SOCIAL MEDIA

search

Wednesday, March 27, 2013

Road to ASIX [2]: “First Impession Of Breast Feeding”

Tinggal di suatu tempat yang cukup ‘remote’ bisa jadi menggugurkan beberapa angan-angan kita untuk melakukan apa yang kita yakini terbaik untuk buah hati kita, misalnya kegagalan saya untuk melakukan IMD (Inisiasi Menyusui Dini). Hmm, sebenarnya bukan  gagal sih, karena saya memang tidak melakukan IMD, karena tenaga medis di tempat saya melahirkan (bahkan) tidak mengetahui apa itu IMD :D.

But, it’s OK, itu tidak membuat saya kehilangan semangat untuk melanjutkan niat memberikan ASIX… Dan berikut prosedur yang akan membantu pemberian ASIX berdasarkan pengalaman saya bersama Ganesh:

IMD. Menurut saya IMD sangat penting, meskipun menurut pengalaman saya, itu bukan syarat mutlak keberhasilan kita memberikan ASIX kedepannya. Pada saat kita melakukan IMD, kita akan diberikan kesempatan untuk melakukan sebuah interaksi yang sangat intim dengan bayi baru kita. Berikut adalah lima tahapan perilaku yang dilakukan bayi sebelum ia berhasil menemukan puting susu ibunya dan menyusu (ayahbunda) [1]:
  1. 30 – 45 menit pertama. Bayi akan diam dalam keadaan siaga. Sesekali matanya membuka lebar dan melihat bundanya. Masa ini merupakan masa penyesuaian atau peralihan dari dalam kandungan ke luar kandungan.
  2. 45 – 60 menit selanjutnya. Bayi akan menggerakkan mulutnya seperti mau minum, mencium, kadang mengeluarkan suara, dan menjilat tangannya. Bayi akan mencium dan merasakan cairan ketuban yang ada di tangannya. Bau ini sama dengan bau cairan yang dikeluarkan payudara ibu. Inilah yang akan membimbing bayi menemukan payudara dan puting susu ibu. Itulah sebabnya tidak dianjurkan mengeringkan kedua tangan bayi pada saat bayi baru lahir.
  3. Mengeluarkan liur. Saat bayi siap dan menyadari adanya makanan di sekitarnya, bayi mulai mengeluarkan air liur.
  4. Bergerak ke arah payudara. Areola payudara akan menjadi sasarannya dengan kaki bergerak menekan perut ibu. Bayi akan menjilat kulit ibu, menghentakkan kepala ke dada ibu, menoleh ke kanan dan kiri, serta menyentuh dan meremas daerah puting susu dan sekitarnya dengan tangannya.
  5. Menyusu. Akhirnya bayi menemukan puting susu ibunya, membuka mulut lebar-lebar, dan melekat dengan baik serta mulai menyusu.
Hmm, sebuah interaksi yang menakjubkan bukan? Dan jujur, saya ingin sekali melakukan IMD… mungkin untuk anak kedua nanti :D. Amiin :).
 
Rooming In. Rooming in atau rawat gabung adalah prosedur dimana ibu dan anak dirawat dalam ruangan yang sama. Hal ini tentu saja sangat membantu proses pemberian ASIX, karena akses yang tidak terbatas antara ibu dan anak, sehingga ibu bisa memberikan ASI kapan pun dibutuhkan. Selain itu, dengan rooming in saya pribadi merasa lebih tenang, karena tahu pasti bahwa bayi saya dirawat dengan prosedur yang saya setujui. [2]

Percaya ASI Kita Cukup. Merasa ASI belum keluar sesaat setelah bayi kita lahir, hmm… saya juga mengalaminya. Beberapa saat setelah lahir dan dibersihkan, Ganesh cukup tenang, beberapa saat kemudian baru dia menangis dan saya pun berusaha memberikan ASI padanya. Awalnya saya sedikit tidak percaya diri karena tidak yakin jika ASI saya sudah keluar. Tapi dari berbagai sumber yang saya baca menyebutkan bahwa menyusui adalah mekanisme alamiah, sehingga hanya kondisi-kondisi tertentu saja yang membuat seorang wanita tidak menghasilkan ASI yang mencukupi untuk bayinya. Selain itu, adalah hal yang wajar jika pada satu-dua hari pertama pasca kelahiran bayi, ASI belum melimpah; tapi perlu kita ketahui bahwa pada saat itu ukuran lambung bayi baru sebesar kacang, sehingga belum membutuhkan ASI sebanyak yang kita bayangkan. [3].

