SOCIAL MEDIA

search

Monday, August 31, 2020

Menyalakan Listrik dan Masyarakat dengan Tenaga Air

Batubara dan minyak bumi memang masih menjadi sumber energi utama yang digunakan masyarakat hingga saat ini. Namun, kenyataan bahwa terbentuknya batubara dan minyak bumi yang dikenal sebagai bahan bakar fosil itu membutuhkan waktu hingga jutaan tahun; menisbahkannya sebagai energi tidak terbarukan. Hal ini lah yang menjadi motivasi terbesar bagi para ahli untuk terus mencari dan mengoptimalkan sumber energi lainnya, sebagai pengganti kedua energi utama ini.

Misi untuk mencari dan mengoptimalkan energi terbarukan sebagai alternatif bahan bakar fosil semakin gencar dilakukan dari waktu ke waktu. Berkejaran dengan jumlah cadangan batubara dan minyak bumi yang juga semakin menipis. Seperti halnya yang disampaikan berbagai pemberitaan bahwa cadangan minyak bumi Indonesia diperkirakan akan habis pada tahun 2030 jika tidak ditemukan sumber minyak baru, senada dengan pernyataan Pertamina Unit Manager Communication & CSR MOR I, Roby Hervindo yang dikutip oleh Tempo.co (6 Maret 2019).

Adapun salah satu energi terbarukan yang banyak dimanfaatkan di Indonesia sejak dulu hingga saat ini adalah tenaga air. Debit air yang tinggi dapat menggerakkan turbin dan selanjutnya energi gerak yang ada diubah menjadi energi listrik. Tercatat sebanyak 18 Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) beroperasi di Indonesia untuk menyumbang pasokan listrik kepada masyarakat. 

Pada pengoperasian PLTA; semakin besar debit air berarti semakin besar juga tenaga untuk memutar turbin yang menghasilkan listrik. Karena itulah, sedimentasi atau pengendapan yang mendangkalkan sungai maupun dam, sehingga debit air menurun menjadi permasalahan yang terus dicari solusinya demi daya listrik yang mumpuni.

Salah satu PLTA yang memasok energi listrik untuk masyarakat di Propinsi Lampung adalah PLTA Way Besai, yang sebagaimana PLTA lain, juga menghadapi permasalahan sedimentasi. Erosi dan sedimentasi yang terjadi di sepanjang Sungai Way Besai beserta anak-anak sungainya, menimbulkan pendangkalan pada dam. Dimana hal ini tentu menurunkan debit air yang dihasilkan dari aliran air dari dam ke turbin untuk menghasilkan listrik.

PLTA Way Besai
(Foto Dokumentasi pribadi)

Daerah Aliran Sungai (DAS) Way Besai secara alami pada awalnya adalah hutan yang begitu kaya dengan batang-batang kokoh dan akar-akar yang kuat untuk menahan air dan tanah, sehingga meminimalkan erosi. Namun, desakan ekonomi mendorong masyarakat untuk mengubah hutan-hutan ini menjadi lahan pertanian kopi. Hal ini lah yang ditengarai menjadi salah satu penyebab makin mengemukanya permasalahan sedimentasi pada aliran sungai yang berimbas pada kehandalan dan produksi kWh PLTA Way Besai.

Berkaitan dengan kondisi tersebut, PLN UPDK Bandar Lampung sebagai unit induk yang mengelola PLTA Way Besai pun secara pro aktif melakukan berbagai upaya pengurangan erosi di sepanjang DAS Way Besai. Dimana kegiatan intinya tentu melibatkan kegiatan reboisasi atau penanaman kembali daerah resapan air di sepanjang aliran Sungai Way Besai. 

 Sungai Way Besai yang dimanfaatkan sebagai PLTA, secara alami berada di kawasan hutan.
(Foto dokumentasi pribadi)

Akan tetapi, ternyata program penanaman pohon saja tanpa dikemas sama sekali tidak cukup efektif. Karena kunci penting dari kegiatan ini selanjutnya adalah pada proses pemeliharaan. Bagaimana pohon-pohon tersebut dijaga kelestariannya untuk menahan tanah dari erosi. Dimana kegiatan ini tentu tidak mungkin dilakukan sendiri oleh pihak PLN UPDK Bandar Lampung, mengingat Sungai Way Besai terdiri dari banyak anak sungai yang menyebar dan mencakup area yang luas. 

