuk seluruh biaya bisa ditanggung bpjs hanya saja untuk rontgen karna di rumah sakit yang buat saya cabut tidak ada rontgen gigi jadi ke rumah sakit lain. Namun biayanya hanya 80 ribu ngga sampai 500 ribu 😊

    ReplyDelete
    Replies
    1. Mbak, rontgen gigi di rs mana? Saya sedang mencari rontgrn gigi yg terjangkau

      Delete
  10. Saya juga ada 1 gigi impaksi nih. Mau dicabut tapi kata dokternya belum perlu karena walaupun miring dia tumbuhnya full.
    Salam kenal mbak ^^

    ReplyDelete
  11. Tulisan yang menenangkan hati. Makasi, Mbak.

    ReplyDelete
  12. Kak kenapa ga operasi di klinik LA aja? Apa biayanya lebih mahal di klinik?

    ReplyDelete
  13. Terimakasih.. blog ini sangat membantu ... Karena saya juga divonis drg kalau saya impaksi suerr rasanya sakit dari gigi kyk nembus ke otak .. berkat baca ini sedikit ketakutan saya memudar hahah

    ReplyDelete
  14. aku juga operasi gigi bungsu juga kak 4 gigi yg diambil. kalo minat boleh liat cerita pengalaman aku operasi, cerita sebelum dan sesudah operasinya https://irmaakbar.blogspot.com/2019/08/pengalaman-pra-operasi-gigi-bungsu.html

    ReplyDelete
  15. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  16. Oh jdi ga perlu puasa dlu ya mba buat operasi gigi?

    ReplyDelete
  17. Trimakasih infonya mbak. Sangat sangat membantu dan sedikit menenangkan seperti saya yg akan operasi gigi bungsu belakang.

    ReplyDelete
  18. aq juga habis oprasi gigi bungsu ada 3 impaksi skrg baru cabut ke 2,
    ya ampun setelah bius nya hilang nyeri bgt badanku kayak demam
    kebetulan aku oprasi di korsel tahun lalu oprasi pertama biaya total 25rb won skrrang 37rb won
    tebus resep 4rb won

    ReplyDelete
  19. kalau mau implan gigi di bandar lampung di mana ya?

    ReplyDelete
  20. Terima kasih banyak kak, ceritanya sangat informatif buat saya. Kebetulan dari kemaren gigiku sakit banget di gigi paling belakang sebelah kiri atas. Pas dilihat di kaca, ternyata tumbuhnya miring ke arah pipi. Mungkin ini jg impaksi ya, rencananya besok bakal ke dokter, mohon bantu doanya ya kak biar smua berjalan lancar...

    ReplyDelete
  21. Kakak... grahamnya yang dicabut atas bawah gak?

    ReplyDelete
  22. Sepertinya kalau sekarang sudah mulai banyak klinik gigi yang peralatannya bagus-bagus di Bandar Lampung. Makasih banyak sharingnya ya

    ReplyDelete

Hai! Terima-kasih sudah membaca..
Silakan tinggalkan komentar atau pertanyaan disini atau silakan DM IG @nianastiningrum for fastest response ya ;)