SOCIAL MEDIA

search

Friday, November 24, 2017

PGN Gencar Membangun Jaringan Gas: Saatnya Kita Membumi dengan Gas Bumi…

"Maaf ya Miss, Anesh terlambat lagi… jalannya macet banget, ga seperti biasanya…" pada suatu hari saya mengirim SMS pada guru Anesh di sekolah saat lampu merah terakhir menuju sekolahannya, setelah harus mengantri lebih dari lima kali lampu merah. Pembangunan di Lampung ini, masyaallah pikir saya, banyak banget yang dikerjain… Dan sampai di tikungan terakhir menuju sekolah Anesh, saya kembali tertegun, "Maaf perjalanan Anda terganggu, ada pekerjaan jaringan gas…" kurang lebih seperti itu bunyi pengumuman yang terpasang, sementara sepanjang jalan sempit itu memang tampak galian terbuka yang sedang dikerjakan.

Pembangunan Jaringan Gas di Bandar Lampung
Gambar diambil dari: Detik.com

Pekerjaan jaringan gas… hmm, baru sekali ini saya melihat proyek semacam… Kalau proyek perbaikan jalan dan gorong-gorong atau jaringan bawah tanah untuk keperluan telekomunikasi, masih familiar lah. Tapi, pekerjaan jaringan gas ini benar-benar sesuatu yang baru… tapi, forget about it, rasa ingin tahu itu tertelan ke-hectic-an menyuruh Anesh segera bersiap-siap masuk ke sekolahnya karena terlambat… "Anesh, ayo buruan pakai tasnya, udah mau sampai nih!" teriak saya berapi-api, padahal ya, tetap saja anaknya telat masuk sekolah…

Sampai akhirnya, beberapa waktu yang lalu, saya membaca sebuah berita mengenai hal ini bertajuk 'Mengintip Pembangunan Jaringan Gas PGN di Lampung'. Melalui berita ini, baru saya tahu bahwa PGN (Perusahaan Gas Bumi) tengah membangun jaringan gas kota di Bandar Lampung yang nantinya akan tersambung ke 10.321 rumah warga di sana. "Wow, berarti galian gas yang kemarin itu untuk sambungan rumah tangga ya? Gas buat masak rupanya… Memang apa gitu kelebihan gas bumi PGN dibandingkan gas elpiji yang saya pakai sehari-hari?" Wah… wah… memang ya, perkara gas bumi ini belum terlalu familiar bagi masyarakat umum seperti saya. Selama ini, yang ada di benak saya, gas bumi di Indonesia ya lebih banyak dimanfaatkan untuk kepentingan industri. Ternyata, sekarang gas bumi sudah dimanfaatkan untuk keperluan dapur masyarakat rupanya, ada di Bandar Lampung kota domisili saya lagi…

Karena penasaran, kemudian pada suatu hari, saya pun mencari tahu perihal gas bumi ini melalui internet… Jaman sekarang gitu loh, apa sih ya ga ada di internet? 😏

Pertama kali kemudian saya berseluncur ke website PGN… Beberapa lama memperhatikan laman 'home' website ini, saya tertegun dengan tulisan berjalan yang menyebutkan kelebihan-kelegihan dari gas bumi; beberapa di antaranya adalah: harga yang kompetitif, efisiensi pembakaran yang tinggi, serta kebersihan dan keramahan lingkungannya. I was likeOh really? Benarkah Gas Bumi yang ditawarkan PGN memiliki kelebihan-kelebihan itu? Ya, kalau memang demikian, berarti ga ada alasan untuk tidak berpindah ke bahan bakar ini kan. Sudah harganya lebih murah, efisiensi pembakarannya tinggi (lebih bertenaga), ramah lingkungan lagi…

Karena jaringan gas ini sudah masuk ke Bandar Lampung, sepertinya saya harus siap-siap cari tahu nih… Siapa tahu kan, dekat rumah saya kemudian dibangun jaringan gas juga, bisa langsung daftar jika memang dia begitu menguntungkan.

***

Apa itu gas bumi. Gas bumi atau natural gas sesungguhnya adalah gas yang terbentuk di dalam bumi dengan kandungan utama adalah Metana (CH4) dan juga sedikit gas hidrokarbon cair dan gas nonhidrokarbon. Gas bumi berasal dari tanaman dan hewan yang membusuk, membentuk lapisan tebal yang kadang bercampur dengan pasir dan lumpur, yang terkubur dalam pasir, lumpur, dan batu. Selanjutnya akibat adanya tekanan dan panas, material organik tersebut beberapa berubah menjadi batu-bara, beberapa berubah menjadi minyak bumi, dan beberapa berubah menjadi gas bumi. Di mana gas bumi ini saat ini dimanfaatkan sebagai bahan bakar dan bahan baku membuat material atau bahan kimia tertentu.