Berbagi Posisi Menyusui
Gambar dari: media.summitmedicalgroup.com/

Posisi Menyusui. Posisi menyusui yang benar menentukan keberhasilan kita memberikan ASI karena posisi menyusui dan pelekatan yang tidak tepat akan membuat bayi kita tidak dapat menghisap ASI [4]. Oh ya, satu tips untuk membantu pelekatan pada proses belajar  ini adalah dengan menyusui bayi pada saat dia dibedong. Menurut pengalaman Terdapat beberapa posisi menyusui yang bisa dipilih sesuai kenyamanan kita: cradle hold, cross-cradle hold, lying on your side, football hold, dan laid back. Pada awal pemberian ASI, saya lebih nyaman menggunakan posisi cradle hold, dan baru beberapa saat kemudian berusaha keras mempelajari teknik lay on your side. Bagi saya, teknik (red: lay on your side) ini cukup sulit dipelajari, tapi setelah kita kuasai sangat membantu pada situasi-situasi tertentu; misalnya pada saat beristirahat di malam hari atau menidurkan bayi (walaupun menurut beberapa sumber, sengaja menidurkan dengan ASI tidak terlalu baik karena tidak melatih bayi untuk dapat menenangkan dirinya sendiri sehingga membuat bayi tergantung pada kita).

Disamping keempat prosedur di atas, hal yang sesungguhnya paling penting adalah niat dan kesungguhan hati kita untuk memberikan ASI. Pada awalnya, saya berpikir bahwa memberikan ASI akan berjalan mudah dan lancar dengan berbekal pengetahuan yang saya dapatkan dari berbagai sumber. Tapi, ternyata praktek tidak selalu semulus teori yang kita baca. Kendala saya waktu itu adalah rasa tidak percaya diri bahwa ASI saya sudah diproduksi beberapa jam pasca melahirkan. Ada juga teman yang bercerita bahwa kendala justru datang dari keluarga dekat yang menyarankan menggunakan dot dan sufor karena berpikir bahwa ASI-nya tidak cukup. Kendala lain yang mungkin adalah berbagai mitos seputar menyusui, seperti jika ibu sakit (misal: influenza) maka ASI tidak boleh diberikan, bayi kuning tidak boleh diberikan ASI, dsb.

Menghadapi berbagai masalah di atas tentu bukan hal yang mudah. Tetapi, kita mulai tergoda dengan solusi praktis untuk tidak memberikan ASI, ingatlah bahwa ASI adalah makanan terbaik untuk bayi kita dan layak diperjuangkan sampai titik keringat terakhir! ASI adalah hak bayi kita yang harus kita tunaikan sebisa mungkin :D

Teman-teman setuju dengan saya?

With Love,
Nian Astiningrum
-end-

Reading:
[1] Ayahbunda. Inisiasi Menyusui Dini. http://www.ayahbunda.co.id/Artikel/Gizi+dan+Kesehatan/inisiasi.menyusui.dini/001/001/396/1/4. Diakses tanggal 27 Maret 2013

[2] Ikatan Dokter Anak Indonesia. Rawat Gabung. http://www.idai.or.id/asi/artikel.asp?q=201176111237. Diakses tanggal 27 Maret 2013

[3] Susanto, Mia (AIMI). Berbagai Mitos Seputar Menyusui. http://aimi-asi.org/berbagai-mitos-menyusui/. Diakses tanggal 27 Maret 2013

[4] Nagin, MK. Breastfeeding Positions and Latching Onhttps://www.verywell.com/breastfeeding-positions-and-latching-on-431682. Diakses tanggal 27 Maret 2013

Monday, March 18, 2013

Road to ASIX [1]: Preparation

Beberapa hari yang lalu saudara sepupu saya yang baru saja melahirkan, bertanya kepada tentang cara saya memberikan ASI selama bekerja. Disaat yang berbeda teman dekat saya juga akan mempunyai bayi baru Bulan Maret ini dan beberapa kali menanyakan hal yang sama. Hmm, jadi pengen share tentang tips dan trik saya bisa memberikan ASIX nih… Siapa tahu ada teman-teman yang punya tantangan spesifik seperti saya dan bisa menggunakannya sebagai referensi :).