Masyarakat dalam hal ini memegang peranan penting, akan tetapi sekedar ajakan untuk melakukan pelestarian daerah aliran sungai saja tidak cukup. Dibutuhkan pengemasan program reboisasi daerah aliran sungai yang lebih berorientasi pada kebutuhan masyarakat untuk membuatnya bersemangat dan termotivasi untuk melakukan pelestarian. Perlu diciptakan benang merah yang konkret antara kebutuhan masyarakat dan pelestarian daerah aliran sungai, supaya kondisi ini tercipta.

Kemudian, gayung bersambut, saat itu The International Council for Research in Agroforestry Centre (ICRAF) sedang melakukan penelitian di Sumberjaya, salah satu walayah yang dilalui aliran Sungai Way Besai. Saat itulah ICRAF kemudian mengenalkan sistem imbal jasa lingkungan sebagai alternatif solusi akan permasalahan pelestarian DAS Way Besai. 

Program imbal jasa ini dikenal dengan nama Rewarding Upland Poor for Environmental Services (RUPES). RUPES adalah sebuah program dengan tujuan pemberdayaan masyarakat dengan cara melibatkan mereka untuk memberikan jasa pelestarian lingkungan. Dimana kemudian ICRAF melihat PLN UPDK Bandar Lampung sebagai pihak yang mendapatkan keuntungan dari jasa yang diberikan masyarakat. Dan selanjutnya; PLN UPDK Bandar Lampung bersama ICRAF dan perangkat pemerintah daerah pun mulai menyusun program imbal jasa lingkungan untuk melestarikan DAS Way Besai.

Area dam PLTA Way Besai

Program Imbal Jasa Lingkungan ini secara sederhana meliputi kegiatan utama pemeliharaan DAS Way Besai oleh masyarakat dan pemberian imbal jasa lingkungan oleh PLN UPDK Bandar Lampung sebagai penerima manfaat.

Program yang kemudian dikenal sebagai River Care atau PEDAS Besai (Peduli Daerah Aliran Sungai Besai) ini melibatkan beberapa elemen dalam pelaksanaannya, sebagai berikut:

  • Masyarakat yang tergabung dalam kelompok tani sebagai penyedia jasa lingkungan berupa pemeliharaan DAS Way Besai;
  • PLN sebagai pemanfaat jasa lingkungan dengan peran sebagai penentu imbal jasa, penyandang dana operasioanl kegiatan, memberikan kompensasi atas jasa lingkungan dan melakukan evaluasi;
  • ICRAF sebagai fasilitator; dan
  • Pemerintah Desa sebagai pembina.
Prosedur PEDAS Besai sendiri diawali dengan perencanaan yang utamanya melibatkan masyarakat sebagai penyedia jawa lingkungan dan PLN UPDK Bandar Lampung sebagai pemanfaat jasa lingkungan. Dimana dalam tahap perencanaan ini disusun kegiatan yang akan dilakukan, pendanaan, tata cara evaluasi, dan juga imbal jasa yang akan diberikan.

Masyarakat dalam hal ini selain berperan dalam kegiatan konservasi; yang meliputi penanaman dan perawatan tanaman pada DAS Way Besai; pembuatan bangunan sipil teknis untuk mengendalikan sedimentasi seperti cek dam, bronjong, lubang angin (rorak); juga berperan melakukan pemantauan air secara mandiri sebagai dasar evaluasi. Dalam hal ini, masyarakat pun diberikan pelatihan untuk mengambil sampel air serta mengukur tingkat sedimentasinya. Dimana selanjutnya hasil pengukuran tingkat sedimentasi ini lah yang menjadi dasar pemberian imbal jasa.

Reward atau imbal jasa yang diberikan pada masyarakat atas pencapaiannya menurunkan sedimentasi adalah salah satu poin penting yang menentukan keberhasilan program ini. Imbal jasa tidak hanya harus memiliki nilai instrinsik yang cukup memotivasi, tapi sebisa mungkin juga mendorong masyarakat untuk melakukan kegiatan yang pro lingkungan. Misalnya adalah pembangkit listrik Piko Hidro untuk masyarakat di daerah pelosok hutan yang belum dijangkau oleh aliran listrik.