Perbedaan gas bumi dengan elpiji. Awalnya, saya berpikir bahwa perbedaan gas bumi dan elpiji (LPG / Liquified Petroleum Gas) hanya terletak pada bentuknya; gas bumi bentuknya gas, sedang LPG bentuknya cair. Dan itu lah mengapa gas bumi harus disalurkan melalui pipa-pipa gas, sementara LPG bisa didistribusikan dalam bentuk tabung. Dan ternyata pemahaman saya itu terlalu naif… Iya sih, bentuknya memang berbeda, gas dan cair, tapi bukan hanya itu saja perbedaan keduanya… Ada beberapa hal lain yang tidak kalah prinsipil membedakan keduanya…

Kandungan utama LPG adalah Propana (C3H8), sedangkan kandungan utama gas bumi adalah metana (CH4), sehingga keduanya benar-benar merupakan dua zat yang berbeda. Selain itu, perbedaan lain dari LPG dan gas bumi adalah sebagai berikut:

Data diambil dari: EIA.gov

Di samping LPG dan gas bumi, meskipun mungkin tidak terlalu familiar, kita juga mengenal istilah LNG (Liquefied Natural Gas) dan CNG (Compressed Natural Gas). LNG adalah Gas Metana yang didinginkan hingga 161ºC sehingga berubah menjadi cair, sementara CNG adalah Gas Metana yang ditempatkan pada tekanan tinggi (hingga 200 bars), sehingga dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar kendaraan (ditempatkan dalam tangki kendaraan bermotor).

Jadi, baik LNG maupun CNG, keduanya adalah gas bumi yang diperlakukan secara berbeda, sehingga bentuknya menjadi cair.

Pemanfaatan gas bumi di Indonesia. Sebagai emak-emak alias ibu rumah tangga, yang terpikirkan saat membicarakan gas bumi, ya urusan dapur atau untuk memasak. Padahal, gas bumi bisa dimanfaatkan untuk berbagai keperluan lain. Dan PGN sendiri membagi peruntukan gas bumi menjadi tiga, yaitu untuk residensial (rumah tangga) dan usaha kecil yang dikenal sebagai GasKita, bisnis, serta transportasi yang dikenal sebagai GasKu.

Untuk keperluan residensial dan usaha kecil, selain untuk memasak, gas bumi juga bisa dimanfaatkan untuk pemanas air (water heater) dan juga untuk mesin pengering pakaian.

Selanjutnya, gas bumi juga dimanfaatkan untuk berbagai proses industri dan komersial; misalnya untuk pembangkit listrik, bahan bakar pada proses pemanasan dan pengeringan, ketel uap, tungku pengering, oven, dan banyak lagi. Gas bumi ini bisa diterapkan pada proses industri kaca, karet, keramik, kertas, kimia, logam dasar, makanan, pabrikasi logam, dan tekstil.

Dan yang terakhir… ternyata gas bumi juga bisa digunakan sebagai bahan bakar kendaraan atau alat transportasi… Iya, gas bumi ternyata bisa dimanfaatkan untuk bahan bakar kendaraan bermotor! Gas bumi untuk keperluan kendaraan bermotor yang digunakan adalah dalam bentuk CNG (Compressed Natural Gas) yang seringkali dikenal dengan sebutan BBG (Bahan Bakar Gas).

Dan tentu saja tidak semua kendaraan bermotor dalam hal ini bisa menggunakan BBG. Untuk itu, jika ingin menggunakan BBG sebagai bahan bakar kendaraan bermotor kita, maka harus cek kompatibilitas mesin kita serta kemungkinan dipasangi konverter kit.

Sementara ini BBG dari PGN sendiri telah digunakan beberapa operator taksi, bajaj rekondisi, bus Transjakarta, dan beberapa kendaraan lain. Sedangkan Stasiun Pengisian Bahan Bakar Gas (SPBG) dan Mobile Refueling Unit (MRU) PGN sudah bisa di temukan di Propinsi DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, Lampung, dan Batam.