OK, dulu saya berpikir bahwa memberikan ASI adalah hal yang alamiah, sehingga hanya memerlukan sedikit proses belajar untuk bisa menjalaninya. Tapi, ternyata semua itu salah! Dalam perjalanan saya memberikan ASI untuk Ganesh, ada banyak “kebingungan”, “salah sana-sini”, “tanya-tanya” dan “perbaikan prosedur”, hehe :D.  Sebuah perjalanan yang cukup panjang dan akan melelahkan untuk ditulis (dan dibaca) sekaligus :D. Karena itu, di chapter pertama ini, saya hanya akan mengulas tentang persiapan yang bisa dilakukan sebelum bayi lahir.

So, berikut adalah list hal yang harus kita cari sebagai persiapan memberikan ASI untuk bayi kita. Saya sertakan juga toko online tempat saya berbelanja barang tersebut, siapa tahu teman-teman memiliki masalah seperti saya, yaitu lokasi yang cukup terpencil sehingga tidak ada toko yang menyediakan barang tersebut :D
  • INFORMASI. Ya, secepat mungkin setelah sadar bahwa Anda hamil, carilah berbagai informasi mengenai pemberian ASIX untuk persiapan. Salah satu media yang sangat saya sarankan adalah milist asiforbaby, karena di dalamnya ada begitu banyak informasi mengenai pemberian ASIX. Begitu saya bergabung waktu itu, saya langsung dikirimkan berbagai file, salah satunya adalah tentang penyimpanan ASIP (ASI Perah) yang sangat penting untuk diketahui. 

    Breast Pump Andalan Saya
    Gambar dari: http://www.breast-pumps.com
  • BREAST PUMP. Breast pump atau pompa ASI praktis kita perlukan, tidak hanya jika kita berniat menyetok ASI, tapi juga untuk kelangsungan pasokan ASI dan menjaga kondisi tubuh pada saat ASI over supply. Mengenai jenis breast pump yang ideal, menurut pengalaman saya, breast pump electric lebih nyaman daripada tipe manual. Pada awalnya saya menggunakan breast pump manual, tapi hanya tahan beberapa bulan, karena menurut saya, menggunakan breast pump manual cukup effortfull terutama setelah kita mulai bekerja, karena proses memompa menjadi lebih lama dan tentunya lebih menguras tenaga, so I suggest electric breast pump… dan saya sendiri menggunakan Medela Swing. Saya beli di asibayi.
  • BOTOL PENYIMPANAN ASIP. Sebenarnya terdapat beberapa media yang bisa digunakan untuk menyimpan ASIP; seperti dengan menggunakan kantong khusus ASIP atau botol kaca ASIP tutup karet; tapi saya memilih menggunakan botol kaca ex-You C 1000 yang sudah dibersihkan dan disterilkan. Alasannya adalah praktis dan ekonomis. Lokasi saya cukup pelosok dan tidak terdapat toko yang menyediakan perlengkapan seperti seperti ASIP storage, jadi mau tidak mau harus mencari ke luar kota.
  • BRA MENYUSUI. Sebenarnya saya belum mencoba mencoba bermacam-macam merk bra menyusui, saya langsung jatuh hati dan setia dengan bra menyusui dari brand Wacoal. Menurut saya, sangat praktis karena cukup menggunakan satu tangan untuk membuka dan menutup cup saat proses pemberian ASI. Saya beli di Wacoal.
  • BREAST PAD. Pada awalnya, saya tidak memasukkan breast pad dalam list kebutuhan pasca melahirkan. Tapi, pada saat beberapa hari pasca melahirkan ASI mulai over supply dan LDR seringkali datang membuat saya kewalahan, saya mulai menggunakan breast pad. Pertama kali saya menggunakan breast pad sekali pakai karena lebih lembut. Baru setelah tubuh mulai beradaptasi, saya beralih ke washable breast pad. Saya beli di asibayi.
Breast Pad Warna-Warni Kesukaan Saya
  • REFRIGERATOR. Jika kita akan menyetok ASIP, praktis kita memerlukan kulkas untuk menyimpan ASIP. Apakah kulkas satu pintu dengan freezer menyatu dengan tempat menyimpan makanan lain cukup memadai? Freezer yang tersendiri tentu akan lebih stabil suhunya dibandingkan freezer yang menyatu dengan tempat menyimpan bahan makanan lain; karena relatif lebih jarang dibuka dan suhunya lebih dingin karena mekanisme penutupan lebih rapat sehingga tidak bocor. Akan tetapi, walaupun demikian, freezer pada kulkas satu pintu cukup memadai kok, hanya saja, lama penyimpanan lebih singkat (2 minggu) dibandingkan freezer pada kulkas dua pintu (3 sd 4 bulan)*; disamping fakta bahwa dengan kita akan direpotkan dengan bunga es pada kulkas satu pintu :D
  • COOLER BAG. Jika Anda ibu bekerja yang perlu memompa di tempat kerja, pastinya cooler bag akan diperlukan untuk membawa ASIP hasil perahan di kantor sampai ke rumah. Saya sendiri belum pernah menggunakan cooler bag karena lokasi rumah dan kantor sangat dekat (hanya 5 menit), sehingga waktu yang diberikan korporat sebanyak 2 X 30 menit untuk memberikan ASI bisa saya gunakan untuk pulang ke rumah. So, kalau ingin tahu cooler bag yang ideal, teman-teman bisa googling review-nya atau misalnya review dari urbanmama berikut. Dapat dibeli di asibayi.