Pembangkit listrik Piko Hidro adalah pembangkit listrik tenaga air dengan kapasitas rendah yang dapat dioperasikan dan dipelihara secara mandiri oleh masyarakat. Karena kapasitasnya yang rendah, pembangkit listrik ini dapat dioperasikan pada sungai-sungai dengan debit air yang tidak terlalu tinggi. Sama halnya dengan PLTA besar, aliran air akan digunakan untuk memutar turbin yang selanjutnya energi gerak tersebut akan diubah menjadi energi listrik dan dialirkan ke masyarakat.

Kebutuhan akan debit air yang cukup tinggi untuk menggerakkan pembangkit listrik Piko Hidro ini akan mendorong masyarakat untuk melakukan pemeliharaan pada DAS yang menyuplai arus air. Hal ini selain bermanfaat langsung bagi masyarakat, juga menyumbang penurunan sedimentasi pada dam PLTA Way Besai. Sehingga dalam hal ini, baik masyarakat maupun PLN UPDK Bandar Lampung sama-sama diuntungkan.

Imbal jasa lain yang menimbulkan efek serupa adalah ternak yang mendukung pelestarian lingkungan di daerah aliran sungai.

Salah satu kegiatan konservasi lahan untuk pelestarian DAS Way Besai yang dilakukan adalah melakukan penanaman rerumputan untuk menahan tanah. Rumput yang memiliki sifat semakin berkembang jika dipangkas ini adalah bahan makanan bagi ternak yang dipelihara masyarakat. Sehingga, semakin banyak rumput dipangkas untuk makanan ternak, maka akan semakin subur dia tumbuh. Masyarakat diuntungkan akan pakan ternak gratis, PLN UPDK Bandar Lampung pun diuntungkan karena kegiatan konservasi lahan berjalan dan menyumbang pada penurunan erosi.

Adapun hasil pemantauan air yang dilakukan selama program menunjukkan bahwa sedimentasi yang terjadi disepanjang aliran Sungai Way Besai mengalami penurunan yang cukup signifikan. Dimana berdasarkan hal ini, dapat disimpulkan bahwa kegiatan reboisasi dan konservasi lingkungan lainnya yang dilakukan berjalan dengan efektif melalui program ini. PLN UPDK Bandar Lampung dapat menghasilkan kWh yang lebih handal, sementara masyarakat pun lebih berdaya dan meningkat taraf kehidupan sosial ekonominya. Benar-benar simbiosis mutualisme yang indah bukan?

Tidak mengherankan jika kemudian program ini menerima berbagai penghargaan berskala nasional; seperti Silver Awards Indonesian Sustainable Development Goal Awards (ISDA) 2018 dan Grand Platinum Awards Indonesian CSR Awards (ICA) 2017.

Keberhasilan pelaksanaan program PEDAS Besai pada salah satu anak Sungai Way Besai ini kemudian menjadi inspirasi bagi PLN UPDK Bandar Lampung untuk melakukan program serupa pada anak sungai lainnya. Semangat ini lah yang kemudian melahirkan PEDAS Besai selanjutnya yang direncanakan hingga PEDAS Besai IV. Keberhasilan ini juga yang kemudian memberi inspirasi pada PLTA lain yang memiliki kondisi alam dan sosial cukup mirip dengan PLTA Way Besai untuk mengadopsi sistem imbal jasa serupa.

Lingkungan yang lestari akan mendukung pembangkit listrik, listrik akan mendukung kesejahteraan masyarakat dan karena itu masyarakat harus berupaya melestarikan lingkungan.
(Foto dokumentasi pribadi)

Ya, perjuangan untuk melakukan konservasi DAS Way Besai demi kehandalan listrik dan pemberdayaan masyarakat tentu belum usai. Sungai Way Besai sendiri memiliki sepuluh anak sungai yang perlu diberi perhatian. Untuk itu lah, semangat dan kepedulian akan sesama yang besar sangat dibutukan untuk melanjutkan perjuangan. Agar aliran sungai dapat menyalakan listrik dan juga memberdayakan masyarakat.

With Love,
Nian Astiningrum
-end-

Referensi:

No comments :

Post a Comment

Hai! Terima-kasih sudah membaca..
Silakan tinggalkan komentar atau pertanyaan disini atau silakan DM IG @nianastiningrum for fastest response ya ;)