So, benarkah memakai gas bumi itu lebih menguntungkan? Untuk mengetahui keuntungan pemakaian gas bumi secara ekonomi, atau nilai rupiah yang bisa dihemat; kita bisa merujuk pada testimoni masyarakat yang telah menggunakan gas bumi. Misalnya Ibu Yuningsih yang tinggal di kawasan Rumah Susun (Rusun) Kebon Kacang Jakarta seperti yang dilansir OkeZone.com; dia mengaku hanya mengeluarkan biaya Rp. 40.000,- hingga Rp. 50.000,- per bulan untuk keperluan gas… yang menurutnya jauh lebih terjangkau daripada membeli gas dalam bentuk tabung 12 kg dengan harga Rp. 150.000,-.

Wow! Selisihnya lumayan banyak juga ya… sekitar 100 hingga 110 ribu per bulan lho… Beneran nih?

Beneran dong… Jadi, untuk menjawab pertanyaan ini kita bisa membandingkan gas bumi dan LPG melalui kebutuhan nilai kalori atau jumlah panas yang dihasilkan. Jika sebulan kita menggunakan satu tabung LPG ukuran 12 kg seharga Rp. 151.000,- (harga propinsi Lampung), dengan nilai kalori sebesar 11.220 kkal/kg; maka sebulan kita menghabiskan 134.400 kkal. Dengan jumlah ini, jika menggunakan gas bumi yang nilai kalorinya adalah 9.424 kkal/m3, maka volume gas bumi yang kita gunakan sebulan adalah sekitar 15 m3 per bulan atau Rp. 45.150,- (harga per m3 gas bumi pada kisaran Rp. 3.010,-).

Namun, selain harga gas buminya sendiri, kita juga perlu mempertimbangkan biaya instalasinya, yang dalam hal ini memang lebih mahal daripada biaya instalasi LPG.

Untuk instalasi LPG, mungkin kita hanya perlu membeli tabung 12 kg dan regulator yang jika ditotal mungkin tidak lebih dari 1 juta rupiah. Sementara untuk pemasangan instalasi baru gas bumi, menurut Bapak Wendi Purwanto (Sales Area Head PT PGN Lampung) seperti dilansir Republika.co.id, berkisar antara 3 - 5 juta rupiah untuk satu rumah, belum termasuk pipa dari jaringan gas menuju rumah atau selisih 2  - 3 juta rupiah.

Yah, tapi kalau menurut saya ini worthed sih… Toh, nanti kita akan merasakan penghematannya juga kan? Misalkan saja, penghematan yang kita dapatkan perbulannya adalah 100 ribu rupiah, dalam jangka waktu 3 tahunan, penghematan yang kita lakukan sudah bisa menutup selisih biaya instalasinya dan tinggal merasakan manfaatnya. Hmm, kita bukan hanya memasak dalam jangka waktu 3 tahunan saja kan? Jadi, ya menurut saya sih, tetap gas bumi lebih menguntungkan.

Hal yang sama juga berlaku bagi pemanfaatan gas bumi untuk bahan bakar kendaraan bermotor. Harga 1 liter BBG adalah Rp 3.100 per liter, jauh berbeda dengan harga Premium Rp. 6.450,- per liter. Sementara BBG sendiri memiliki nilai RON di atas 95, jauh berbeda dengan nilai RON Premium yang hanya 88; di mana ini berarti bahwa pembakaran BBG lebih sempurna dan mesin pun lebih bertenaga dari pada menggunakan Premium (6). Namun, untuk beberapa kendaraan bermotor, kita harus mengeluarkan biaya instalasi konverter agar mobil kita bisa menggunakan BBG.