Hmm, begitulah kira-kira “barang-barang” yang harus kita siapkan untuk memberikan ASIX versi saya, semoga bermanfaat :)

With Love,
Nian Astiningrum
-end-

Source:
*Nutriclub. Menyimpan ASI Perah. http://www.nutriclub.co.id/feeding_and_nutrition/breastmilk_immunity/article/menyimpan_ASI. Diakses tanggal 18 Maret 2013

Thursday, February 21, 2013

Tea Morning Edisi Hot & Cold


‘Cause you’re hot then you’re cold
You’re yes then you’re no
You’re in then you’re out
You’re up then you’re down
[Katy Perry, Hot & Cold]

Pada awalnya tidak ada cerita yang spesial dengan pengumuman acara Tea Morning yang saya buat Hari Selasa 19 Februari 2013 lalu, tapi hari ini mendadak senyum Mr. One Stop Solution kami merubah semuanya :D

Jadi ceritanya bapak ini sudah datang untuk minta tolong dibuatkan pengumuman untuk acara Tea Morning bersama manajemen pada tanggal 21 Februari 2013, tapi karena mendadak Manajer dan beberapa Asman harus dinas keluar kota, maka acara itu ditunda! Jadi desain pengumuman saya kali ini, untuk pertama kalinya, sepaket… pengumuman acara sekaligus penundaannya pada hari berikutnya!

Dan inilah pengumuman acara Tea Morning yang akhirnya ditunda itu:

Pengumuman Acara Tea Morning 21/02/2013

Saya mengerjakan pengumuman ini dimulai dengan mencari gambar yang sesuai, dan gambar cerek inilah yang menarik perhatian saya, terlihat unik dan vintage. Karena warnanya hitam-putih, saya tinggal menentukan warna yang saya inginkan, dan warna inilah yang menurut saya pas, sesuai dengan mood saya saat itu:

Cactus Tones by Design-Seeds

Background sengaja dibuat putih, dan saya lebih banyak bermain warna untuk font, border gambar dan elemen-elemen lain. Meskipun demikian, hasilnya terkesan berkarakter sederhana dan vintage bukan?

Nah, selanjutnya inilah yang membuat pengumuman ini semakin spesial, Pengumuman Penundaan Acara:

Pengumuman Acara Tea Morning 21/02/2013

Supaya tidak unhistories dengan pengumuman sebelumnya (yang ditunda), saya sengaja memasang gambar pengumuman sebelumnya dan ditambahkan brightness-nya, sehingga terlihat samar. Selanjutnya tinggal pasang stempel “DITUNDA” dan keterangan di sampingnya, dengan begitu orang-orang tidak akan membutuhkan waktu lama untuk merunut acara mana yang ditunda.

Untuk warna, saya tidak ingin jauh dengan tema sebelumnya, tapi kali ini harus lebih tegas:

Berry Brights by Design-Seeds

Menurut saya, perpaduan warna antara pengumuman pertama dan kedua cukup serasi dan pastinya informasi yang ingin saya sampaikan ditampilkan dengan jelas dan menarik :D

Bagaimana menurut teman-teman, sependapat dengan saya?

With Love,
Nian Astiningrum

Source:
Palette: www.design-seeds.com

Picture: http://openclipart.lynms.edu.hk/clipart/maven/maven_Japanese_dragon_teapot.svg

Sunday, February 17, 2013

Raising Healthy Self Concept

"Adek bisaa!!” atau “Anak mama pinter”, katanya setiap kali berhasil melakukan sesuatu secara mandiri. “Adek aja, adek… adek…” katanya jika kami akan melakukan sesuatu untuknya.

“Adek bisa naik sendiri!”
Sambil menolak saya yang ingin membantunya.

Kalimat-kalimat semacam itu, sebulan ini begitu sering kami dengar dari Ganesh… Pada dasarnya sih, menurut pengamatan saya; dia ingin melakukan semua hal dilihatnya dilakukan orang dewasa sendiri. Dan saat dia bisa melakukannya, voila, ia terlihat begitu senang dan bangga :D. Terkadang hal semacam ini memang terasa merepotkan… Bayangkan hal-hal seperti itu terjadi sehari-hari:
  1. Pada saat saya sedang memetiki bayam untuk dimasak, dia dengan antusias datang dan meminta saya untuk untuk menurunkan bayam supaya bisa dirainya, “Mama tuwun… Adek, adek…”
  2. Pada saat saya sedang memasak sambil mengasuhnya (sebenarnya ini tidak disarankan ya :D), dengan penasaran Ganesh berkata, “Ikut mama.” Setelah itu dia mengamati yang saya lakukan, kemudian dia berkata lagi, “Ganesh bisa ulek-ulek” sambil meminta ulekan yang saya pegang.
  3. Pada saat papanya sedang asyik, merakit kipas angin baru, dia berkata dengan bersemangat, “Adek benerin kipas angin,” sambil meminta obeng yang sedang dipegang papanya.
  4. Dan banyak lagi…
Ngotot Merebut Obeng Papa
“Adek mau Benerin Kipas Angin!”


Hal-hal di atas mungkin mungkin bisa kita lakukan dengan mudah dan dalam waktu yang sangat singkat; tapi jika dikerjakan oleh seorang anak berusia 18+ bulan tentu lain ceritanya… Pastinya hal tersebut akan menjadi hal yang sulit dan memakan waktu yang cukup lama untuk dikerjakan. Bagi kita, terkadang itu berarti harus menebalkan kesabaran dan mempertajam empati… Dan hal itu sungguh tidak sulit dilakukan jika kita mengingat betapa hal tersebut berarti baginya dan betapa hal tersebut memiliki manfaat untuk perkembangannya menuju individu yang sehat secara psikologis nantinya.

Friday, February 8, 2013

Bubur Kombinasi with Omelet Wortel

Pagi ini, seperti biasa saya bersiap-siap meracik sarapan untuk Ganesh… Awalnya sih mau bikin pancake tahu, tapi kok mendadak ragu dengan tepung beras yang ada ya… So, pagi-pagi saya sudah BBM sahabat saya Sasa yang adalah lulusan Study Teknologi Hasil Pertanian UGM:

Saya       : “Sa, tau ga, kalo tepung beras kaya R*se B*and itu pake pemutih ga ya?
Sasa       : “Semua tepung emang pake pemutih Nian”
Saya       : “Wew, aku suka pake tepung itu lho…”
Sasa       : “Tapi kalo yang dipasarkan dengan merek paten itu sudah pasti dengan takaran yang diperbolehkan. Lagi pula kalau pemutihnya food grade kan ga papa”