Benarkah gas bumi adalah energi yang ramah lingkungan? OK, keuntungan ekonomi pemakaian gas bumi confirmed! Lalu bagaimana dengan dampaknya pada lingkungan? Sebagai masyarakat modern, tentu kita sudah sangat paham dengan permasalahan pemanasan global yang tengah kita hadapi saat ini… Bagaimana dengan gas bumi ini? Bagaimana perannya dalam pemanasan global?
Pemanasan global (global warming) adalah suatu proses meningkatnya suhu atmosfer bumi yang disebabkan oleh efek rumah kaca yang terjadi karena meningkatnya gas  rumah kaca yang menghalangi pelepasan panas dari bumi ke luar angkasa, seperti: uap air (H2O), Karbon Dioksida (CO2), Metana (CH4), Nitrogen Oksida (N2O), Ozone (O3), Klorofluorokarbon (CFCs), dan Hidrofluorokarbon (termasuk HCFCs dan HFCs)
Adalah hal yang tidak bisa dipungkiri, jika pemanfaatan bahan bakar fosil (termasuk gas bumi) melalui pembakaran untuk menghasilkan energi akan melepaskan gas-gas rumah kaca seperti CO2. Akan tetapi, meskipun sama-sama menghasilkan emisi gas CO2, berbagai jenis bahan bakar fosil memiliki efisiensi pembakaran yang berbeda, sehingga jumlah CO2 yang dilepaskan pun berbeda. Semakin sempurna pembakaran suatu bahan bakar, semakin sedikit emisi gas CO2-nya. Jadi, bagaimana dengan gas bumi? Seberapa banyak dia menghasilkan CO2 dalam pembakarannya untuk menghasilkan energi? Berikut adalah daftar beberapa bahan bakar fosil dan jumlah CO2 yang dihasilkan dari pembakarannya untuk menghasilkan energi yang sama:

Berbagai bahan bakar fosil dan CO2 yang dihasilkan
Sumber dari EIA.gov

Melalui daftar tersebut, jelas bahwa gas bumi sejauh ini adalah bahan bakar fosil dengan efisiensi pembakaran yang tinggi dan rendah emisi CO2 dibandingkan bahan bakar fosil lainnya, sehingga lebih ramah lingkungan.

Bonus! Selain itu, gas bumi ini ternyata juga bebas subsidi lho… Jadi, selain ramah lingkungan dalam artian kelestarian bumi, gas bumi ini juga ramah lingkungan sosial, karena ini berarti uang pemerintah bisa dihemat untuk keperluan pembangunan lain. Gas bumi adalah energi baik. Sudah murah, ramah lingkungan… bebas subsidi lagi… Tidak salah, jika kemudian pemerintah mendorong konversi ke bahan bakar ini…

Gas Bumi = Energi Baik
Gambar dari EnergiBaik.com

Jaringan gas bumi di Indonesia. Baiklah… aspek nilai ekonomis dan keramahan lingkungan dari gas bumi ini sudah terkonfirmasi, saya sendiri sih sudah siap-siap mendaftar jika ternyata jaringan gas sudah mencapai wilayah kami dan mungkin banyak masyarakat yang memiliki niat serupa. Lalu bagaimana perkembangan jaringan gas bumi di wilayah Indonesia sendiri?

Peta Insfrastruktur dan Jaringan Gas Bumi
Gambar diambil dari: PGN.co.id

Distribusi gas bumi di Indonesia saat ini memang belum seluas LPG maupun gasoline, sehingga tidak semua masyarakat bisa memilih untuk beralih menggunakan bahan bakar ini. Jaringan dan pelayanan gas bumi yang telah dibangun dan dioperasikan PGN sendiri kini telah mencapai lebih dari 7.270 km. Dimana melalui jaringan ini, pelayanan gas bumi PGN telah tersebar ke 19 kota di 12 propinsi; dengan jumlah pelanggan industri dan pembangkit listrik sebanyak 1.652 pelanggan, komersial dan usaha kecil sebanyak 1.929 pelanggan, serta rumah tangga sebanyak 204.000 pelanggan (8).

Adapun kota-kota yang telah memiliki jaringan pipa distribusi di antaranya adalah: Medan, Pekanbaru, Lampung, Tangerang, Cilegon, Jakarta, Bogor, Bekasi, Karawang, Cirebon, Semarang, Surabaya, Sidoarjo, Mojokerto, Pasuruan, Probolinggo, Tarakan dan Sorong.

Di daerah saya sendiri, Bandar Lampung, pembangunan jaringan gas tengah dilakukan. Menurut Alimuddin Baso (Direktur Perencanaan dan Pembangunan Infrastruktur Kementerian ESDM); ada sebanyak 10.321 sambungan rumah yang akan dibangun di 21 kelurahan di Bandar Lampung. Dimana proyek jargas di Bandar Lampung ini mencapai total 204 km dan ditargetkan selesai pada akhir tahun 2017! (9).

Wow, ini benar-benar kabar gembira, meskipun sepertinya jargas ini belum melalui kelurahan tempat tinggal saya… Paling tidak, kemungkinan perluasan jaringan gas hingga daerah domisili kami lebih besar bukan…

Cara menjadi pelanggan gas bumi. Baiklah, setelah penjelasan panjang lebar mengenai gas bumi dan menyimpulkan bahwa bahan bakar ini memang layak diperhitungkan; kemudian pertanyaan terakhir adalah "Bagaimana sih cara menjadi pelanggan gas bumi?"

Dan berikut adalah lima langkah mudah yang perlu dilakukan calon pelanggan kecil dan rumah tangga sesuai dengan informasi dari website PGN.co.id:
  1. Pengisian formulir berlangganan gas bumi: formulir berlangganan gas dapat diperoleh melalui PGN contact center 1500 645, kantor area PGN terdekat, download di website PGN.co.id atau online registration.
  2. Survey lokasi: petugas PGN menghubungi calon pelanggan untuk melakukan verifikasi, pengumpulan data dan mendiskusikan rencana kebutuhan calon pelanggan.
  3. Penandatanganan perjanjian: calon pelanggan dan PGN akan menandatangani perjanjian jual beli gas setelah seluruh proses evaluasi berlangganan gas selesai dilakukan.
  4. Menyiapkan infrastruktur penyaluran gas: PGN selanjutnya akan menyiapkan infrastruktur gas mulai dari jaringan pipa induk sampai stasiun pengukur gas di lokasi pelanggan. Sedangkan calon pelanggan melakukan pembangunan pipa instalasi dalam serta persiapan peralatan yang akan menggunakan gas.
  5. Pelaksanan gas in: adalah pengaliran gas ke peralatan milik pelanggan yang menggunakan gas dan dilakukan setelah seluruh proses selesai dilakukan.
Tidak sulit bukan? Pokoknya, pertama kali kita isi formulir dulu, langkah selanjutnya pasti diinformasikan oleh pihak PGN.

Dan kesimpulannya adalah… Gas bumi adalah salah satu alternatif bahan bakar fosil yang memiliki berbagai keuntungan; di antaranya adalah menghasilkan emisi paling bersih, ramah lingkungan, bebas subsidi, dan efisien. Yes, gas bumi bukan hanya memberikan manfaat keuntungan ekonomis bagi pelanggannya karena efisiensinya, tapi juga manfaat bagi negara, dan juga terutama bagi kelestarian bumi kita. Karena itu, gas bumi disebut sebagai ENERGI BAIK.

Tanpa perhitungan yang njelimet, memang pelanggan harus merogoh kocek yang cukup dalam untuk biaya instalasinya (baik untuk jaringan gas ataupun konverter BBG), tapi sesungguhnya itu semua sangat worthed karena nantinya penghematan yang akan dinikmati cukup besar. Toh, kita bukan akan memasak dalam waktu sebulan dua bulan kan… tapi dalam hitungan tahunan atau bahkan puluhan tahun (hal yang sama juga berlaku untuk pemanfaatan BBG untuk kendaraan bermotor). Jadi, ya tidak perlu khawatir kalau rupiah lebih yang kita keluarkan tidak akan kembali membawa manfaat ekonomi.

Gas bumi memang belum bisa kita temukan dengan mudah sebagaimana LPG maupun gasoline. Saat ini pemerintah tengah gencar memperluas jaringan gas melalui Badan Usaha Milik Negara (BUMN), salah satunya PGN. Dan di sini lah kita sebagai masyarakat bisa turut serta menggalakkan program membumikan gas bumi alias menjadikan gas bumi lebih dikenal dan digunakan oleh masyarakat. Caranya, ya tentu saja dengan beralih ke bahan bakar ini jika fasilitas itu sudah bisa kita nikmati. Lagi pula, kita juga akan merasakan manfaat ekonominya secara langsung kan?

Dan satu lagi, yang menurut saya paling utama adalah mengenai peran gas bumi untuk meminimalisir emisi gas CO2 yang juga merupakan salah satu gas rumah kaca yang memicu terjadinya pemanasan global jika konsentrasinya terlampau banyak dalam atmosfer kita. Akibat dari pemanasan global ini tidak main-main lho… selain suhu bumi yang semakin meningkat sehingga mengakibatkan mencairnya es di kutub bumi, dia juga menyebabkan ternjadinya perubahan iklim, terjadinya bencana alam (cuaca ekstrim), dan juga punahnya beberapa spesies! Kita tidak ingin hal ini (pemanasan global) semakin parah terjadi kan? Kita sayang dengan bumi rumah kita ini kan?