Hmm, jadi ragu nih mau bikin pancake untuk sarapan Ganesh… Nanti siang dipastikan dulu saja, sekarang switch ke plan B… “Bubur Kombinasi w/ Omelet Wortel”, (seperti biasa) resep dengan tag line; simple, cepat dan bernutrisi :D

Bubur Kombinasi w/ Omelet Wortel

Begini cara membuatnya…

Monday, February 4, 2013

Calibre Ebook Management

Mengoleksi buku dalam bentuk softcopy alias ebook bukan hal yang baru saya lakukan, tapi baru sebulan terakhir ini saya mulai rajin mengumpulkan berbagai macam bacaan dalam format ini. Awalnya sih, sebenarnya bukan sengaja mengumpulkan, tapi seringkali pada saat mengerjakan suatu ‘proyek’, saya googling untuk mencari tambahan referensi, dari situlah saya menemukan berbagai macam bacaan dalam format ebook.

Pada saat kuliah tahun 2003 sd 2007, mencari referensi dari internet merupakan solusi untuk mengerjakan tugas-tugas saya; mulai dari berbagai macam paper hingga skripsi. Alasan saya suka mencari referensi dari internet adalah karena prosesnya lebih simpel daripada pergi ke berbagai perpustakaan dan mengubek-ubek koleksi mereka dengan tambahan resiko, buku sedang dipinjam dan sebagainya; mengetik kata kunci dan menekan ‘enter’ tentu jauh lebih mudah :D, apalagi kampus saya saat itu berlangganan EBSCO. EBSCO adalah penyedia layanan database untuk referensi digital, sehingga tidak sulit mencari dan menyimpan berbagai macam jurnal ilmiah untuk keperluan saya waktu itu.

Pasca lulus pada Bulan Agustus 2007, intensitas mencari referensi digital jauh berkurang, karena memang setelah bekerja ‘proyek-proyek’ yang berbau ilmiah sangat jarang dilakukan. Sampai pada akhir tahun 2012 lalu saya mulai menyadari bahwa jarak saya dengan dunia ilmiah terutama Psikologi mulai melebar terlalu jauh. Saya merasa kurang update dengan isu-isu Psikologis terkini dan bahkan ternyata pengetahuan yang saya dapat sebelumnya mulai terasa sulit dipanggil :(. Hal berbau Psikologi (terutama klinis dan perkembangan) tetap merupakan passion saya dan pada saat saya mulai merasa ‘gagap’ untuk memberikan analisa psikologis pada saat mengamati perkembangan Ganesh atau melihat permasalahan di sekitar saya, rasanya sungguh tidak menyenangkan. Itulah alasan kenapa saya mulai rajin membuat tulisan Psikologis saya terhadap berbagai hal yang menarik di sekitar saya (terutama tentang Ganesh). Dan dari sanalah saya mulai aktif mencari berbagai referensi ilmiah… Yah, walaupun bukan untuk konsumsi ilmiah, tapi paling tidak aura ke-Psikologi-an saya tetap bersinar, hahaha :D.

Dalam proses penyelesaian proyek-proyek kecil saya itulah tanpa sadar mulai mengoleksi berbagai macam ebook, yang tentu saja sebagian besar berbau Psikologi. Dan ternyata lama-kelamaan saya jadi lebih menyukai buku dalam format ini karena dua hal:
  1. Efisien dalam hal penggunaan waktu membaca, karena saya bisa menggunakan fasilitas search; sehingga saat ini saya lebih menyukai format ebook untuk jenis buku-buku referensi.
  2. Earth friendly; pastinya karena buku ini tidak menggunakan kertas, sehingga mengurangi penebangan pohon untuk membuat kertas kan :D

Seiring bertambahnya koleksi, saya mulai berinisiatif mengorganisasi ebook-ebook ini dengan cara sederhana; yaitu menggunakan folder. Sampai pada suatu saat, saya sendang browsing-browsing referensi, malah saya nyangkut ke sebuah artikel tentang aplikasi ebook management. Hmm, baru ngeh nih kalau ada aplikasi semacam itu, jadi saya mulai mencari aplikasi ebook management yang bagus… dan sampailah saya pada Calibre.

Calibre Ebook Management