Karena itu, hayuk, kita dukung usaha pemerintah dan PGN untuk membumikan gas bumi. Dengan ikut menyebarkan berita kebaikan bahan bakar ini ke lingkungan kita… Dan juga, tentu saja, beralih menggunakan gas bumi saat kesempatan itu ada ya… Ayo sama-sama kita upayakan kelestarian bumi dengan gas bumi… That's what I mean with 'Membumi dengan Gas Bumi'…

With Love,
Nian Astiningrum
-end-

Referensi:
  1. Detik.com. Mengintip Pembangunan Jaringan Gas PGN di Lampung. https://finance.detik.com/energi/3567903/mengintip-pembangunan-jaringan-gas-pgn-di-lampung. Diakses tanggal 25 November 2017.
  2. EIA.gov. Natural Gas Explained. https://www.eia.gov/energyexplained/index.cfm?page=natural_gas_home. Diakses tanggal 20 November 2017.
  3. Elgas.com.au. Difference Between LPG & Natural Gas. http://www.elgas.com.au/blog/486-comparison-lpg-natural-gas-propane-butane-methane-lng-cng. Diakses tanggal 20 November 2017.
  4. EnergiBaik.com. Beda Gas Alam dengan LPG dan LNG Bukan Sekadar Komposisinya. http://energibaik.com/beda-gas-alam-dengan-lpg-dan-lng-bukan-sekadar-komposisinya/. Diakses tanggal 21 November 2017.
  5. OkeZone.com. PGN Membumikan Gas Bumi, Masyarakat Raih Keuntungan. https://economy.okezone.com/read/2016/10/06/320/1508218/pgn-membumikan-gas-bumi-masyarakat-raih-keuntungan?page=2. Diakses tanggal 23 November 2017.
  6. Republika.co.id. PGN Pasang 10 Ribu Jaringan Gas di Bandar Lampung. http://www.republika.co.id/berita/ekonomi/energi/17/07/21/otf1z0368-pgn-pasang-10-ribu-jaringan-gas-di-bandarlampung. Diakses tanggal 24 November 2017.
  7. Liputan6.com. Ini Keuntungan Kendaraan Pakai Bahan Bakar Gas. http://bisnis.liputan6.com/read/2885908/ini-keuntungan-kendaraan-pakai-bahan-bakar-gas. Diakses tanggal 22 November 2017.
  8. EIA.gov. Frequently Asked Question: How Much Carbon Dioxide is Produced when Different Fuels are Burned? https://www.eia.gov/tools/faqs/faq.php?id=73&t=11. Diakses tanggal 22 November 2017.
  9. Detik.com. PGN Perluas Jaringan Infrastruktur Gas Bumi di Berbagai Daerah. https://finance.detik.com/energi/3537573/pgn-perluas-jaringan-infrastruktur-gas-bumi-di-berbagai-daerah. Diakses tanggal 23 November 2017.
  10. Website Perusahaan Gas Negara. PGN.co.id

Friday, November 10, 2017

Menjaga Langit Biru, Pelindung Bumi Kita…

Pertama kali mendengar frasa 'Langit Biru', yang terlintas di kepala saya adalah lukisan anak sulung saya Ganesh di dinding kamarnya (atau mungkin lebih tepat disebut corat-coret). Gambarnya sederhana saja, dia iseng menambahkan asap di belakang stiker pesawat yang menghiasi dinding kamarnya. Hmm, lucu ya…

Kalau dulu sih, kejadian seperti ini lumayan bikin kesal karena bagi saya orang dewasa, ya ini membuat dinding terlihat kotor… Tapi sekarang, karena sudah terbiasa, jadinya malah lucu. Bukan lucu gambarnya atau kelakuan anak saya, tapi 'lucu' saat memikirkan, kenapa anak jaman sekarang masih selalu gambar mobil, motor atau pesawat lengkap dengan asapnya? Bukannya sekarang di jalanan sudah jarang ditemui mobil atau motor yang mengeluarkan asap pekat? Beda dengan jaman masa kecil kita, dimana motor dan mobil yang asapnya ngebul pekat itu adalah sesuatu yang biasa.


Masih terekam jelas dalam ingatan saya, dulu bapak saya sering menjelaskan, kalau motor yang asapnya ngebul pekat itu pakai mesin 2 tak, sedang yang asapnya tidak terlihat itu pakai mesin 4 tak… Ya, waktu itu, tahun 90-an, seingat saya mesin motor 4 tak mulai populer di Indonesia. Kami memiliki motor 4 tak pertama kami tahun 1995. Waktu itu, mesin motor 4 tak masih tergolong teknologi yang baru diadopsi oleh perusahaan-perusahaan motor yang menjual produknya ke Indonesia.

Dibandingkan dengan mesin 2 tak, mesin motor 4 tak ini memang lebih ramah lingkungan, emisinya lebih rendah alias asapnya tidak sebanyak motor 2 tak. Asap buangan motor dengan mesin 4 tak jernih, sehingga tidak kasat mata. Dan ditinjau dari konsumsi bahan bakar, mesin 4 tak pun lebih irit, karena tidak perlu menggunakan oli samping seperti mesin 2 tak (1).

Dan kembali ke corat-coret Ganesh di dinding kamarnya, saya kemudian tercenung juga berpikir, "Kenapa ya, anak-anak yang lahir di tahun 2010 an, dimana motor, mobil, dan pesawat dengan asap pekat sudah jarang ditemukan, kenapa ya mereka masih mengidentikkan motor, mobil, atau pesawat dengan asap?" Oh, mungkin kalau pesawat karena pesawat-pesawat akrobatik yang seringkali muncul di layar televisi atau video itu biasanya memang asapnya pekat sebagai bagian dari performance-nya.

Nah, lalu kalau motor atau mobil kenapa ya? Hmm, jika diingat lagi, memang sih kadang kita masih menemukan mobil atau motor yang mungkin karena mesinnya bermasalah atau karena faktor usia mengeluarkan asap pekat di jalanan. Apakah kejadian-kejadian seperti ini begitu berkesan bagi anak-anak seusia Ganesh, sehingga masih menganggap bahwa asap akan menyempurnakan gambar motor atau mobilnya? Atau, jangan-jangan malahan kita-kita para orang dewasa yang tanpa sadar mendoktrinasi anak-anak dengan mengajarkan mereka bahwa menggambar motor atau mobil itu ya lengkap dengan asapnya. Hmm, kira-kira yang mana ya…

Wednesday, November 8, 2017

Wisata Adat di Manado: Cara Mudah Mengenal Lebih Dekat Suku Minahasa

Dari Sabang sampai Merauke, berjajar pulau-pulau… Sambung menyambung menjadi satu, itulah Indonesia…
Lagu ini tentu tidak asing bagi kita… Sejak Sekolah Dasar (SD) kita pasti sudah diajarkan lagu ini, atau bahkan sejak Taman Kanak-kanak (TK); dan sejak itulah lagu ini akan sering kita temui dalam berbagai kesempatan. Hmm, kalau dulu sih, setiap Upacara Bendera Hari Senin akan ada sesi menyanyikan lagu wajib nasional, dan lagu ‘Dari Sabang sampai Merauke’ ini adalah salah satu lagu wajib yang dinyanyikan bersama.

Seumur hidup tinggal di Indonesia, selama kurang lebih 32 tahun, jika diingat-ingat sedikit reputasi penjelajahan saya ke berbagai daerah di Indonesia bisa dibilang cukup menyedihkan! Selama 32 tahun, hanya beberapa kota saja yang pernah saya kunjungi di luar Jawa sebagai pulau kelahiran saya; yaitu Palembang, Lampung, Medan, dan Pulau Bali. Padahal, jumlah provinsi di Indonesia ini ada 34 lho, ga usah dihitung lah, pokoknya banyak banget provinsi di Indonesia yang belum saya kunjungi. Padahal, hampir setiap provinsi ini memiliki icon wisatanya masing-masing… Sayang sekali ya, kalau dilewatkan begitu saja…

Kemudian, ngomong-ngomong soal daerah tujuan wisata di Indonesia, nama Bunaken tentu juga tidak asing bagi kita, bahkan untuk seorang yang tidak hobi traveling seperti saya… Terletak di lepas pantai Kota Manado, Bunaken sebagai salah satu ikon wisata tentu sudah jadi menu utama di daftar destinasi setiap traveler dunia. Keindahan alam yang ditawarkan Bunaken, tidak dimungkiri menjadi salah satu representasi indahnya alam Indonesia di mata turis lokal maupun mancanegara.

Bunaken National Marine Park
Foto dari: Indonesia-Tourism.com

Selain Bunaken, Manado juga memiliki beberapa daerah wisata lain, mulai dari alam bawah laut hingga kekayaan budaya dan suku aslinya, Minahasa. Adapun suku Minahasa--atau yang menyebut dirinya sebagai Kawanua--merupakan suku asli Sulawesi Utara yang sebagian besar menghuni Kota Manado.

Mengenal Suku Minahasa dan Upacara Adat
Dengan berkunjung ke Manado, kita dapat menemukan berbagai bentuk upacara terkait suku Minahasa. Ini meliputi upacara untuk mengiringi siklus hidup, serta babak-babak terpenting dari keseharian. Beberapa di antaranya diturunkan oleh nenek moyang dan masih lestari hingga kini. 

Berikut adalah beberapa upacara adat yang masih bisa kita saksikan saat berkunjung ke Kota Manado.

1. Monondeaga
Suku Minahasa menggelar upacara ini sebagai bentuk ucapan syukur. Adapun Monondeage merupakan satu jenis upacara berupa pengukuhan atas anak perempuan dalam satu keluarga, yang menginjak pubertas. 

2. Mupuk Im Bene
Kendati sama-sama bentuk ucapan syukur, Mupuk Im Bene berbeda dengan Monondeage. Ini merupakan sebuah upacara yang dilakukan untuk mensyukuri panen raya suku Minahasa. 

3. Metipu
Dilaksanakan sebagai bentuk penyembahan kepada Sang Pencipta alam semesta (suku Minahasa menyebutnya sebagai Benggona Langi Duatan Saluran). Adapun Metipu digelar dengan membakar dedaunan maupun akar-akaran.

4. Watu Pinawetengan
Diiringi kolintang, upacara ini diselenggarakan di depan batu besar wata’ esa ene. Konon, perwakilan semua etnis Tanah Toar Lumimut mengantarkan bagian peta tanah Minahasa sebagai pernyataan tekad persatuan. Setelah tekad dinyatakan, pelaku upacara akan menghentakkan kaki ke tanah tiga kali, dan bergandengan tangan membentuk lingkaran sembari menyanyikan Reranian pada penghujung acara.

Watu Pinawetengan
Gambar dari: IndonesiaWonder.com

5. Waruga
Sebagai salah satu tema destinasi wisata sejarah, ritual pemakaman suku Minahasa dapat ditemukan desa Sawangan. Dahulu, suku Minahasa akan membungkus orang yang meninggal dengan daun woka (semacam janur atau daun kelapa muda). Sebelum penguburan (atau ditanam), daun woka tadi akan diganti dengan wadah rongga pohon kayu atau nibung. 

Barulah, di abad IX, suku Minahasa mulai menggunakan waruga (kubur atau makam yang terbuat dari batu dan terdiri atas dua bagian). Orang yang meninggal akan didudukkan menghadap ke utara dengan posisi tumit kaki melekat di bagian pantat, serta kepala mencium lutut. 

***

Selain upacara adat yang telah disebutkan di atas, suku Minahasa masih menyimpan beberapa ritual bersejarah lain. Itu sebabnya, rasanya harus menyiapkan slot waktu yang lebih lama jika berkunjung ke Manado agar puas menjelajahi seluruh atraksi wisata di daerah ini. 

Nah, untuk dapat memuaskan rencana penjelajahan kita, ada baiknya kita benar-benar mempersiapkan dan mencari hotel yang cukup terjangkau untuk stay dalam waktu yang cukup lama. Salah satu cara menemukan hotel murah di Manado adalah dengan bantuan Airy Rooms. 

Airy Rooms merupakan Accomodation Network Orchestrator (ANO) yang bermitra dengan berbagai hotel budget terbaik di seluruh Indonesia. Melalui Airy Rooms kita akan menemukan hotel dengan jaminan kenyamanan seperti tempat tidur bersih, wifi gratis, TV layar datar, AC dan air hangat dengan harga terbaik. Fasilitas yang tidak kalah dengan hotel berbintang dengan harga yang lebih ekonomis. Benar-benar menarik bukan?

Untuk mendapatkan penginapan Airy Rooms kita dapat memesan melalui situs resmi Airy Rooms atau melalui aplikasi Airy Apps, dan melakukan pembayaran saat itu juga dengan cara transfer ATM atau kartu kredit.

Hmm, so simple and affordable… sipp, tinggal mencari waktu yang pas untuk menyempatkan waktu berkunjung ke Manado! Bagaimana teman-teman? Berminat menjelajah Indonesia dan Manado khususnya?

With Love,
Nian Astiningrum
-end-